Oleh: Mangulia Sari
Pengertian Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropika atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan tropis adalah bioma berupa hutan yang selalu
basah atau lembap, Hal ini dikarenakan hutan hujan tropis selalu cukup mendapat
sinar matahari dan juga curah hujan yang tinggi. Yang dapat ditemui di wilayah
sekitar khatulistiwa;
Yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis khatulistiwa (23,5 LU hingga 23,5 LS) yang meliputi daerah antara Cancer Tropis dan Capricorn Tropis. Hutan ini dapat ditemukan di Asia (Indonesia,malaysia), Afrika (Kongo), Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan (Bolivia, Venezuela, Kolombia, Brazil, Suriname, Peru), Papua Nugini, pulau-pulau di samudera Pasifik, kepulauan Karibia, pulau-pulau Samudera Hindia, Madagaskar, dan Australia Bagian Utara.
Yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis khatulistiwa (23,5 LU hingga 23,5 LS) yang meliputi daerah antara Cancer Tropis dan Capricorn Tropis. Hutan ini dapat ditemukan di Asia (Indonesia,malaysia), Afrika (Kongo), Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan (Bolivia, Venezuela, Kolombia, Brazil, Suriname, Peru), Papua Nugini, pulau-pulau di samudera Pasifik, kepulauan Karibia, pulau-pulau Samudera Hindia, Madagaskar, dan Australia Bagian Utara.
Hutan hujan tropis merupakan rumah untuk setengah
spesies flora dan fauna di seluruh dunia. Hutan hujan tropis juga dijuluki
sebagai "farmasi terbesar dunia" karena hampir 1/4 obat modern
berasal dari tumbuhan di hutan hujan ini.
Hutan alam tropis yang masih utuh mempunyai jumlah
spesies tumbuhan yang sangat banyak. Hutan di Kalimantan mempunyai lebih dari
40.000 spesies tumbuhan, dan merupakan hutan yang paling kaya spesiesnya di
dunia. Di antara 40.000 spesies tumbuhan tersebut, terdapat lebih dari 4.000
spesies tumbuhan yang termasuk golongan pepohonan besar dan penting.
Di dalam setiap hektar hutan tropis seperti tersebut
mengandung sedikitnya 320 pohon yang berukuran garis tengah lebih dari 10 cm.
Di samping itu, di hutan hujan tropis Indonesia telah banyak dikenali ratusan
spesies rotan, spesies pohon tengkawang, spesies anggrek hutan, dan beberapa spesies umbi-umbian
sebagai sumber makanan dan obat-obatan.
Hutan hujan tropis memiliki empat lapisan utama. Masing-masing lapisan
merupakan tempat hidup tanaman dan hewan yang berbeda yang telah beradaptasi
untuk hidup di wilayah tersebut. Lapisan ini telah diidentifikasi sebagai :
·
Tajuk Kanopi
(emergent), di
ketinggian lebih dari 30 m dari permukaan tanah.
·
Kanopi Atas
(upper canopy), memiliki
ketinggian antara 24–36 m.
·
Bawah Kanopi
(understory), terletak
antara kanopi atas dan lantai hutan.
·
Lantai Hutan
(forest floor), tempatnya terhalang dari sinar matahari.
Tipe
Hutan Hujan Tropis Menurut Ketinggian Tempat
A. Zona Hutan Hujan Bawah
Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan bawah meliputi
pulaupulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi, dan
beberapa pulau di Maluku misalnya di pulau Taliabu, Mangole, Mandioli, Sanan,
dan Obi. Di hutan hujan bawah banyak terdapat spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae
terutama anggota genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatiea,
Dryobalanops, dan Cotylelobium. Dengan demikian, hutan hujan bawah
disebut juga hutan Dipterocarps. Selain spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae
tersebut juga terdapat spesies pohon lain dari anggota famili Lauraceae,
Myrtaceae, Myristicaceae, dan Ebenaceae, serta pohon-pohon anggota
genus Agathis, Koompasia, dan Dyera.
Pada ekosistem hutan hujan bawah di Jawa dan Nusa
Tenggara terdapat spesies pohon anggota genus Altingia, Bischofia,
Castanopsis, Ficus, dan Gossampinus, serta spesies-spesies pohon
dari famili Leguminosae. Adapun eksosistem hutan hujan bawah di
Sulawesi, Maluku, dan Irian, merupakan hutan campuran yang didominasi oleh
spesies pohon Palaquium spp., Pometia pinnata, Intsia spp., Diospyros spp.,
Koordersiodendron pinnatum, dan Canarium spp. Spesies-spesies
tumbuhan merambat yang banyak dijumpai di hutan hujan bawah adalah anggota
famili Apocynaceae, Araceae, dan berbagai spesies rotan (Calamus
spp.).
B. Zona Hutan
Hujan Tengah
Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan tengah meliputi
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, sebagian daerah Indonesia Timor, di Aceh dan
Sumatra Utara. Secara umum, ekosistem hutan hujan tengah didominasi oleh genus Quercus,
Castanopsis, Nothofagus, dan spesies pohon anggota famili Magnoliaceae.
Di beberapa daerah, tipe ekosistem hutan hujan tengah
agak khas. Misalnya di Aceh dan Sumatra Utara terdapat spesies pohon Pinus merkusii,
di Jawa Tengah terdapat spesies pohon Albizzia montana dan Anaphalis
javanica, di beberapa daerah Jawa Timur terdapat spesies pohon Cassuarina
spp., di Sulawesi terdapat kelompok spesies pohon anggota genus Agathis dan
Podocarpus. Di sebagian daerah Indonesia Timur terdapat spesies pohon
anggota genus Trema, Vaccinium, dan pohon Podocarpus imbricatus, sedangkan
spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae hanya terdapat pada
daerah-daerah yang memiliki ketinggian tempat 1.200 m dpl.
C. Zona Hutan
Hujan Atas
Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan atas hanya di
Irian Jaya dan di sebagian daerah Indonesia Barat. Tipe ekosistem hutan hujan
atas pada umumnya berupa kelompok hutan yang terpisah-pisah oleh padang rumput
dan belukar. Pada ekosistem hutan hujan atas di Irian Jaya banyak mengandung
spesies pohon Conifer (pohon berdaun jarum) genus Dacrydium,
Libecedrus, Phyllocladus, dan Podocarpus. Di samping itu, mengandung
juga spesies pohon Eugenia spp. dan Calophyllum, sedangkan di
sebagian daerah Indonesia Barat dijumpai juga kelompokkelompok tegakan Leptospermum,
Tristania, dan Phyllocladus yang tumbuh dalam ekosistem hutan hujan
atas pada daerah yang memiliki ketinggian tempat lebih dari 3.300 m dpl.
Tipe Hutan
Tropis Menurut Iklim di Indonesia
A. Hutan Tropis
Basah
Hutan tropis basah adalah hutan yang memperoleh curah
hujan yang tinggi, sering juga kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan
jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara
dan Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu: Meranti (Shorea
dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi
(Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp).
B. Hutan Muson
Basah
Hutan muson basah merupakan hutan yang umumnya
dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur, periode musim kemarau 4-6 bulan. Curah
hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250 mm-2.000 mm. Jenis-jenis pohon yang
tumbuh di hutan ini antara lain jati, mahoni, sonokeling, pilang dan kelampis.
C. Hutan Muson
Kering
Hutan muson kering terdapat di ujung timur Jawa, Bali,
Lombok dan Sumbawa. Tipe hutan ini berada pada lokasi yang memiliki musim
kemarau berkisar antara 6-8 bulan. Curah hujan dalam setahun kurang dari 1.250
mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan ini yaitu Jati dan Eukaliptus.
D. Hutan Savana
Hutan savana merupakan hutan yang banyak ditumbuhi
kelompok semak belukar diselingi padang rumput dengan jenis tanaman berduri.
Periode musim kemarau 4 – 6 bulan dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm per
tahun. Jenis-jenis yang tumbuh di hutan ini umumnya dari Famili Leguminosae dan
Euphorbiaceae. Tipe Hutan ini umum dijumpai di Flores, Sumba dan Timor.
Tipe Hutan Hujan Tropis Menurut
Physiognomi
Pada sistem klasifikasi ini dasar yang dipakai adalah
ciri-ciri luar vegetasi yang mudah dikenali dan dibedakan, seperti semak,
rumput, pohon dan lain-lain. Ciri lebih lanjut seperti menggugurkan daun,
selalu hijau, tinggi dan derajad penutupan tegakan dapat pula diterapkan.
Ciri-ciri yang umum digunakan yaitu :
· Tinggi vegetasi, yang berkaitan
dengan strata yang nampak oleh mata biasa
· Struktur, berpedoman pada susunan
stratum (A, B, C, D dan E), dan penutupan tajuk (Coverage).
· Life-form atau bentuk hidup atau
bentuk pertumbuhan, merupakan individu-individu penyusun komunitas
tumbuh-tumbuhan.
Contoh :
a. Ciri physiognomi hutan tropis dataran rendah :
a. Ciri physiognomi hutan tropis dataran rendah :
Kanopi
|
:
|
25 – 45 m
|
Tinggi pohon
(emergent)
|
:
|
Khas, 60 – 80
m
|
Daun penumpu
|
:
|
Sering
dijumpai
|
Elemen daun
dominan
|
:
|
Mesophyl
|
Akar papan
|
:
|
Sering
dijumpai dan sangat besar
|
Kauliflori
|
:
|
Sering
dijumpai
|
Liana berkayu
|
:
|
Sering
dijumpai
|
Liana pada
batang
|
:
|
Sering
dijumpai
|
Ephyphit
|
:
|
Sering
dijumpai
|
b. Ciri
physiognomy hutan tropis dataran tinggi/ pegunungan :
Kanopi
|
:
|
15 – 33 m
|
Tinggi pohon
(emergent)
|
:
|
Sering tidak
ada
|
Daun penumpu
|
:
|
Jarang
dijumpai
|
Elemen daun dominan
|
:
|
Mesophyl
|
Akar papan
|
:
|
Jarang
dijumpai dan kecil
|
Kauliflori
|
:
|
Jarang
dijumpai
|
Liana berkayu
|
:
|
Jarang
dijumpai
|
Liana pada
batang
|
:
|
Sering
dijumpai
|
Ephyphit
|
:
|
Sangat sering
dijumpai
|
c. Ciri
physiognomi hutan tropis pegunungan tinggi :
Kanopi
|
:
|
2 - 18 m
|
Tinggi pohon
(emergent)
|
:
|
Pada umumnya
tidak ada
|
Daun penumpu
|
:
|
Sangat jarang
dijumpai
|
Elemen daun
dominan
|
:
|
Microphyl
|
Akar papan
|
:
|
Pada umumnya
tidak ada
|
Kauliflori
|
:
|
Tidak ada
|
Liana berkayu
|
:
|
Tidak ada
|
Liana pada
batang
|
:
|
Jarang dijumpai
|
Ephyphit
|
:
|
Sering
dijumpai
|
Di Indonesia berdasarkan ciri physiognomi tedapat dua
tipe hutan yaitu : Hutan Hujan Tropis, hutan yang selalu hijau dan hutan musim
atau hutan yang menggugurkan daun. Hutan hujan tropis umumnya dijumpai di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku bagian Utara dan Papua sedangkan hutan
musim yang menggugurkan daun dijumpai di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku
bagian Selatan.
Tipe Hutan Hujan Tropis Menurut
Sosiologi Vegetasi
Tipe hutan berdasarkan sosiologi vegetasi merupakan
pengklasifikasian hutan berdasarkan jenis yang dominan pada hutan tersebut atau
berdasarkan famili yang dominan di daerah itu. Contoh :
o
Hutan
Dipterocarpaceae di Asia Tenggara, merupakan hutan tropis yang umum dijumpai
dan Famili yang mendominasi adalah Famili Dipterocarpaceae.
o
Hutan Shorea
albida di Serawak, merupakan hutan tropis yang didominasi jenis Shorea albida.
o
Hutan Ebony
(Diospyros sp) di Sulawesi, merupakan hutan tropis yang didominasi oleh Ebony
atau kayu hitam.
o
Hutan Mahoni di
Jawa, meupakan hutan musim yang didominasi oleh mahoni di pulau Jawa.
Tipe-tipe Hutan Hujan Tropis pada Kondisi Khusus (Azonal
Hutan pada tipe azonal umumnya dipengaruhi oleh
kondisi tanah dan air serta kondisi tempat tumbuh yang miskin hara.
a. Hutan Mangrove
Hutan yang berada di tepi pantai, didominir oleh
pohon-pohon tropika atau belukar dari genus Rhizophora, Languncularia,
Avicennia dan lain-lain.
b. Hutan Gambut (Peak Forest)
Hutan yang tumbuh pada tanah organosol dengan lapisan
gambut yang memiliki ketebalan 50 cm atau lebih, umumnya terdapat pada daerah
yang memiliki tipe iklim A atau B menurut klasifikasi tipe iklim Schmidt dan
Ferguson.
c. Hutan Rawa (Swamp Forest)
Hutan yang tumbuh pada daerah-daerah yang selalu
tergenang air tawar, tidak dipengaruhi iklim. Pada umumnya terletak dibelakang
hutan payau dengan jenis tanah aluvial. Tegakan hutan selalu hijau dengan
pohon-pohon yang tinggi bisa mencapai 40 m dan terdiri atas banyak lapisan
tajuk.
Ciri-ciri Hutan
Hujan Tropis
Ciri-ciri
hutan tropis, antara lain sebagai berikut:
1. pohon-pohonnya tinggi, rapat, dan
berdaun lebat.
2. Dasar hutan ditumbuhi rumput dan
lumut sebagai penutup lahan.
3. Sinar matahari tidak dapat menembus
dasar hutan.
4. Udara di sekitarnya sangat lembap.
5. Terjadi di daerah curah hujan tinggi
6. Pada hutan hujan tropis dicirikan
dengan adanya tingkat kelembaban yang selalu tinggi, biasanya 80% atau lebih.
7. Struktur hutan hujan tropis terdiri
dari tajuk yang berlapis-lapis.
8. Lapis tajuk yang atas terdiri dari
pohon-pohon yang muncul di antara lapis tajuk di bawahnya (kedua) dengan tinggi
antara 45 – 60 m.
9. Pohon pada lapis teratas umumnya
mempunyai tajuk yang kecil dan tidak teratur dengan sedikit susunan cabang.
10. Lapis tajuk kedua merupakan kanopi
utama yang umumnya terdiri dari jenis-jenis pohon yang ramping dengan tinggi
antara 30-40 m.
11. Lapisan tajuk di bawahnya terdiri
dari jenis-jenis pohon yang sangat toleran, dengan batang yang ramping, tinggi
dan tajuk yang kecil, terdapat banyak epifit pada cabang yang tinggi.
12. Pada lantai hutan banyak terdapat
jenis-jenis tumbuhan bawah seperti palem kecil, jenis-jenis bambu, rotan,
paku-pakuan dan jenis-jenis lainnya, atau mungkin hampir tanpa tumbuhan bawah.
Manfaat / Fungsi
Hutan Hujan Tropis
1. Pengatur tata air
2. Penyerap karbondioksida
3. Pencegah erosi dan banjir
4. Bioindikator terjadinya hujan asam dan pencemaran
udara yang lain
5. Perlindungan flora dan
fauna
6. Menstabilkan iklim dunia
7. Menjadi sumber makanan bagi kehidupan makhluk hidup.
Kerusakan Hutan
Hujan Tropis dan Solusi Mengatasinya
Hutan hujan tropis memliki peran
penting bagi banyaknya kehidupan yang berada didalam nya, hutan hujan tropis
memiliki banyak makanan dan minuman untuk kehidupan beberapa satwa yang ada
disana. Namun, seiring dengan pesatnya kemajuan tekhnologi modern, banyak
hutan-hutan hujan tropis mulai di ”gunduli” untuk dijadikan Pabrik, Perumahan,
atau gedung-gedung.
Dengan makin luasnya wilayah hutan
hujan tropis yang di gunduli, maka semakin sedikit pula tempat habitat satwa
yang ada disana, pohon-pohon ditebangi, satwa-satwa disana pun semakin sulit
mencari makanan di hutan. Akibatnya, banyak satwa-satwa yang mati dan terancam
punah, dan banyak pula tumbuhan-tumbuhan yang terancam punah karena maraknya
penebangan liar. Sampai saat ini, indonesia telah kehilangan 72% Hutan Asli,
yang berdampak pula pada menipisnya wilayah hutan hujan tropis di indonesia.
Hutan hujan tropis Indonesia adalah
bagian dari 10% hutan tropis dunia yang masih ada. Hutan tropis indonesia
banyak sekali keanekaragaman hayatinya, yang terdiri atas 12% spesies hewan
mamalia, 16% spesies reptil dan amphibi, 1.519 spesies burung, dan 25% spesies
ikan dunia.
Solusi Untuk Kerusakan Hutan
Tropis :
1.
Penghijauan
Kegiatan Teknik
pemuliaan pohon serta pengendalian hama dan penyakit bisa dilakukan untuk
memulihkan kembali hutan di Indonesia. Penanaman hutan secara intensif menjadi
pilihan terbaik karena bisa diprediksi, sehingga kebutuhan kayu bisa
diperhitungkan tanpa harus merusak habitat hutan alam yang masih baik.
2.
Dinas Kehutanan
Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Dinas Kehutanan memiliki kewengan untuk mengatur, menjaga,
melestarikan, dan mengelola hutan. Selain itu, Dinas Kehutanan juga brewenang
untuk memberikan izin usaha pemanfaatan kawasan hutan dan pemungutan hasil
hutan serta berwenang melakukan pengawasan dan pengendalian penatausahaan hasil
hutan. Apabila Dinas Kehutanan melaksanakan kewenangan tersebut secara benar,
maka kerusakan hutan tropis akan bisa ditekan.
3. Dinas
Lingkungan Hidup
Pencanangan program pemerintah yang
dikoordinasikan oleh kantor Menneg LH, antara lain 7 kegiatan utama yakni bumi
lestari, sumber daya alam lestari, program kali bersih, program langit biru,
adipura, laut dan pantai lestari serta manajemen lingkungan memerlukan dukungan
dan peran serta masyarakat luas dan instansi terkait dalam pelaksanaannya.
Pembentukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil/ PPNS Bidang Lingkungan,
BAPEDAL juga menunjukkan kesungguhan dan komitmen pemerintah yang kuat.
4. Peringatan Hari Lingkungan
Hidup
Peringatan
hari lingkungan hidup se-dunia dengan tema Green Cities pada 5 mei 2005 perlu
diapresiasi dengan sikap aktif pro-aktif. Seyogyanya pemerintah pusat hingga
pemerintah daerah melakukan aksi nyata dan tidak hanya pada konsep dan acara
seremonial belaka. Apa yang dilakukan oleh pemerintah Kota Pekanbaru dalam
memperingati hari lingkungan hidup se-dunia dengan tema “Gerakan Kota Bersih
dan Hijau” perlu dicontoh oleh kabupaten/ kota lain.
Penghijauan
kota dan lahan gundul serta penjagaan terhadap lingkungan laut menjadi
prioritas mekanisme pembangunan bersih. Hal ini diyakini bahwa hutan merupakan
paru-paru dunia yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi
kehidupan di muka bumi. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan
terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan
berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir
serta tanah longsor di musim penghujan.
Pada
akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian
masyarakat. Sedangkan laut diyakini menyimpan banyak potensi flora dan fauna
yang menarik untuk dijadikan aset daerah dengan pendekatan ekowisata. Tentu
pengelolaan yang rapi, sistemik dan berwawasan lingkungan menjadi ruh utama
pembangunan.
5. Universitas
Universitas
diharapkan mampu mencetak mahasiswanya menjadi sumber daya manusia yang pintar,
bijaksana, serta peduli terhadap lingkungan melalui pemberian mata kuliah
Pendidikan Lingkungan Hidup. Pendidikan lingkungan
merupakan unsur yang sangat penting dalam mengelola lingkungan. Pendidikan
lingkungan memiliki peran yang strategis dan penting dalam mempersiapkan
manusia untuk memecahkan masalah-masalah lingkungan. Melalui pendidikan
lingkungan orang dapat mengembangkan pemikiran dan teknologi yang mampu
mendukung langkah yang tepat untuk skala lokal maupun global. Selain dari itu,
pendidikan sendiri merupakan jalur positif untuk menuju perubahan pemahaman
mengenai lingkungan hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan dari suatu
masyarakat maka semakin tinggi pula persepsi dan kepedulian masyarakat tersebut
sehingga menimbulkan sikap serta perilaku yang lebih baik dalam menghadapi
masalah lingkungan.
6. Tokoh Masyarakat dan Tokoh
Agama
Pada masyarakat pedesaan, peran tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam
mensukseskan program pengelolaan lingkungan sangatlah besar. Masyarakat
pedesaan umumnya pasif dan mencontoh perbuatan yang dilakukan oleh pemimpin
mereka. Untuk itu sudah sewajarnya apabila tokoh masyarakat dan tokoh agama
membekali diri dengan pengetahuan yang memadai mengenai pengelolaan lingkungan
dan kesehatan.
Pada masyarakat perkotaan yang umumnya lebih individualistis, intelektual
diharapkan menjadi sikap yang baik dalam menjaga dan mengelola lingkungan,
karena dengan pengetahuan yang dimilikinya seharusnya dia mampu menyelaraskan
dan memadukan perintah agama dengan perannya sebagai bagian dari penebar kasih
bagi semesta alam.
7. Media Massa
Peran media massa juga penting untuk pendidikan bahkan merupakan partner
yang cukup relevan untuk menunjang pendidikan lingkungan tersebut. Media massa
harus diisi pula dengan pendidikan lingkungan, terutama untuk anak-anak dan
generasi muda sehingga mereka menyadari arti penting lingkungan demi kesejahteraan
manusia dan makhluk hidup lain.
8.
LSM
Dalam rangka melestarikan hutan, LSM perlu meningkatkan kampanye-kampanye
konservasi kepada masyarakat melalui penyuluhan dan praktik nyata yang juga
melibatkan masyarakat. Dengan penyuluhan, masyarakat menjadi tahu pentingnya
pelestarian alam, dan dengan praktik nyata konservasi, masyarakat diharapkan
tidak hanya mengerti namun juga akan mempraktikannya di dalam kehidupan mereka.
Selain itu, kelembagaan lingkungan hidup serta
masyarakat luas perlu melakukan kontrol terhadap kebijakan pemerintah yang
tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Pada sektor korporasi yang mengelola
langsung sumber daya alam lokal, seperti CALTEX, RAPP, serta
perusahaan-perusahaan besar lainnya harus memperhatikan kesepakatan ISO-14000
yang mengamanahkan untuk meningkatkan pola produksi berwawasan lingkungan,
membangun pabrik atau perusahaan hijau (green company) dengan sasaran
keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan yang maksimal dan pola produksi
dengan limbah nol (zero waste).
9. Penegakan
Hukum
Penegakan hukum terhadap kejahatan di bidang kehutanan tidak lepas dari
konsep penegakan hukum terhadap lingkungan. Hal ini dimaksudkan
untukmenakut-nakuti orang banyak dan sipenjahat sendiri dengan memberikan
sanksi berat, sehingga dengan penerapan sanksi yang berat itu baik pelaku
maupun orang lain akan jera untuk melakukan perbuatan yang dimaksud.Diadaptasi dari:
http://n-pangestu.blogspot.com/2013/12/makalah-hutan-hujan-tropis_163.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar