Oleh : Vira Purnama Sari
Cahaya yang berpendar luar biasa anggun
dalam dinginnya atmosfer lintang tinggi. Kemilau cahayanya yang
terang menyerupai fajar di pagi hari, mampu menimbulkan mitos di kalangan
Bangsa Yunani. Mereka menyebut pendar cahaya itu sebagai kehadiran Sang Dewa
Fajar. Namun demikian, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, mitos Dewa
Fajar itu telah tersisihkan dengan nama Aurora.
Aurora adalah fenomena pancaran cahaya yang
menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya
interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel
bermuatan yang dipancarkan oleh matahari (angin matahari).
Matahari, atau Bintang merah yang
menjadi pusat orbit planet-planet wilayah tatasurya ternyata hanyalah satu
diantara milyaran bintang lainnya di galaksi bimasakti. Pada inti pusatnya, ia
memiliki suhu 14 juta kelvin dengan tekanan 100 milyar kali lipat tekanan
atmosfer di bumi. Cahaya yang dipancarkan matahari berasal dari reaksi fusi
termonuklir yang terjadi pada inti bintang. Secara konveksi, energi hasil
reaksi fusi tersebut dialirkan ke permukaan. Dari aliran konveksi tersebut,
tercipta medan magnet yang sangat kuat di permukaan matahari. Daerah-daerah
medan magnet tersebut relatif gelap (lebih dingin) dari pada sekitarnya,
sehingga ia dinamakan bintik
matahari atau sunspot.
Sunspot ini dianggap sebagai
bendungan pasir pada arus air yang liar, ketika kekuatannya sudah tak sanggup
lagi menahan tekanan arus, maka ia akan jebol. Jebolnya sunspot ini akan
memuntahkan kandungan energi yang disalurkan sebagai arus proton atau elektron.
Energi yang dilontaran keluar matahari tersebutlah yang disebut sebagai
angin matahari. Jika dengan intensitas yang besar maka dinamakan badai
matahari.
Perjalanan
angin matahari menuju bumi, dapat ditempuh selama 18 jam hingga 2 hari
perjalanan antariksa. Ketika melewati Merkurius dan Venus, angin matahari akan
langsung begitu saja menerpa atmosfernya, sehingga planet tersebut mengalami
peningkatan suhu yang luar biasa akibat dari terpaan aliran proton dan elektron
yang dibawanya. Namun demikian, lain halnya ketika angin matahari itu
menghantam bumi.
Bumi ini bagaikan magnet yang
berukuran sangat besar, dengan kutub-kutub magnetnya hampir berdekatan dengan
kutub geografis bumi. Sehingga bumi ini dilapisi oleh medan magnet
(magnetosfer) yang berbentuk sebuah perisai yang mirip dengan buah apel, dimana
bumi berada pada inti buahnya dan magnetosfer berada pada kulit buah
apel.magnetosfer ini terdiri dari beberapa lapisan, dengan lapisan terbawahnya,
sabuk radiasi van allen yang berada di sekitar ekuator (khatulistuwa). Layaknya
sebuah perisai, magnetosfer dan sabuk van allen melindungi bumi dari terpaan
partikel angin matahari.
Ketika
angin matahari menerpa magnetosfer, partikel-partikel angin matahari dibelokkan
dan tertarik menuju kutub medan magnet bumi. Semakin tinggi energi partikel,
maka semakin dalam lapisan magnetosfer yang berhasil ditembus olehnya. Aliran
partikel yang tertarik ke kutub medan magnet bumi akan bertumbukan dengan atom-atom
yang ada di atmosfer. Energi yang dilepaskan akibat reaksi dari proton dan
elektron yang bersinggungan dengan atom-atom di atmosfer, dapat dilihat secara
visual melalui pendar cahaya yang berwarna-warni di langit, atau yang kita
kenal sebagai Aurora. Di kutub utara bumi, aurora ini disebut sebagai aurora
borealis, dan di kutub selatan, disebut sebagai aurora australis.
Reaksi antara partikel angin matahari
dengan atmosfer bumi, menghasilkan berbagai macam warna pada aurora. Perbedaan
warna ini dipengaruhi oleh jenis atom yang berinteraksi dengan proton dan
elektron, mengingat pada ketinggian-ketinggian tertentu, jenis atom penyusun
atmosfer tidaklah sama. Pada ketinggian di atas 300 km, partikel angin matahari
akan bertumbukan dengan atom-atom hidrogen sehingga terbentuk warna aurora
kemerah-merahan. Semakin turun, yakni pada ketinggian 140 km, partikel angin
matahari bereaksi dengan atom oksigen yang membentuk cahaya aurora berwarna
biru atau ungu. Sementara itu, pada ketinggian 100 km proton dan elektron
bersinggungan dengan atom oksigen dan nitrogen sehingga aurora
tervisualisasikan dengan warna hijau dan merah muda.
Karena
intensitas cahaya yang rendah, aurora hanya dapat dilihat pada malam hari,
dengan aktivitas yang semakin tinggi mendekati tengah malam. Aurora dapat
bergerak dan berubah bentuk dengan cepat, tetapi biasanya terlihat dengan
bentuk untaian cahaya panjang yang membentang di langit untuk sebagian besar malam.
Keunikan
Bahaya
aurora tehadap manusia sampai saat ini belum pernah dibuktikan. Akan tetapi
fenomena ini dapat mengganggu jaringan telekomunikasi. Pengaruh proton-proton
yang bertumbukkan dengan atom di atmosfer dapat mengganggu penerimaan radio, televisi
dan telegram. Hal ini disebabkan karena saat titik-titik di atmosfer terganggu
oleh proton dari matahari, atmosfer tidak lagi menahan sinyal dan
memantulkannya ke bumi. Sinyal tersebut justru diteruskan ke luar angkasa.
Akibatnya tidak ada sinyal yang diterima televisi, radio atau telegram.
Partikel yang bermuatan dalam angin matahari, magnetometer dan ionosfer membawa
aliran listrik berskala besar. Jika aliran ini berubah di dekat bumi, dapat
menyebabkan kerusakan peralatan listrik.
Aurora dapat dilihat secara langsung di
daerah-daerah lintang tinggi, seperti Tromso (Norwegia), Yellowknife (Kanada),
Fairbanks (Amerika), Kangerlussuaq (Greenland), wilayah Selatan, dll. Ketika
aktivitas matahari dalam keadaan stabil, maka frekuensi terbentuknya aurora
lebih sering pada bulan ekuinoks musim semi jatuh pada tanggal 23 Maret, dan bulan
ekuinoks musim gugur tanggal 21 September.
Daftar
Pustaka
2014. Penyebab Terjadinya Aurora dan Foto-foto Aurora
yang Menakjubkan. http://lampukecil.com/2014/10/15/penyebab-terjadinya-aurora-dan-foto-foto-aurora-yang-menakjubkan/
Yanto, Avri. 2014. Artikel Menarik
Tentang Asal Mula Aurora. http://avriyanto001.blogspot.com/2014/02/artikel-menarik-tentang-asal-mula-aurora.html
2014. Penjelasan
Lengkap Aurora dan 5 Tempat Untuk Menikmatinya. http://sainsforhuman.blogspot.com/2014/05/penjelasan-lengkap-aurora-dan-Tempat-Menikmatinya.html
Latifah, Erni. 2012.
Aurora dan Proses Terjadinya. http://kafeastronomi.com/aurora-dan-proses-terjadinya.html
Fathia, Ara. Aurora. http://fenomenaalam1.blogspot.com/p/blog-page_3329.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar