Oleh:Andhika Erlangga Prasetyo
1.Latar belakang
Dalam bahasa Inggris modern,
kata benda earth dikembangkan dari kata bahasa Inggris Pertengahan erthe (dicatat pada 1137),
yang berasal dari kata bahasa
Inggris Kuno eorthe (sebelum 725), sedangkan kata itu sendiri
berasal dari kata Proto-Jermanik
*erthō. Earth memiliki kata kerabat pada semua bahasa
Jermanik lainnya, termasuk aarde dalam bahasa Belanda, Erde
dalam bahasa
Jerman, dan jord dalam bahasa Swedia, Denmark, dan Norwegia.[30] Earth
adalah perumpamaan untuk dewi paganisme
Jermanik (atau Jörð dalam
mitologi Norse, ibu dari
dewa Thor).[31]
Dalam bahasa Indonesia, kata bumi
berasal dari bahasa
Sanskerta bhumi, yang berarti tanah, dan selalu ditulis
dengan huruf kapital ("Bumi"), untuk merujuk pada planet Bumi,
sementara "bumi" dengan huruf kecil merujuk pada permukaan dunia,
atau tanah.[32]
Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan
planet terpadat dan terbesar
kelima dari delapan planet dalam Tata Surya. Bumi juga
merupakan planet terbesar dari empat planet kebumian Tata Surya.
Bumi terkadang disebut dengan dunia
atau Planet Biru.[23]
Bumi
tergolong planet
kebumian yang umumnya terdiri dari bebatuan, bukannya raksasa gas seperti Yupiter. Bumi adalah planet
terbesar dari empat planet kebumian lainnya menurut ukuran dan massa. Dari
keempat planet tersebut, Bumi merupakan planet dengan kepadatan tertinggi, gravitasi
permukaan tertinggi, medan magnet terkuat, dan rotasi tercepat,[33] dan diperkirakan
juga merupakan satu-satunya planet dengan tektonik lempeng yang aktif.[34]
Bumi
terbentuk sekitar 4,54 miliar
tahun yang lalu, dan kehidupan muncul di
permukaannya pada miliar tahun pertama.[24] Biosfer Bumi kemudian
secara perlahan mengubah atmosfer
dan kondisi fisik
dasar lainnya, yang memungkinkan terjadinya perkembangbiakan organisme serta pembentukan
lapisan ozon, yang bersama medan magnet Bumi
menghalangi radiasi
surya berbahaya dan mengizinkan makhluk hidup mikroskopis untuk
berkembang biak dengan aman di daratan.[25] Sifat fisik, sejarah
geologi, dan orbit Bumi memungkinkan kehidupan untuk bisa terus
bertahan.
Litosfer Bumi terbagi
menjadi beberapa segmen kaku, atau lempeng tektonik, yang
mengalami pergerakan di seluruh permukaan Bumi selama jutaan
tahun. Lebih dari 70% permukaan Bumi ditutupi oleh air,[26] dan sisanya
terdiri dari benua dan pulau-pulau yang memiliki banyak danau dan sumber air
lainnya yang bersumbangsih terhadap pembentukan hidrosfer. Kutub Bumi sebagian
besarnya tertutup es; es padat di lapisan
es Antarktika dan es laut
di paket es kutub. Interior Bumi masih tetap
aktif, dengan inti dalam
terdiri dari besi padat, sedangkan inti luar berupa fluida yang menciptakan
medan magnet, dan lapisan tebal yang relatif padat di bagian mantel.
Bumi berinteraksi secara gravitasi
dengan objek lainnya di luar angkasa, terutama Matahari dan Bulan. Ketika mengelilingi Matahari dalam satu
orbit, Bumi berputar pada sumbunya sebanyak 366,26 kali, yang menciptakan
365,26 hari
matahari atau satu tahun sideris.[catatan 7]
Perputaran Bumi pada sumbunya miring 23,4° dari serenjang bidang
orbit, yang menyebabkan perbedaan musim di permukaan Bumi dengan
periode satu tahun
tropis (365,24 hari matahari).[27] Bulan adalah
satu-satunya satelit
alami Bumi, yang mulai mengorbit Bumi sekitar 4,53 miliar tahun yang
lalu. Interaksi gravitasi antara Bulan dengan Bumi merangsang terjadinya pasang laut, menstabilkan
kemiringan sumbu, dan secara bertahap memperlambat rotasi Bumi.
A.Bentuk Bumi
Bentuk Bumi kira-kira
menyerupai sferoid pepat, bola yang
bentuknya tertekan pipih di sepanjang sumbu dari kutub ke kutub sehingga
terdapat tonjolan di sekitar khatulistiwa.[35] Tonjolan ini
muncul akibat rotasi Bumi, yang
menyebabkan diameter khatulistiwa 43 km (kilometer) lebih besar
dari diameter kutub
ke kutub.[36] Karena hal ini,
titik terjauh permukaan Bumi dari pusat Bumi adalah gunung api Chimborazo di Ekuador, yang berjarak
6.384 kilometer dari pusat Bumi, atau sekitar 2 kilometer lebih jauh jika
dibandingkan dengan Gunung
Everest.[37] Diameter rata-rata bulatan Bumi
adalah 12.742 km, atau kira-kira setara dengan 40.000 km /π, karena satuan meter pada awalnya dihitung sebagai
1/10.000.000 jarak dari khatulistiwa ke Kutub Utara melewati Paris, Perancis.[38]
Topografi Bumi mengalami
deviasi dari bentuk sferoid ideal, meskipun dalam skala global deviasi ini
tergolong kecil: Bumi memiliki tingkat toleransi sekitar 584, atau 0,17% dari sferoid sempurna, lebih
kecil jika dibandingkan dengan tingkat toleransi pada bola biliar (0,22%).[39] Deviasi
tertinggi dan terendah pada permukaan Bumi terdapat di Gunung Everest
(8.848 m di atas permukaan laut) dan Palung Mariana
(10.911 m di bawah permukaan laut).
Karena adanya tonjolan khatulistiwa, lokasi di permukaan Bumi yang berada
paling jauh dari pusat Bumi adalah puncak Chimborazo di Ekuador dan Huascarán di Peru.[40][41][42]
B.Struktur
Alam
Interior
Bumi, seperti halnya planet kebumian lainnya, dibagi menjadi sejumlah lapisan
menurut kandungan fisika atau kimianya (reologi). Namun, tidak
seperti planet kebumian lainnya, Bumi memiliki inti luar dan inti dalam yang
berbeda. Lapisan luar Bumi secara kimiawi berupa kerak padat silikat yang diselimuti
oleh mantel viskose
padat. Kerak Bumi dipisahkan dari mantel oleh diskontinuitas Mohorovičić, dengan ketebalan kerak yang
bervariasi; ketebalan rata-ratanya adalah 6 km di bawah lautan dan
30-50 km di bawah daratan. Kerak Bumi, serta bagian kaku dan dingin di
puncak mantel atas, secara
kolektif dikenal dengan litosfer,
dan pada lapisan inilah tektonika lempeng terjadi.
Di bawah litosfer terdapat astenosfer,
lapisan dengan tingkat viskositas yang relatif rendah dan menjadi tempat
melekat bagi litosfer. Perubahan penting struktur kristal di dalam mantel
terjadi pada kedalaman 410 dan 660 km di bawah permukaan Bumi,
yang juga mencakup zona transisi yang memisahkan mantel atas
dengan mantel bawah. Di bawah mantel, terdapat fluida inti luar dengan viskositas
yang sangat rendah di atas inti dalam.[46] Inti dalam Bumi
mengalami perputaran dengan kecepatan sudut yang
sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian planet lainnya, sekitar
0,1-0,5° per tahun.[47]
Ketersediaan air yang begitu
banyak di permukaan Bumi merupakan hal unik yang membedakan "Planet
Biru" dengan planet lainnya di Tata Surya. Hidrosfer Bumi pada umumnya
terdiri dari lautan, namun secara teknis juga mencakup semua perairan yang terdapat di
permukaan Bumi, termasuk danau, sungai, laut pedalaman, dan
air bawah tanah di kedalaman 2.000 m. Perairan terdalam dari permukaan
Bumi adalah Challenger
Deep di Palung
Mariana, Samudra
Pasifik, dengan kedalaman 10.911,4 m di bawah permukaan laut.[catatan 11][76]
Massa lautan kira-kira
1,35×1018 metrik ton,
atau sekitar 1/4400 dari massa total Bumi. Lautan mencakup area seluas 3,618×108 km2, dengan
kedalaman rata-rata 3.682 m, dan
volume air sekitar 1,332×109 km3.[77] Jika daratan di
permukaan Bumi tersebar merata, maka ketinggian air akan naik lebih dari
2,7 km.[catatan 12] Sekitar 97,5% perairan Bumi
adalah air asin, sedangkan 2,5% sisanya adalah air tawar. Sekitar 68,7% air
tawar yang terdapat di permukaan Bumi pada saat ini adalah es, sedangkan
selebihnya membentuk danau, sungai, mata air, dan sebagainya.[78]
Rata-rata tekanan atmosfer di
permukaan Bumi adalah 101,325 kPa, dengan
ketingggian skala sekitar 5 km.[3] Atmosfer
mengandung 78% nitrogen dan 21% oksigen, selebihnya adalah
uap air, karbon
dioksida, dan molekul gas lainnya. Ketinggian troposfer beragam menurut
garis lintang, berkisar antara 8 km di wilayah kutub hingga 17 km di
wilayah khatulistiwa, dan beberapa variasi yang diakibatkan oleh faktor musim
dan cuaca.[84]
Biosfer Bumi secara
perlahan telah memermak komposisi atmosfer. Fotosintesis oksigenik berevolusi
2,7 miliar tahun yang lalu, yang membentuk atmosfer nitrogen-oksigen utama saat ini.[85] Peristiwa ini
memungkinkan terjadinya proliferasi organisme aerobik, serta
pembentukan lapisan
ozon yang menghalangi radiasi surya ultraungu memasuki Bumi dan
menjamin kelangsungan kehidupan di darat. Fungsi atmosfer lainnya yang penting
bagi kehidupan di Bumi adalah mengangkut uap air, menyediakan gas bernilai
guna, membakar meteor berukuran kecil
sebelum menghantam permukaan Bumi, dan memoderatori suhu.[86] Fenomena yang
terakhir dikenal dengan efek
rumah kaca; proses penangkapan energi panas yang dipancarkan dari
permukaan Bumi pada atmosfer sehingga meningkatkan suhu rata-rata. Uap air,
karbon dioksida, metana, dan ozon merupakan gas rumah kaca utama pada
atmosfer Bumi. Tanpa pemancaran panas ini, suhu rata-rata di permukaan Bumi
akan mencapai −18 °C, berbeda jauh dengan suhu rata-rata saat ini
(+15 °C), dan kehidupan kemungkinan besar tidak akan bisa bertahan.[87]
Atmosfer Bumi
tidak memiliki batas pasti, secara perlahan menipis dan mengabur ke angkasa
luar. Tiga perempat massa atmosfer berada pada ketinggian 11 kilometer dari
permukaan Bumi. Lapisan terbawah ini disebut dengan troposfer. Energi dari
Matahari memanaskan lapisan ini, serta permukaan di bawahnya, yang menyebabkan
terjadinya pemuaian udara. Udara pada lapisan ini kemudian bergerak naik dan
digantikan oleh udara dingin dengan kelembaban yang lebih tinggi. Akibatnya,
terjadi sirkulasi atmosferik yang memicu pembentukan cuaca dan iklim melalui pendistribusian kembali energi
panas.[88]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar