Oleh: Iin Dwi Dayanti
Selfie adalah jenis foto potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau telepon kamera. Anda sudah melihatnya ribuan kali di Facebook dan media sosial lainnya, bahkan ada sebuah lagu yang menceritakan tentang foto selfie. Foto selfie seakan menjadi cara untuk mengekspos keinginan dasar manusia yang selalu merasa ingin diperhatikan, dihargai dan diakui. Namun, beberapa psikolog menyatakan bahwa foto selfie dapat menyebabkan gangguan mental pada seseorang. Hal ini terkait dengan kondisi kesehatan mental yang berfokus pada obsesi seseorang dengan penampilan.
Foto narsisis (bahasa Inggris: selfie) adalah jenis foto potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau telepon kamera. Foto narsisis sering dikaitkan dengan narsisisme, terutama dalam jejaring sosial. Di industri hiburan Korea, istilah yang digunakan adalah selca (singkatan untuk self camera).Pose yang digunakan umumnya bersifat kasual, dan diambil dengan menggunakan kamera yang diarahkan ke diri sendiri, atau bisa juga melalui cermin. Objek foto ini biasanya hanya si fotografer atau beberapa orang yang bisa dijangkau oleh fokus kamera. Foto narsisis yang melibatkan beberapa orang disebut dengan "foto narsisis kelompok".
Pada tahun 2013, kata selfie secara resmi tercantum dalam Oxford English Dictionary versi daring, dan bulan November 2013, Oxford Dictionary menobatkan kata ini sebagai Word of the Year tahun 2013, menyatakan bahwa kata ini berasal dari Australia.
Sisi Negatif Selfie, Narsisisme
Salah satu hasil penelitian menemukan bahwa foto selfie yang terlalu sering di-share melalui media online, yang mengindikasikan narsisisme bisa berdampak negatif bagi hubungan sosial dalam pernikahan, pertemanan dan pekerjaan.
Dari hasil studi yang lain, ditemukan bahwa perempuan lebih cenderung membagikan (sharing) foto selfie daripada laki-laki sebagai akibat dari cultural fixation dan penampilan perempuan. Hasil studi ini meyimpulkan bahwa perempuan yang menilai dirinya berdasarkan penampilan atau penilaian orang lain cenderung membagikan foto selfie-nya secara online, namun ironisnya aktivitas ini tidak berpengaruh secara signifikan dalam peningkatan harga dirinya (self esteem).
Sisi Positif Selfie, Eksplorasi Diri
Christine Erickson, kontributor tetap situs Mashable menyebutkan bahwa foto diri (self image) adalah suatu hal yang penting dan tidak selalu disebabkan oleh narsisisme. Melalui foto diri, seseorang bisa mendefenisikan dirinya sendiri dan memberitahukannya kepada yang lain, karena kita membutuhkan persepsi, pertimbangan (judgement) dan penilaian (appraisal) orang lain dalam mengembangkan karakter sosial kita.
Sementara itu, Pamela Rutledge, Direktur Media Psychology Research Center Adjunct Faculty, Massachusetts School of Professional Psychology and Fielding Graduate University, berpendapat bahwa terdapat sembilan alasan melakukan selfie yang tidak berhubungan dengan narsisisme.
1. Selfie mempermudah (facilate) diri dalam mengeksplorasi identitas diri. Salah satu cara yang paling efektif untuk mengenal diri kita sendiri adalah dengan cara melihat diri kita melalui bagaimana orang lain memandang kita.
2. Selfie mengidentifikasikan gairah atau minat yang memperkuat identitas sosial kita. Misalnya foto selfie yang sedang mengenakan kostum olahraga klub tertentu.
3. Selfie dilakukan terkait konteks bukan karena “keakuan”. Misalnya ekspresi artistik dalam fashion dan teknik fotografi.
4. Selfie sebagai bentuk pertanyaan untuk mendapatkan respon (feedback) dari orang lain. Misalnya “Kamu suka pakaian yang sedang kupakai ini?”.
5. Selfie bukan semata-mata hanya untuk mendapatkan persetujuan atau pengesahan (validasi). Cukup sering kita mendengar bahwa selfie bertujuan untuk memperoleh persetujuan (approval). Kita semua meminta persetujuan.Sebagai makhluk sosial, kita membutuhkan koneksi dan validasi sosial. Kita ingin dianggap bernilai, diapresiasi, dan menjadi bagian grup yang kita anggap penting.
6. Selfie memiliki banyak makna. Melalui selfie, kita sebagai pengamat akan mencari makna dibalik foto selfie tersebut, mencari apa yang sebenarnya yang hendak diperlihatkan.
7. Selfie lebih terasa nyata daripada potret tradisional. Selfie adalah salah satu kebiasaan selebritis, sebagai bentuk usaha untuk mendekatkan dirinya dengan fansnya, karena selfie lebih bersifat intim dan personal.
8. Selfie sebagai usaha untuk menormalkan citra diri. Hal ini biasanya berlaku pada tokoh-tokoh terkenal atau selebritis, dimana foto-foto mereka di media massa seringkali terlihat “jaim” (jaga imej), cantik, gagah dan sebagainya. Hal ini menimbulkan anggapan sebagian orang bahwa mereka mengidap narsis, karena foto-foto itu hasil dari rekayasa atau settingan. Untuk menormalisasi anggapan ini, mereka pun membuat foto selfie yang memperlihatkan diri mereka apa adanya, atau diri mereka dalam kehidupan sehari-hari.
9. Selfie menawarkan pelakunya untuk menarasikan hidupnya melalui gambar-gambar. Foto diri saat terlihat cantik, jelek, muda, tua, bersedih, galau, gembira, bahagia dan sebagainya. Sebagai bentuk usaha untuk “mengabadikan” peristiwa-peristiwa yang dialami, perjalanan hidup yang telah dilalui, hingga pada suatu saat, ketika kita melihat foto-foto selfie itu kembali, mungkin kita bisa menemukan sesuatu atau hikmah, yang tidak kita peroleh saat peristiwa-peristiwa itu berlangsung.
Dampak foto selfie
Bisa memicu persepsi atau ketergantungan sosial untuk mencari perhatian serta pujian. Baru-baru ini terjadi kasus akibat dampak foto selfie yang menimpa remaja Inggris bernama Danny Bowman. Ia menjadi begitu terobsesi untuk mengambil foto selfie sekitar 200 gambar atau sekitar sekitar sepuluh jam per hari, dan berusaha mati-matian untuk menciptakan hasil yang sempurna dari dirinya sendiri. Ketika Bowman gagal untuk mengambil foto selfie yang dianggapnya sempurna, ia mencoba bunuh diri dengan cara overdosis narkoba. Psikolog mengatakan dampak foto selfie dapat menyebabkan penyakit mental, termasuk gangguan dismorfik tubuh, yang memiliki tingkat rasa bunuh diri sangat tinggi.
Para ahli mengatakan bahwa gadget dan media sosial menyebabkan kecanduan foto selfie yang bisa menyebabkan dampak negatif jika tidak diberikan arahan dari orang tua. Beberapa ahli dan dokter merasa bahwa foto selfie telah dikaitkan dengan narsisme dan mental ingin menyombongkan sesuatu. Namun, tentu saja, manusia adalah makhluk sosial yang telah lama didorong oleh kebutuhan untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan. Apakah mungkin bahwa mengambil foto selfie menyebabkan penyakit mental, kecanduan, narsisme dan bunuh diri? Banyak psikolog mengatakan ya, dan memperingatkan orang tua untuk memperhatikan apa yang anak lakukan saat bersama dengan gadgetnya, untuk menghindari kasus-kasus masa depan seperti apa yang terjadi pada Bowman, sehingga dampak foto selfie yang negatif bisa dihindari.
Diadaptasi dari:
http://melindahospital.com/artikel/3094/Dampak-Foto-Selfie-Bisa-Akibatkan-Gangguan-Mental.html
http://unosites.blogspot.com/2014/04/fenomena-foto-selfie.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar