Oleh: Gusti Rizky Aryanto (XI Akuntansi 2)
Halo (disebut juga nimbus, icebow, atau Gloriole) adalah fenomena optis berupa lingkaran cahaya di sekitar matahari dan bulan, dan kadang-kadang pada sumber cahaya lain seperti lampu penerangan jalan. Ada berbagai macam halo, tapi umumnya halo muncul disebabkan oleh kristal es pada awan cirrus yang dingin yang berada 5–10 km atau 3–6 mil di lapisan atas troposfer. Fenomena ini bergantung pada bentuk dan arah kristal es, cahaya matahari direfleksikan dan dibiaskan oleh permukaan es yang berbentuk batangatau prisma sehingga sinar matahari menjadi terpecah kedalam beberapa warna karena efek dispersi udara dan dipantulkan ke arah tertentu, sama seperti pada pelangi.
Halo juga kadang-kadang dapat muncul di dekat permukaan bumi, ketika ada kristal es yang disebut debu berlian. Kejadian ini dapat terjadi pada cuaca yang sangat dingin, ketika kristal es terbentuk di dekat permukaan dan memantulkan cahaya. Sebelum ilmu meteorologi dikembangkan, Fenomena atmosfer Halo digunakan sebagai sarana untuk prakiraan cuaca. Fenomena optis lain yang disebabkan oleh kristal es di angkasa adalah pelangi.
Bulan berada di atas kepala dikelilingi oleh cincin raksasa. Sepintas cincin besar itu terlihat berwarna putih, mengelilingi bulan yang berukuran tidak terlalu besar. Kondisi langit yang cerah, membuat fenomena alam tersebut dapat dilihat secara leluasa. Masyarakat pun tak melewatkan pemandangan menakjubkan itu. Ada yang bergerombol di luar rumah, di jalan raya, atau di tanah lapang.
Informasi adanya cincin yang mengelilingi matahari tersebar melalui getok tular, baik secara langsung, telepon, maupun SMS. Kendati demikian, banyak orang yang tak menyadarinya. Sebab berdasarkan pengamatan, fenomena alam itu terjadi malam hari. Bulan bercincin mulai tampak sekitar pukul 09.30, dan hingga pukul 23.00 bulan bercincin itu masih bisa diamati. Dwi Supriyanto, warga Jangli Krajan Kecamatan Candisari, berusaha memotret bulan ’cantik’ ini dengan kamera poket. Namun sayang cincin putih yang melingkari bulan tak nampak.
Menurut sejumlah situs di internet, fenomena cincin di sekitar bulan atau yang disebut halo tak mirip dengan halo matahari. Halo bulan biasanya tampak pada malam hari dan berwarna putih. Tetapi halo matahari adalah pelangi berbentuk lingkaran. Halo bulan disebabkan oleh pembiasan cahaya bulan yang merupakan cermin sinar matahari, dari kristal es di bagian atas atmosfer. Kristal es ini berasal dari pembekuan super tetesan air dingin dan ada di awan cirrus yang terletak di ketinggian 20.000 kaki atau lebih. Kristal ini berperilaku seperti permata pembiasan, dan mencerminkan ke arah yang berbeda.
Cincin yang muncul di sekitar bulan berasal dari sinar yang melewati sisi enam kristal es di atmosfer tinggi. Kristal es ini membiaskan atau menekuk cahaya dengan cara yang sama seperti belokan lensa kamera cahaya. Cincin ini memiliki diameter 22 derajat. Kadang-kadang, jika beruntung, bisa dilihat cincin kedua, yang berdiameter 44 derajat. Bentuk kristal es menghasilkan fokus cahaya ke dalam sebuah cincin. Karena kristal es biasanya memiliki bentuk yang sama, yaitu bentuk heksagonal, maka cincin bulan hampir selalu berukuran sama. Lingkaran cahaya bisa dihasilkan oleh sudut pandang yang berbeda dalam kristal, dan lingkaran cahaya dapat dibentuk dengan sudut 46 derajat.
Definisi lingkaran halo. Halo atau lingkaran halo adalah lingkaran putih atau berwarna atau lingkaran pelangi di sekitar benda angkasa (misalnya bulan atau matahari). Lingkaran halo timbul karena pemantulan dan pembiasan sinar bulan dan matahari oleh titik uap air di udara. Bila lapisan atmosfer bersuhu tinggi, akan berbentuk titik-titik uap air yang hlus, sehingga terjadi halo putih, bila atmosfer bersuhu rendah, titik-titik uap air yang terbentuk cukup besar sehingga akan terjadi halo berwarna atau halo berlingkaran pelangi.
Penyebab Terjadinya
Fenomena tersebut terjadi akibat refleksi dan refraksi cahaya matahari/bulan oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan cirrus, awan yang terletak di tingkatan atmosfer yang disebut troposfer, sekitar 5-10 km dari permukaan bumi.
Halo adalah fenomena optikal berupa lingkaran cahaya di sekitar sumber cahaya Matahari atau Bulan. Fenomena Halo adalah lingkaran seperti pelangi yang mengelilingi matahari. Halo adalah fenomena yang lebih sering terjadi di langit.
Pada umumnya halo melibatkan putaran radius 22° halo dan sundogs (Parhelia). Dalam gambar diatas, menunjukan matahari di kelilingi oleh 22° halo dan dilambungi (sisi) oleh sundogs. Parhelic circle adalah biasan cahaya kristal yang melepasi sundogs dan mengelilinginya. Kadangkala ia melapisi keseluruhan ruang langit dalam latitut yang sama dengan matahari. Pembinaan tangen ketinggian dan rendah (Upper Tangent arc and Lower Tangent arc) menyentuh secara terus dengan 22° halo sama ada di atas atau dibawah matahari. Pembuatan Lengkungan (Circumzenithal arc) akan terjadi di atas kristal tersebut.
Radius 22° gerhana matahari tidak kelihatan. Ia seperti helaian yang berlapis-lapis atau habuk pada permukaan awan cirrus yang nipis. Awan ini sejuk dan mengandung kristal es walaupun pada iklim yang sangat panas.
Gerhana matahari sangat besar, selalu mempunyai diameter yang sama dalam posisinya di langit. Kadang-kadang hanya sebagian saja yang muncul. Semakin kecil cincin cahaya yang terbias muncul mengelilingi matahari atau bulan, dihasilkan oleh corona dari lebih banyak tetesan air daripada dibiaskan oleh kristal es, hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa hujan akan turun.
Saat awan cirus hanya merefleksikan dan merefraksikan cahaya matahari, biasanya halo yang terbentuk hanya cincin yang tak berwarna. Namun jika pada sudut yang tepat, bisa terjadi juga dispersi sehingga cincin yang terjadi juga berwarna seperti halnya pelangi. Contoh refraksi yang sederhana adalah saat anda melihat sedotan dalam gelas berisi air terlihat patah, atau permukaan dasar kolam yang terlihat menjadi lebih dekat ke permukaan daripada yang sebenarnya.
Refleksi yang terjadi saat cahaya melewati titik air, es atau kristal yang transparan hanya terjadi pada sudut tertentu saja. Sudut ini ditentukan oleh index refraksi medium tersebut. Contoh sederhana saat kita melihat akuarium pada sudut tertentu kaca akuarium yang tembus pandang tiba-tiba menjadi cermin, memantulkan bayangan isi akuarium.
Penyebab terjadinya kenyataan ini dijelaskan ahli iklim Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Sudibyakto M.S nan mengatakan bahwa penyebab terjadinya kenyataan tersebut ialah dampak tertutupnya sinar matahari oleh partikel air nan ada di atmoster. Partikel air itulah nan memiliki kemampuan buat membiaskan cahaya matahari sehingga tampak seperti cincin.
Masih menurut Beliau, di musim hujan sangat berpotensi terjadi kenyataan halo ini sebab uap air naik pada ketinggian di atmosfer. Pada musim hujan banyak uap air nan naik ke atmosfer hingga mencapai lapisan troposfer. Ketinggiannya lebih kurang 10-40 kilometer. Akibatnya, suhu di lapisan troposfer menjadi sangat dingin, yaitu di kisaran minus 30-40 derajat Celsius.
Pada saat itulah, uap air di lapisan troposfer tersebut berfungsi sebagai kaca nan bisa memantulkan cahaya matahari. Proses halo matahari pada dasarnya sama dengan proses terjadinya pelangi pada pagi atau sore hari setelah hujan.
Diadaptasi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Halo_(fenomena_optis)
http://binasyifa.com/739/24/27/penyebab-terjadinya.htm
http://alchemistviolet.blogspot.com/2011/01/fenomena-halo-cincin-pelangi-matahari.html
http://iffahayati1.blogspot.com/2012/11/halo-bulan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar