Follow Us @literasi_smkn23jkt

Jumat, 10 Mei 2019

Kerinduan Seorang Manusia dalam Novel Rindu Tere Liye


DISUSUN OLEH FITRIATUS SOLEKHAH 



Judul                          : Rindu
Pengarang                 : Tere Liye
Kategori                     : Novel
Penerbit                     : Republika
Tahun Terbit               : 2014
Cetakan Pertama       : Oktober 2014
ISBN                          : 978-602-8997-90-4
Tebal Novel                : ii + 544 Halaman
Cover                         : EMTE
Ukuran                       : 13.5x20.5 cm


Tere Liye (lahir di Lahat, Indonesia, 21 Mei 1979; umur 39 tahun), dikenal sebagai penulis novel. Beberapa karyanya yang pernah diangkat ke layar kaca yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah. Meskipun dia bisa meraih keberhasilan dalam dunia literasi Indonesia, kegiatan menulis cerita sekadar menjadi hobi karena sehari-hari ia masih bekerja kantoran sebagai akuntan.Tere Liye lahir pada 21 Mei 1979 dari keluarga sederhana. Orang tuanya petani biasa, Tere Liye dewasa di pedalaman Sumatra.Tere Liye meyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di SDN 2 Kikim Timur dan SMPN 2 Kikim, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Lalu melanjutkan sekolahnya ke SMAN 9 Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Setelah lulus, ia meneruskan studinya ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kegiatannya setelah selesai kuliah banyak diisi dengan menulis buku-buku fiksi.

“Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.”
Novel ini bercerita tentang perjalanan panjang sebuah kerinduan. Perjalanan kerinduan yang membawa banyak hal yang terbeban di hati. Mulai dari bagaimana ia menghadapi perjalanan dengan penuh dosa di masa lalu. Lalu seseorang yang melakukan perjalanannya dengan penuh kebencian. Ada punya dia yang kehilangan cintanya menjadi sebab mengapa ia melakukan perjalanan ini.
Cerita berlatar waktu pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Yakni pada masa ketika Belanda masih menduduki Indonesia. Pada masa itu, pemerintah Hindia Belanda memberikan layanan perjalanan haji untuk rakyat pribumi yang memiliki cukup uang. Perjalanan dilakukan lewat laut yakni menggunakan kapal uap besar yang merupakan perkembangan teknologi transportasi tercanggih pada masa itu. Salah satu kapal yang beroperasi untuk melakukan perjalanan haji ini adalah Blitar Holland. Di kapal besar inilah segala kisahnya dimulai.

  
Tere Leye meracik cerita dengan begitu menarik. Belum lagi dengan nuansa latar yang berbeda seperti kehidupan di atas kapal uap besar. Di atas kapal juga terjadi interaksi sosial antar penumpang kapal. Juga terdapat fasilitas-fasilitas umum seperti kantin, masjid, dan tukang jahit kapal.Diceritakan mengenai keluarga Daeng Andipati yang terdiri orang tua, seorang pembantu rumah tangga, serta dua anak yang mengikut perjalanan haji ini, yakni Anna dan Elisa. Mereka menjalani lamanya waktu perjalanan haji dengan riang gembira. Seakan tidak pernah mengerti tentang apa yang terpendam di hati Daeng, ayah mereka.
Ada pula tokoh yang bernama Ambo Uleng. Dia adalah seorang pelaut. Hampir seluruh hidupnya dihabiskan di atas lautan. Ambo Uleng rupanya menuruni sifat ayahnya yang seorang pelaut juga. Ia menaiki kapal Blitar Holland tidak dengan tujuan apapun. Tidak untuk bekerja, mengumpulkan uang, atau apapun. Ia hanya ingin pergi sejauh-jauhnya meninggalkan tanah Makassar yang ia jalani melalui kisah pilunya.Di sisi lain, ada seorang keturunan Cina. Ia sering mengajari ngaji anak-anak di mushola kapal sepanjang perjalanan haji. Anak-anak biasa memanggilnya Bonda Upe. Bonda Upe ini rupanya sedang memendam masa lalunya sebelum memeluk Islam. Hingga tiap malam ia selalu menangisi dosa-dosanya yang dulu.Dari sini pula diceritakan Gurutta Ahmad Karaeng, ulama tersohor asal Makassar yang mengikuti perjalanan haji. Beliau rutin melaksanakan solat berjamaah bersama penumpang lain. Secepat itu pula Gurutta meminta izin kepada kapten untuk mengadakan pengajian di atas kapal. Beliau adalah sosok yang selalu memberikan jawaban terbaik atas pertanyaan orang-orang. Namun ternyata ia sendiri telah memendam lama sebuah pertanyaan yang tak mampu seorang pun menjawab

     Dalam novel ini, terdapat kata-kata indah yang juga mampu menjawab beberapa pertanyaan yang ada dihati kita. Isi pesan-pesan yang disampaikan sangat baik ditambah dengan kata-kata yang mudah dipahami. Ulasan kisah sejarah dalam cerita juga sangat menarik, membuat pembaca mengingat lagi sejarah perjuangan Indonesia sebelum merdeka. Akhir kisah yang Indah tentang sebuah kerinduan.Novel sangat panjang dan beberapa ceritanya mudah di tebak. Novel terlalu banyak menceritakan tentang Anna dan Elsa. Sehingga beberapa cerita berulang tentag mereka yang ceritanya sama dengan sebelumnya perlu di kurangi. Di akhir cerita juga tidak lagi dibahas tentang si Tukang Cukur yang akan didoakan oleh Gurutta.

     Novel ini pantas dibaca untuk siapa saja,novel ini memberikan kita banyak inspirasi pesan dan kesan yang dapat mengalir hingga kelubuk hati dan pikiran.Sebuah Novel yang mudah dipahami karena menggunakan bahasa yang sederhana,namun tetap selalu istimewa.Itulah identik dari Tere Liye.Sang Penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar