Follow Us @literasi_smkn23jkt

Rabu, 24 April 2019

'“Meneladani perjuangan Amananunna dalam menciptakan aksara dalam Novel Aksara Amananunna

Disusun Oleh : Syahriel


Judul buku                  : Aksara Amananunna
Penulis                         : Rio Johan
Penerbit                       : Kepustakaan Populer Gramedia
Kota Terbit                  : Jakarta
Tahun Terbit                : 2014
Jumlah Halaman          : i-vii + 240 halaman      

Novel Aksara Amananunna karangan Rio Johan ini memang sangat unik dan berbeda dari novel lainnya. Penulis kelarihan Surakarta itu menulis novel ini dengan banyak makna kehidupan. Sehingga, cocok sekali dijadikan referensi bacaan oleh kalangan umum. Walaupun novel ini berjenis fiksi, tetapi cerita Aksara Amananunna ini seakan-akan hidup dan nyata.

        Perjalanan demi perjalanan, waktu demi waktu, Amananunna pun tak kunjung menemukan bahasa yang dapat ia pahami. Ia bisa mendengar tapi tidak bisa memahami kata-kata, telinga dan mulutnya tidak selaras, apa yang ia dengar berbeda dengan apa yang ia ucapkan. Hingga di suatu sungai di dekat pemukiman suku-suku tribal ketika ia sedang merenung dan merasa putus asa, datanglah seorang wanita cantik yang hendak minum di sungai.
          Dengan seranting kayu Amananunna mengukir suatu aksara baru pada tanah yang basah.Ketika itulah dia menemukan kata yang maknanya kurang lebih “cinta”. Amanunna memberi nama wanita itu Manatumanna sesuai dengan aksara dan lafal lisan ciptaannya. Waktu pun berlalu, mereka mempunyai dua orang putra yang diberi nama Ilanumanna dan Ilalumanna. Ilanumanna pun tumbuh menjadi pria yang gagah, tangguh dan rupawan. Sedangkan, Ilalumanna ia tumbuh sebagai pria lemah dan pesakitan.
       Karena Amananunna sudah semakin tua dan ia  ingin meneruskan aksaranya, ia menyuruh Ilanumanna untuk menikahi seorang perempuan. Berminggu-minggu berlalu, Ilanumanna tak kunjung pulang membawa pinangan. Betapa terkejutnya Amananunna ketika menemui putra nya yang tak lagi memahami aksara dan bahasa yang ia ajarkan.
       Amananunna hanya bisa menyaksikan cucu-cucunya tanpa bisa meneruskan aksaranya. Ia pulang dengan harapan hancur. Ia tidak ingin aksara dan bahasanya lenyap begitu saja. Akhirnya, ia mengukir aksara dan bahasa ciptaannya di ceruk-ceruk ngarai, pada bebatuan besar, dan juga di dinding gua. Setidaknya, dengan cara itu ia bisa meninggalkan jejak ciptaannya.
       Buku ini menarik untuk dibaca karena alur ceritanya sulit untuk ditebak dan dikemas dengan cerita yang mengasah pikiran. Selain itu, cover novel ini pun menarik perhatian pembaca yang ingin membeli. Novel ini pun banyak mengandung makna kehidupan yang bisa dijadikan contoh di kehidupan nyata.
        Namun, dalam buku ini banyak ditemukan penggunaan kaidah kebahasaan yang tidak tersusun dengan baik dan terdapat diksi yang kurang pas serta kata-kata yang digunakan tidak baku dan efisien. Dalam buku ini pula, banyak sekali kata-kata yang sulit untuk dipahami oleh pembaca dan istilah-istilah asing yang jarang diketahui.
        Novel ini cocok dibaca oleh remaja. Novel ini juga bagus bagi para pembaca yang suka akan hal-hal baru dari kehidupan, serta banyak hikmah kehidupan yang terdapat dalam novel ini. Cerita dalam novel ini disajikan dengan alur yang unik dan tidak bisa ditebak, sehingga membuat novel ini seru dan tidak membosankan.
     Novel ini diharapkan bisa memuat diksi yang tepat dan sesuai kaidah kebahasaan untuk menceritakan alur ceritanya. Serta, mudah untuk dipahami oleh pembaca, karena novel ini sudah baik untuk alur ceritanya, namun sangat disayangkan jika pembaca sulit memahami kata yang masih asing untuk diketahui oleh pembaca.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar