Follow Us @literasi_smkn23jkt

Rabu, 24 April 2019

ROMANTISME CINTA DALAM NOVEL BUMI MANUSIA

Disusun oleh : Devintha Rahma Yanti 


Judul Novel                             : Bumi manusia
Pengarang                               : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit                                   : Lentera Dipantara
Tahun terbit                             : 2018
Halaman                                  : 551
ISBN                                       : 978-979-97312-3-4
Harga                                      : Rp. 132.000

            Pramoedya Ananta Toer lahir pada 1925 di Blora, Jawa Tengah, Indonesia. Hampir separuh hidupnya dihabiskan dalam penjara -- sebuah wajah semesta yang paling purba bagi manusia-manusia bermartabat: 3 tahun dalam penjara Kolonial, 1 tahun di Orde Baru (13 Oktober 1965-Juli 1969), pulau Nusa-kambangan Juli 1969-16 Agustus 1969, pulau Buru Agustus 1969-12 November 1979, Magelang/Banyumanik November-Desember 1979) tanpa proses pengadilan. Pada tanggal 21 Desember 1979 Pramoedya Ananta Toer mendapat surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat dalam G30S PKI tetapi masih dikenakan tahanan rumah, tahanan kota, tahanan negara sampai tahun 1999 dan wajib lapor ke Kodim Jakarta Timur satu kali seminggu selama kurang lebih 2 tahun. Beberapa karyanya lahir dari tempat purba ini, diantaranya Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca).
            Penjara tak membuatnya berhenti sejengkal pun menulis. Baginya, menulis adalah tugas pribadi dan nasional. Dan ia konsekuen terhadap semua akibat yang ia peroleh. Berkali-kali karyanya dilarang dan dibakar.
Dari tangannya yang dingin telah lahir lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing. Karena kiprahnya di gelanggang sastra dan kebudayaan, Pramoedya Ananta Toer dianugerahi berbagai penghargaan internasional, di antaranya: The PEN Freedom-to-write Award pada 1988, Ramon Magsaysay Award pada 1955, Fukuoka Cultur Grand Price, Jepang pada tahun 2000, tahun 2003 mendapatkan penghargaan The Norwegian Authours Union dan tahun 2004 Pablo Neruda dari Presiden Republik Chile Senor Ricardo Lagos Escobar. Sampai akhir hidupnya, ia adalh satu-satunya wakil Indonesia yang namanya berkali-kali masuk dalam daftar kandidat pemenang Nobel Sastra.
            Bumi Manusia merupakan buku pertama dari Tetralogi Buru. Novel ini menceritakan tentang seorang manusia berdarah priyayi, Minke, yang selalu diperolok-olok oleh kaum Totok karena ia seorang pribumi. Minke berusaha semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka. Di dalam novel ini diceritakan bahwa Minke adalah seorang yang terpelajar. Minke bersekolah di H.B.S atau setara dengan SMA. Hidup ditengah-tengah pergaulan eropa membuat pandangannya berubah, ia melupakan tradisi dan adat jawanya. Ia bahkan enggan mengikuti tradisi nenek moyangnya itu karena sudah terbiasa dengan adat eropa.
            Ditengah pencarian jati dirinya yang merupakan seorang pribumi tapi pengagung eropa, Minke bertemu dengan seorang gadis cantik yang membuatnya jatuh hati. Suatu hari Robert Suurhof, teman Minke, mengajaknya pergi ke Wonokromo. Di tempat itulah kisah cintanya dimulai. Namanya adalah Annelies, seorang Indo-Eropa, yang merupakan anak dari seorang gundik. Annelies diceritakan tidak bersekolah lagi karena ia harus membantu ibunya mengurus perkebunan dan peternakan. Hal itu ia lakukan karena ayahnya sudah tidak bisa diandalkan lagi. Kelakuannya sangat berubah akibat pengaruh hobinya yang suka pelesiran dan mabuk-mabukan.
            Semakin sering bertemu membuat tumbuhnya benih cinta antara Minke dengan Annelies. Hubungan mereka pun disetujui oleh ibunya Annelies, Nyai Ontosoroh, karena kekagumannya terhadap Minke yang terpelajar dan pintar. Namun Robert Suurhof tak senang akan hal itu, karena awalnya ia mengajak Minke ke tempat itu hanya untuk mengolok-oloknya. Ia tak menyangka bahwa Annelies akan menyukai Minke. Berbagai cara dilakukan Robert Suurhof untuk menjauhkan Minke dari Annelies, karena sudah sejak lama ia menyukai Annelies.
            Begitu besar kisah cinta yang digambarkan antara Minke dan Annelies sehingga akhirnya mereka bisa menikah walaupun banyak sekali pertentangan. Namun kesenangan itu tak bertahan lama. Suatu kenyataan yang tak dapat dihindarkan, bahwa Annelies adalah anak dari seorang Gundik. Hal itu menyebabkan pernikahan antara Minke dan Annelies tidak diakui oleh pengadilan Belanda.
            Nyai Ontosoroh tidak bisa berbuat apapun, sebab ia tak dianggap sebagai ibu dari Annelies oleh pengadilan Belanda, yang berhak atas Annelies adalah ayahnya, yaitu Robert Mellema. Namun ayahnya, Tuan Mellema, telah meninggal akibat penyakit kelamin yang dideritanya. Oleh karena itu hak asuh Annelies jatuh ke tangan istri sahnya Tuan Mellema.
            Walau begitu banyak cara yang dilakukan oleh Minke dan Nyai Ontosoroh untuk mempertahankan Annelies, namun apalah yang bisa dilakukan seorang pribumi terhadap pengadilan tinggi, semuanya tidak ada hasilnya. Akhirnya Annelies harus pergi ke Belanda dan hidup terpisah dengan Minke.
            Novel ini sungguh menarik untuk dibaca. Banyak pengetahuan yang dapat kita ambil dari membaca novel Bumi Manusia ini. Dan juga penggambaran akan latarnya yang membuat kita seolah-olah berada di sana.
            Novel ini memiliki jumlah halaman yang cukup banyak untuk dibaca. Ceritanya sangatlah bagus namun bahasa yang digunakan kurang sederhana sehingga membacanya perlu dengan saksama.
            Novel Bumi Manusia ini sangat menarik untuk dibaca. Dengan membacanya kita seperti dibawa ke awal abad 20-an. Kisah cinta antara seorang pribumi dengan seorang Indo-Eropa yang penuh lika-liku ini menurut saya adalah novel roman terbaik yang pernah saya baca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar