Disusun Oleh : Nur Fadilla
Pernyataan Umum : Hujan
Asam adalah hujan yang pada kandungan air di dalamnya terdapat campuran senyawa
asam. Kandungan kadar asam yang ada pada air hujan tersebut berada dibawah 5,6
pH yang secara alamiah terkandung pH 6. Fenomena Hujan Asam ini dapat terjadi
akibat pembakaran bahan fosil dari permukaan bumi yang menghasilkan gas sulfur
(zat belerang) di atmosfer bumi.
Hujan
secara alami bersifat asam (pH sedikit dibawah 6) karena karbondioksia (CO2) di
udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis
asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam
tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Hujan Asam untuk yang pertama
kalinya ditemukan oleh Robert Angus Smith di Kota Manchaster pada tahun 1852.
Urutan Sebab-Akibat : Asal
mula awal terjadinya Hujan Asam disebabkan oleh gas sulfur yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang beraksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke
atmosfer dan beraksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat
yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut
akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang berbahaya bagi
kehidupan ikan dan tanaman.
Hujan
Asam juga secara alamiah dapat terjadi karena aktivitas gunung berapi serta
prosesi biokimia. Akan tetapi pada umumnya hujan asam seringkali terjadi akibat
aktivitas keseharian manusia yang berupa kegiatan produksi pada pabrik dan
pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor.
Hujan
asam mulai terjadi setelah adanya revolusi industri di Eropa. Dampak yang
ditimbukan hujan asam adalah terjadinya penurunan tingkat keasaman (pH) di
daerah kutub dari 6 menjadi 4,5. Dampak lain adalah matinya organisme-organisme
kecil yang disebut dengan diatom. Pada tahun 1970-an para ilmuwan banyak
melakukan penelitian tentang hujan asam yang ternyata menyebabkan berbagai
kerusakan lingkungan.
Urutan Sebab-Akibat : Hujan
asam dapat mempercepat proses korosi pada beberapa material yang berasal dari
logam. Logam yang mengalami korosi biasanya akan mengalami rapuh dan keropos.
Hujan asam yang larut bersama nutrisi di dalam tanah akan menyapu kandungan
nutrisi dalam tanah sebelum tumbuhan sempat mempergunakannya untuk tumbuh. Zat
kimia beracun seperti aluminium juga akan terlepas dan bercampur dengan
nutrisi. Apabila nutrisi ini diserap oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan
dan mempercepat daun berguguran, kemudian tumbuhan akan terserang penyakit,
kekeringan, dan mati.
Hujan
asam termasuk peristiwa yang mengkhawatirkan, terdapat berbagai dampak buruk
seperti rusaknya sarana prasarana, menghambat perkembangbiakan hewan laut,
matinya berbagai jenis ikan, beracun bagi manusia dan lingkungan menjadi rusak.
Terjadinya Hujan Asam harus diwaspadai karena dampak
yang ditimbulkan bersifat global dan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada
lingkungan abiotik, antara lain: Danau, Tumbuhan dan Hewan, Kesehatan Manusia,
dan korosi.
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah
menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencernae, menghindari
terbentuknya zat pencemar saat terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar
dari gas buangan dan penghematan energi.
a. Bahan bakar dengan kandungan belerang rendah
Kandungan belerang rendah dalam bahan bakar
bervariasi. Sampat saat ini Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan
batubara. Sedangkan minyak bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan
belerang yang tinggi.
Penggunaan gas asam akan mengurangi emisi zat
pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan.
b. Mengurangi kandungan belerang sebelum pembakaran
Kadar belerang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan
menggunakan teknologi tertentu. Dalam proses produksi, Pengendalian pencemaran selama pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox
pada waktu pembakaran telah dikembangkan. Salah satu teknologi lime injection
in multiple burners (LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi
sampai 80% dan Nox 50%.
Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur
pembakaran dan suhu pembakaran diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur
akan bereaksi dengan belerang dan membentuk gypsum (kalsium sulfat dihidrat).
Penurunan suhu mengakibatkan penurunan pembentukan Nox baik dari nitrogen yang
ada dalam bahan bakar maupun dari nitrogen udara.
d. Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi
suatu barang, dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur
ulang sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
Teknologi yang digunakan juga harus diperhatikan, teknologi yang berpotensi
mengeluarkan emisi hendaknya diganti dengan teknologi yang lebih baik.
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar