Oleh: Angga Ramadhani
Banjir lumpur panas Sidoarjo,
juga dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo , adalah
peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. di
Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia,
sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas
selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman,
pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi
aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, lumpur
panas keluar disebabkan karena adanya patahan, terjadi di banyak tempat di
sekitar Jawa Timur sampai ke Madura seperti Gunung Anyar di Madura, “gunung”
lumpur juga ada di Jawa Tengah (Bledug Kuwu).
Fenomena ini sudah terjadi puluhan, bahkan
ratusan tahun yang lalu. Jumlah lumpur di Sidoarjo yang keluar dari perut bumi
sekitar 100.000 meter kubik per hari, yang tidak mungkin keluar dari lubang
hasil “pengeboran” selebar 30 cm.
Pendapat awal dari Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia maupun Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia yang mengatakan lumpur
di Sidoarjo ini berbahaya, menyebabkan dibuat tanggul di atas tanah milik
masyarakat, yang karena volumenya besar sehingga tidak mungkin menampung
seluruh luapan lumpur dan akhirnya menjadikan lahan yang terkena dampak menjadi
semakin luas.
Desa Renokenongo dan Kedungbendo yang tergenang lumpur |
Di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia, sejak tanggal 29 Mei 2006.
Semburan lumpur panas selama beberapa bulan
ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian
di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di
Jawa Timur.
Dampak
Peta Semburan |
Semburan lumpur ini
membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas
perekonomian di Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT Lapindo, melalui PT Minarak Lapindo Jaya telah mengeluarkan uang baik untuk mengganti tanah
masyarakat maupun membuat tanggul sebesar Rp6 triliun.
- Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula
hanya menggenangi empat desa dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang
membuat dievakuasinya warga setempat untuk diungsikan serta rusaknya areal
pertanian. Luapan lumpur ini juga menggenangi sarana pendidikan dan Markas
Koramil Porong. Hingga bulan Agustus 2006, luapan
lumpur ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang
dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa mengungsi.
Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah
ibadah terendam lumpur.
- Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur
hingga Agustus 2006 antara
lain: lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan
Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo,
Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon; serta
1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.
- Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa
menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja.
Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini.
- Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para
pegawai juga terancam tak bekerja.
- Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP),
Markas Koramil Porong, serta rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur
(jaringan listrik dan telepon)
- Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang
lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit. Rinciannya: Tempat tinggal 1.810
(Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428, Kedungbendo 590, Besuki 170),
sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan
Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit.
- Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang
tergenangi, termasuk areal persawahan
- Pihak Lapindo melalui Imam P. Agustino, Gene-ral
Manager PT Lapindo Brantas, mengaku telah menyisihkan US$ 70 juta (sekitar
Rp 665 miliar) untuk dana darurat penanggulangan lumpur.
- Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan
lumpur, pipa air milik PDAM Surabaya
patah [3].
- Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat
penurunan tanah karena tekanan lumpur dan sekitar 2,5 kilometer pipa gas
terendam [4].
- Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga
waktu yang tidak ditentukan, dan mengakibatkan kemacetan di jalur-jalur
alternatif, yaitu melalui Sidoarjo-Mojosari-Porong dan jalur
Waru-tol-Porong.
- Tak kurang 600 hektare lahan terendam.
- Sebuah SUTET (saluran udara tegangan ekstra tinggi)
milik PT PLN dan seluruh jaringan telepon dan
listrik di empat desa serta satu jembatan di Jalan Raya Porong tak dapat
difungsikan.
Penutupan ruas jalan tol
ini juga menyebabkan terganggunya jalur transportasi Surabaya-Malang dan
Surabaya-Banyuwangi serta kota-kota lain di bagian timur pulau Jawa. Ini
berakibat pula terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama
di Jawa Timur.
Upaya
penanggulangan
Rumah yang terendam lumpur panas |
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan
lumpur, diantaranya dengan membuat tanggul untuk membendung area genangan
lumpur. Namun, lumpur terus menyembur setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu
tanggul dapat jebol, yang mengancam tergenanginya lumpur pada permukiman di
dekat tanggul. Jika dalam tiga bulan bencana tidak tertangani, adalah membuat
waduk dengan beton pada lahan seluas 342 hektare, dengan mengungsikan 12.000
warga. Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan, untuk menampung lumpur sampai
Desember 2006, mereka menyiapkan 150 hektare waduk baru. Juga ada cadangan 342
hektare lagi yang sanggup memenuhi kebutuhan hingga Juni 2007. Akhir Oktober,
diperkirakan volume lumpur sudah mencapai 7 juta m3.Namun rencana itu batal
tanpa sebab yang jelas.
Badan Meteorologi dan Geofisika meramal musim hujan bakal
datang dua bulanan lagi. Jika perkira-an itu tepat, waduk terancam kelebihan
daya tampung. Lumpur pun meluap ke segala arah, mengotori sekitarnya.
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) memperkirakan, musim hujan bisa membuat tanggul
jebol, waduk-waduk lumpur meluber, jalan tol terendam, dan lumpur diperkirakan
mulai melibas rel kereta. Ini adalah bahaya yang bakal terjadi dalam hitungan
jangka pendek.
Sudah ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk memadamkan
lumpur berikut menanggulangi dampaknya. Mereka bekerja secara paralel. Tiap tim
terdiri dari perwakilan Lapindo, pemerintah, dan sejumlah ahli dari beberapa
universitas terkemuka. Di antaranya, para pakar dari ITS, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada. Tim
Satu, yang menangani penanggulangan lumpur, berkutat dengan skenario pemadaman.
Tujuan jangka pendeknya adalah memadamkan lumpur dan mencari penyelesaian cepat
untuk jutaan kubik lumpur yang telah terhampar di atas tanah.
Penyebab Dari Lumpur Lapindo
Ada yang mengatakan bahwa lumpur Lapindo
meluap karena kegiatan PT Lapindo di dekat lokasi itu. Lapindo Brantas
melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret 2006 dengan
menggunakan perusahaan kontraktor pengeboran PT Medici Citra Nusantara. Kontrak
itu diperoleh Medici atas nama Alton International Indonesia, Januari 2006,
setelah menang tender pengeboran dari Lapindo senilai US$ 24 juta.
Pada awalnya sumur tersebut direncanakan
hingga kedalaman 8.500 kaki (2.590 meter) untuk mencapai formasi Kujung (batu
gamping). Sumur tersebut akan dipasang selubung bor (casing ) yang ukurannya
bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation
loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi
tersebut ke dalam sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.
Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal
merencanakan kegiatan pengeboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang
salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pengeboran mereka di
zona Rembang dengan target pengeborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka
membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya.
Alhasil, mereka merencanakan memasang casing
setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya
tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan
pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure (bertekanan
tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out) tetapi dapat
diatasi dengan pompa lumpur Lapindo (Medici).
Underground Blowout (Semburan Liar Bawah Tanah |
Setelah kedalaman 9.297 kaki, akhirnya mata
bor menyentuh batu gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah
tercapai, padahal mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi
Klitik sangat porous (berlubang-lubang). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk
melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi
Klitik) atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di
permukaan.
Akibat Lumpur Lapindo
Dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur
formasi Pucangan berusaha menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha
ditarik tetapi terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur standar, operasi
pengeboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup
dan segera dipompakan lumpur pengeboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan
tujuan mematikan kick.
Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi
bertekanan tinggi sudah telanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-hole
dengan selubung di permukaan (surface casing) 13 3/8 inci. Di kedalaman
tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil dan kemungkinan
banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan.
Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya
terus ke atas melalui lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida
formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu
melewati rekahan alami tadi dan berhasil.
Inilah mengapa surface blowout terjadi di
berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan di sumur itu sendiri.[butuh
rujukan] Perlu diketahui bahwa untuk operasi sebuah kegiatan pengeboran migas
di Indonesia setiap tindakan harus seizin BPMIGAS, semua dokumen terutama
tentang pemasangan casing sudah disetujui oleh BPMIGAS.
Diadaptasi:
http://www.astalog.com/38/contoh-teks-eksplanasi-lumpur-panas-terjadi-akibat-rekahan-alami.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar