Follow Us @literasi_smkn23jkt

Rabu, 24 April 2019

Bertualang dengan Membaca Novel Intelegensi Embun Pagi

Disusun oleh : Shifa Putri Salsabilla


Judul Novel : Intelegensi Embun Pagi
Pengarang : Dee Lestari
Penerbit : PT Bentang Pustaka
ISBN : 978-602-291-131-9
Tahun Terbit : Februari 2016
Jumlah Halaman : 705 Halaman
Harga : Rp 118.000,-



Sinopsis :

“Setelah mendapat petunjuk dari upacara Ayahuasca di Lembah Suci Urubamba, Gio berangkat ke Indonesia. Di Jakarta, dia menemui Dimas dan Reuben. Bersama, mereka berusaha menelusuri identitas orang di balik Supernova.

Di Bandung, pertemuan Bodhi dan Elektra mulai memicu ingatan mereka berdua tentang tempat bernama Asko. Sedangkan Zarah, yang pulang ke desa Batu Luhur setelah sekian lama melanglangbuana, kembali berhadapan dengan misteri hilangnya Firas, ayahnya.

Sementara itu, dalam perjalanan pesawat dari New York menuju Jakarta, teman seperjalanan Alfa yang bernama Kell mengungkapkan sesuatu yang tidak terduga. Dari berbagai lokasi yang berbeda, keterhubungan antara mereka perlahan terkuak. Identitas dan misi mereka akhirnya semakin jelas.

Hidup mereka takkan pernah sama lagi.”


            Intelegensi Embun Pagi atau yang biasa disingkat IEP adalah novel terakhir atau penutup dari serial Supernova yang ditulis oleh Dee Lestari. Supernova diawali dengan kisah Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh yang terbit pada 2001, yang kemudian disambung dengan Akar, Petir, Partikel, Gelombang, dan yang terakhir adalah Intelegensi Embun Pagi.

            Novel Intelegensi Embun Pagi memiliki genre fantasi, sama seperti serial Supernova lainnya. Namun, berbeda dengan serial Supernova lainnya yang hanya mengisahkan satu per satu tokoh, novel Intelegensi Embun Pagi ini menjadi titik temu semua karakter utama dari setiap serial Supernova.

            Keping demi keping misteri yang belum terungkap di novel Supernova lainnya mulai terbuka di novel Intelegensi Embun Pagi. Mulai dari Infiltran, Sarvara, Peretas, Asko, hingga Umbra. Hal yang sebenarnya sempat di singgung di dalam novel Gelombang, namun baru bisa saya benar-benar pahami di novel Intelegensi Embun Pagi.

            Novel ini dibuka dengan karakter Gio yang dibawa oleh Chaska untuk bertemu dengan Luca, yang kemudian melakukan Ritual Ayahuasca. Ritual Ayahuasca dilakukan untuk membuat Gio kembali mengingat dirinya yang merupakan salah satu Peretas dengan kode Kabut.

            Cerita pun dilanjutkan dengan pertemuan Bodhi dengan Elektra yang sempat menggantung dalam Novel Gelombang, dimana Bodhi dan Elektra pergi ke Asko bersama saat Elektra ingin melakukan terapi kepada Bodhi, dan mereka menyadari bahwa mereka adalah Peretas. Dimana Elektra berkode Petir, sementara Bodhi berkode Akar.

            Bodhi dan Elektra  yang masih bingung dan ingin kembali ke Asko pun meminta bantuan kepada orang kepercayaan Elektra, yaitu Bu Sati yang ternyata adalah seorang Sarvara yang mengincar memori para Peretas untuk menghancurkan Asko yang hanya dapat dimasuki oleh Peretas dari gugus yang sama.

            Selanjutnya, pertemuan Alfa dengan Kell yang sempat menggantung di akhir novel Gelombang pun dilanjutkan. Kell sendiri adalah salah satu karakter yang muncul dalam novel Akar. Namun, dalam novel tersebut, Kell diceritakan sudah meninggal akibat terkena ledakan granat. Hingga munculnya Kell di dalam pesawat yang sama bersama Alfa pun membuat saya penasaran.

            Kell memberitahukan kepada Alfa bahwa dirinya adalah seorang Infiltran yang akan membantu Alfa menemukan Peretas lainnya yang berasal dari gugus yang sama dengan Alfa. Kemudian, di saat yang bersamaan pula, Kell membuka indentitas Ishtar atau Star yang sempat muncul dalam novel Akar bersamaan dengan Kell, bahwa Ishtar adalah seorang Sarvara yang mengincar memori Para Peretas.

            Konflik sengit pun mulai bermunculan hingga membuat saya terkadang gemas sendiri. Mulai dari rusaknya kandi Elektra yang dipengaruhi oleh Pak Simon yang merupakan salah satu karakter di Novel Partikel. Pertemuan Dimas dan Reuben dengan Ferre yang merupakan karakter utama dalam Novel Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh yang membongkar bahwa Toni atau yang dikenal dengan Mpret dalam Novel Petir pun ternyata bersaudara dengan Dimas dan berkoneksi langsung dengan Ferre. Bagaimana Alfa setengah mati berusaha merebut Bodhi dari Bu Sati. Pak Simon yang menculik Zarah agar mau membuka Portal Bulan di Bukit Jambul, hingga Gio yang terus berusaha meyakinkan kepada Zarah bahwa ayahnya sudah meninggal di Bukit Jambul.

            Satu per satu karakter Peretas beserta kekuatannya pun mulai terbongkar. Keping demi keping misteri pun terbuka. Hingga pertarungan sengit Para Peretas dengan Sarvara di Bukit Dolok Simaung-Maung yang menyebabkan Alfa meninggal, namun berhasil membuat Gio dan Zarah menyebrang portal agar dapat membawa Peretas Puncak berkode Permata.

            Banyaknya bahasa asing yang membuat saya belajar lebih banyak. Dee Lestari pun membawa saya berpetualang ke tempat-tempat yang belum pernah saya saya kunjungi walaupun raga saya hanya duduk di tempat. Cara Dee Lestari menulis novel ini benar-benar membuat saya terpesona berkali-kali. Karena bukan hanya berpatok pada fiksi semata, Dee Lestari juga membuka wawasan saya dengan banyaknya ilmu pengetahuan di novel Intelegensi Embun Pagi ini. Banyak hal-hal yang tidak pernah saya bayangkan akan saya pelajari, namun secara tidak langsung saya pelajari di dalam novel ini. Begitu pula dengan pengetahuan tentang spiritual. Semua itu dikemas dengan sangat baik hingga saya tidak menyadari bahwa saya sedang belajar ketika saya membaca novel Intelegensi Embun Pagi ini.

            Namun, dari novel ini memiliki konten yang cukup berat dan sedikit sulit untuk dimengerti jika kita hanya membacanya sekilas dan tidak akan mengerti konflik yang terjadi jika kita tidak mengikuti serial novelnya sejak awal. Begitupula dengan bahasa, karena banyaknya bahasa asing dalam novel ini, ada banyak pula Bahasa Inggris yang tidak diterjemahkan. Sehingga membuat saya beberapa kali kesulitan ketika menemukan kosa kata baru dan membuat saya harus bolak-balik membuka kamus. Ada banyak pula istilah yang tidak dijelaskan di dalam Glosarium yang ditulis Dee Lestari di akhir buku. Akhir cerita yang sebenarnya masing menggantung pun membuat saya masih penasaran bagaimana dengan Hari Pembebasan yang dimaksudkan, karena Para Peretas harus menunggu Peretas Puncak untuk lahir ke Bumi.

            Terlepas dari kekurangan dan kelebihan, Novel Intelegensi Embun Pagi merupakan sebuah buku fiksi yang kaya akan ilmu pengetahuan. Banyak pula amanat yang dapat saya petik dalam serial Supernova, begitupula dengan Novel Intelegensi Embun Pagi ini. Namun, alangkah lebih baik jika segala bahasa asing yang Dee Lestari tuliskan dalam novelnya memiliki terjemahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar