Follow Us @literasi_smkn23jkt

Senin, 04 Desember 2017

Pramoedya Ananta Toer – Sang Pahlawan Menulis

Disusun oleh : Friska Berliyana Puspita Sari 





1. Pramoedya Ananta Toer lebih akrab disapa Pram. Lahir di Blora, Jawa Tengah 6 Februari 1925. Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-autobiografinya yang berjudul Cerita Dari Blora. Karena nama keluarga Mastoer dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa “Mas” dari nama tersebut dan menggunakan “Toer”. Sewaktu kecil, Pram sudah terlihat sebagai anak yang pintar mengumpulkan teman-temannya, banyak akal, dan berani mencoba apapun dalam segala hal. Namun masa kecilnya tertindas oleh perlakuan ayahnya yang terlalu keras dan berdisiplin tinggi.

2. Pram adalah anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya, Mastoer Imam Badjoeri adalah seorang guru. Sedangkan ibunya, Saidah adalah seorang penjual nasi. Ia mempunyai seorang istri bernama Maemunah Thamrin yang kemudian memberinya lima orang anak. Pramoedya juga mempunyai sembilan orang cucu. Istrinya meninggal pada bulan Januari tahun 2011 dan dimakamkan di TPU Karet Bivak. Ia juga memiliki mantan istri yang bernama Arfah Iljas.

3. Pram memulai pendidikannya di SD Blora. Namun, tercatat bahwa Pram beberapa kali tidak naik kelas.Ayahnya malu dan mengatakannya sebagai anak yang bodoh. Ayahnya tidak mau menyekolahkannya lebih lanjut ke jenjang yang lebih tinggi. Akhirnya, ibunyalah yang menyekolahkannya ke sekolah telegraf (Radio Vackschool).  Sekolah Institut Boedi Utomo di Blora di bawah bimbingan ayahnya yang bekerja sebagai guru disana. Tamat dari Boedi Utomo, ia kemudian bersekolah di Teknik Radio Surabaya selama satu setengah tahun dari tahun 1940 sampai 1941. Sambil bekerja, Pram juga mengikuti pendidikan di Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara di tahun 1942 hingga 1943. Selanjutnya, di tahun 1944 hingga 1945, Pram mengikuti sebuah kursus stenografi dan kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Islam Jakarta pada tahun 1945.

4.  Tahun 1942, Pram kemudian berangkat ke Jakarta dan bekerja sebagai tukang ketik di kantor berita Jepang yang bernama Domei pada masa saat kependudukan jepang di Indonesia. Pram pernah mengikuti pelatihan militer Tentara Keamanan Rakyat dan bergabung dengan Resimen 6 dengan pangkat Letnan dua dan ditugaskan di Cikampek dan kemudian kembali ke Jakarta pada tahun 1947. Pram pernah di angkap Belanda pada tanggal 22 Juli 1947 dengan tuduhan menyimpan dokumen pemberontakan melawan Belanda. Ia kemudian dijatuhi hukuman penjara dan dipenjarakan di Pulau Edam dan dipindahkan di penjara daerah Bukit duri. Selama masa penahanannya, ia lebih banyak menulis buku dan cerpen. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berkecimpung di dunia menulis dengan menjadi seorang penulis. Ia telah menghasilkan artikel, novel, puisi, dan cerpen yang membuat namanya melambung sejajar dengan para sastrawan dunia.

5. Sebagai penulis, Pram telah menghasilkan lima puluh karya yang diterjemahkan salam empat puluh satu bahasa asing. bebrapa karyanya diantara lain Bumi Manusia, Jejak Langkah, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Korupsi, Panggil Aku Kartini Saja, Sang Pemula, dan masih banyak karya yang lainnya. Ia juga pernah mendapat sederet penghargaan antara lain Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988 Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989 Wertheim Award , “For his meritorious service to the struggle for emancipation of  Indonesian people”, dari Wertheim Fondation, leiden, Belanda, 1995 Ramon Magsaysay Award, “For Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognition of his illuminating with briliant stories thehistorical awakening, and modern experinece of Indonesian people”, dan masih banyak lagi penghargaan yang lainnya.

6. Dibalik banyaknya penghargaan yang ia dapat, banyak karya Pram yang penuh dengan kritik sosial sehingga membuatnya sering keluar masuk penjara. Pram pernah diatahan selama tiga tahun pada masa kolonial dan satu tahun pada masa orde lama. Kemudian selama orde baru, ia pernah ditahan selama empat belas tahun sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan. Beberapa karya Pram dilarang untuk dipublikasikan karena dianggap mengganggu keamanan negara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno maupun Soeharto. Misalnya, ia pernah ditahan pada tahun 1960 dimasa pemetintahan Soekarno karena pandangan pro-komunis Tiongkoknya melalui buku yang berjudul Hoakiau di Indonesia dicabut dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan.

7. Tetapi, hal tersebut tidak menghalanginya untuk terus menulis. Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatanya telah menurun akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok. Tepatnya pada 27 April 2006 kesehatan Pram memburuk. Ia didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah dijangkitnya ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Upaya keluarga untuk merujuknya ke rumah sakit tidak membawa banyak hasil. Kondisinya semakin memburuk dan akhirnya meninggal pada 30 April 2006 di Jakarta.

8. Pramoedya sangat pantas dijuluki sebagai Pahlawan Menulis untuk generasi muda dan seluruh lapisan masyarakat karena, ia tak pernah mengenal waktu dalam menulis, ia tidak pernah menjadikan segala permasalahan dalam hidupnya sebagai penghalang dalam menulis. Baginya, menulis adalah bekerja untuk keabadian.





DAFTAR PUSTAKA

  1. https://lindazuarnum.files.wordpress.com/2012/03/pramoedya-ananta-toer-copy.jpg
  2. http://www.biografiku.com/2016/05/biografi-pramoedya-ananta-toer..htmlm=0 
  3. https://m.merdeka.com/profil/indonesia/p/pramoedya-ananta-toer/
  4.  https://en.wikipedia.org/wiki/Pramoedya_Ananta_Toer





Tidak ada komentar:

Posting Komentar