Disusun Oleh: Benedicta Vella Putri Kristiawan
Judul Film : Tenggelamnya
Kapal Van Der Wicjk
Tahun : 19 Desember 2013
Sutradara : Sunil Soraya
Pemain : Pevita Pearce
Herjunot Ali
Reza Rahadian
Randy Nidji
Arzetti Bilbina
Kevin Andrean
Jajang C. Noer
Niniek L. Karim
Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto
"Cinta bukan mengajarkan kita untuk jadi lemah,
sebaliknya ia membangkitkan kekuatan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi
membangkitkan semangat"
Orientasi :
Film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" merupakan film yang
bergenre drama romantisme yang keluar pada tahun 2013 silam yang disutradarai
oleh Sunil Soraya dan produsernya adalah Ram Soraya. Pemeran utama dalam film
ini dibintangi oleh : Herjunot Ali (Zainuddin), Pevita Pearce (Hayati), Reza
Rahadian (Aziz), dan Randy Nidji (Muluk). Film ini merupakan film yang
diadaptasi dari sebuah novel yang ditulis oleh salah satu penulis terkenal di
tanah air Indonesia yang juga penulis novel "Di bawah lindungan
Ka'bah" yaitu Haji Abdul Malik Karim Abdullah atau yang biasanya dipanggil
dengan nama Buya Hamka.
Film ini dikabarkan menjadi film termahal yang pernah di produksi oleh Soraya Intercine Film dan dibuat dalam waktu kurang lebih 5 tahun. Menurut Wikipedia, yang mengutip pernyataan sutradara film ini, yaitu Sunil Soraya, beliau menegaskan bahwa mahalnya film ini disebabkan karena film ini harus dibuat sesuai dengan suasana cerita seperti pada tahun 1930-an. Karena barang-barang yang terdapat pada tahun-tahun tersebut merupakan barang-barang antik yang pada masa kini cukup mahal harganya. Belum lagi peralatan yang dipakai harus berkualitas tinggi untuk mendapatkan kualitas gambar yang maksimal.
Film ini dikabarkan menjadi film termahal yang pernah di produksi oleh Soraya Intercine Film dan dibuat dalam waktu kurang lebih 5 tahun. Menurut Wikipedia, yang mengutip pernyataan sutradara film ini, yaitu Sunil Soraya, beliau menegaskan bahwa mahalnya film ini disebabkan karena film ini harus dibuat sesuai dengan suasana cerita seperti pada tahun 1930-an. Karena barang-barang yang terdapat pada tahun-tahun tersebut merupakan barang-barang antik yang pada masa kini cukup mahal harganya. Belum lagi peralatan yang dipakai harus berkualitas tinggi untuk mendapatkan kualitas gambar yang maksimal.
Tafsiran Isi :
Film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" ini berlatar tahun
1930-an, berkisah tentang suatu hubungan cinta yang terlarang antara pemuda
keturunan Minang - Bugis bernama Zainuddin (Herjunot Ali) dengan seorang bunga
desa asli keturunan Minang bernama Hayati (Pevita Pearce) yang dibatasi oleh
perbedaan adat sosial antara kedua tokoh tersebut. Pada awalnya Zainuddin
(Herjunot Ali) berkunjung ke Batipuh hanya untuk bersilaturrahim dengan
penduduk di Batipuh yang merupakan kampung halaman Ayahnya, sekaligus ingin
belajar ilmu agama. Namun, setelah sampai di Batipuh Zainuddin (Hernunot Ali)
bertemu dengan Hayati.
Karena Zainuddin berdarah campuran, Zainuddin dianggap tidak bertalian darah dengan kerabatnya di Minang. Karena merasa terasingkan akhirnya Zainuddin sering mencurahkan isi hatinya kepada Hayati melalui surat - menyurat. Pada saat itulah mereka berdua saling mencintai. Beberapa waktu berlalu, akhirnya Zainuddin (Herjunot Ali) memutuskan untuk pergi ke Padang Panjang atas permintaan kepala suku Batipuh serta penduduk setempat.
Kemudian, seorang lelaki yang bernama Aziz (Reza
Rahadian) rupanya juga mencintai Hayati (Pevita Pearce) yang keduanya sama-sama
berdarah asli Minang. Aziz merupakan seorang yang cukup terpandang karena Aziz
adalah putra keturunan orang yang berpengaruh di Minang. Namun, Aziz memiliki
sifat dan akhlak yang kurang baik dan tidak terpuji. Ia dan keluarganya pun
melamar Hayati. Meskipun, kedua belah pihak merestui lamaran tersebut, namun
Hayati masih tetap mempertahankan cinta Zainuddin (Herjunot Ali) pemuda
berdarah campuran Minang-Bugis.
Sebelum berpisah, Hayati dan Zaenuddin berjanji untuk saling setia satu sama lain. Tetapi, karena Hayati dipaksa menikah oleh Aziz, Akhirnya Hayati menerima permintaan keluarganya tersebut untuk menikah dengan Aziz. Kemudian Hayati mengirim surat kepada Zainuddin untuk melupakan dan menghilangkan rasa cinta yang ada pada hati mereka berdua. Mendengar berita tersebut, Zainuddin merasa geram, marah, stress, dan frustasi.
Akhirnya memutuskan bangkit dari keterpurukan dengan merantau ke Pulau Jawa bersama sahabatnya dari Padang Panjang, yaitu Muluk (Randy Nidji) dengan tujuan untuk melupakan Hayati dan mencari peluang hidup disana. Saat di Pulau Jawa, Zainuddin menjadi seorang penulis dan karyanya tersebut dinilai cukup bagus. Akhirnya Zainuddin ditawari oleh seorang penerbit surat kabar untuk mengelola salah satu perusahaan surat kabarnya yang berada di Surabaya. Disana Zainuddin sangat sukses sebagai seorang penulis dan hidup lebih dari cukup.
Ternyata, Aziz dan Hayati juga pindah ke Surabaya karena tuntutan pekerjaan. Lambat laun, rumah tangga dan perekonomian Aziz dan Hayati semakin memburuk karena telah ditipu oleh rekan kerjanya dan banyak dililit hutang, ditambah lagi Aziz dipecat dari pekerjaannya. Pada suatu saat, Aziz dan Hayati bertemu dengan Zainuddin dan tanpa rasa malu Aziz meminta untuk dibayarkan hutangnya. Karena hutangnya tidak sepenuhnya terbayar akhirnya Aziz dan Hayati tidak mempunyai rumah dan hidup menumpang dengan Zainuddin untuk sementara waktu. Di balik kebaikan Zainuddin tersebut, sebenarnya Zainuddin masih sakit hati dengan Hayati.
Setelah beberapa lama, akhirnya Aziz izin pergi untuk mencari pekerjaan baru dan menitipkan Hayati untuk lebih lama tinggal dikediaman Zainuddin. Tetapi, tidak lama setelah Aziz pergi, ternyata Ia akhirnya bunuh diri karena merasa sangat malu dan menurut Aziz tindakan tersebut merupakan tindakan untuk menebus dosa-dosanya selama ini. Setelah mendengar kabar tersebut, akhirnya Zainuddin memulangkan Hayati ke kampung halamannya dengan menumpang pada kapal Van Der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan kapal Hayati tersebut tenggelam. Sebelum kapal tersebut tenggelam sebenarnya Zainuddin tau bahwa sebenarnya Hayati masih mencintainya. Akhirnya Zainuddin merasa menyesal karena telah berencara memulangkan Hayati ke kampung halamannya dan berujung maut, tetapi Zainuddin tetap terus bangkit untuk melanjutkan perjuangan hidupnya.
Film ini mengisahkan tentang cinta yang tak sampai disebabkan oleh perbadaan
adat istiadat dan tidak direstui oleh orang tua, yang mana kisah ini juga
terdapat di dalam film yang penulisnya sama yaitu Buya Hamka yang berjudul
"Di Bawah Lindungan Ka'bah". Kedua film tersebut sama-sama bergenre
romantisme, bahkan latarnya pun hampir sama yaitu perkampungan di daerah
Minangkabau. Latar waktunya pun juga tidak beda jauh yaitu antara 1920-an
dengan 1930-an.
Evaluasi :
Film ini memiliki banyak kelebihan dan memiliki sedikit kekurangan. diantara
kekurangannya menurut penulis ialah kurang pasnya judul dengan keseluruhan
cerita, walaupun terdapat adegan Kapal Van Der Wijck tenggelam, namun adegan
tersebut hanya ditampilkan diakhir dan hanya sebentar saja serta penyebab
tenggelamnya kapal Van Der Wijck tersebut tidak diperlihatkan. Kekurangan
lainnya adalah kurang "pas" nya aksen yang dimiliki pemeran-pemeran
film ini karena memang pemeran film ini mayoritas lahir dengan aksen Jawa.
Selebih dari itu, film ini sudah hampir sempurna.
Rangkuman :
Dari paparan tadi, dapat disimpulkan bahwa film ini mengisahkan tentang cinta
terlarang yang dialami oleh kedua orang yang saling jatuh cinta akibat adanya
perbedaan adat istiadat yang dimiliki mereka berdua. Film ini merupakan film
hasil adaptasi sebuah novel yang berjudul sama karangan Buya Hamka. Latar yang
diambil yaitu pada tahun 1930-an di kawasan Padang, Sumatera Barat. Film ini
memiliki banyak kelebihan dan hanya sedikit kekurangan-kekurangan kecil. Jadi,
film ini merupakan film yang sudah mendekati sempurna.
Sumber:
rubrik-ilmu.blogspot.com
www.informasibelajar.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar