Follow Us @literasi_smkn23jkt

Rabu, 29 April 2015

Gempa Bumi Nepal

Disusun oleh : Marvin.cs
Kelas:XI-PM2



JakartaCNN Indonesia -- Sabtu itu (24/4) sebelum tengah hari di Nepal, sepotong lempengan di bawah permukaan Bumi bergeser. Akibatnya, pergeseran itu melepaskan gelombang kejut ke atas yang ledakannya seperti 20 senjata termonuklir dan 'merobek' Lembah Kathmandu.

Dalam ilmu Geologi, gempa berkekuatan 7,9 skala ritcher yang menghancurkan Nepal itu dan terburuk dalam 81 tahun terakhir seperti jam berputar. Gempa terdahsyat di kawasan itu terakhir terjadi pada tahun 1934.



Menurut laporan Nepal National Society for Earthquake Technology. Sebetulnya bisa diprediksi beberapa waktu sebelumnya. Sebab, kawasan di Indus-Yarlung dikenal sebagai zona jahit yang mengalami gempa 8 skala ritcher setiap 75 tahun sekali.

Alasannya adalah gerakan teratur dari garis patahan yang membentang sepanjang perbatasan di Nepal bagian selatan, dimana lempengan di India bertabrakan dengan lempeng Eurasia antara 40 juta sampai 50 juta tahun yang lalu.

"Tabrakan antara lempengan di India dan Eurasia adalah sebuah karya untuk geologi. Sebab lempengan India itu mendorong jalan ke arah utara menuju Asia sekitar lima sentimeter per tahun. Secara geologis itu bergerak sangat cepat," ujar ahli Geofisika di University of Hong Kong, Lung S.Chan.

Karena terus bergerak, sehingga lempengan ini menimbulkan gesekan hingga membangun energi seperti 'kerak' yang terpecah, kata Dr Chan, yang juga membandingkan gempa ini seperti ledakan senjata termonuklir.

Menurut dia, Nepal memang rawan gempa bumi, bukan hanya karena kekuataan besar yang terjadi karena tabrakan tektonik, namun juga jenis garis patahan di negara tersebut. 

Peristiwa normal, ketika terjadi gesekan akan menciptakan ruang yang normal ketika ada retakan tanah, sementara di Nepal salah satu kekuataan lempeng tektonik itu justru berdiri di atas yang lain dan termasuk yang paling besar.

Hal yang paling terlihat dari imbas ini adalah Pegunungan Himalaya. Gesekan lempengan yang konstan antara India dan Eurasia mendorong hingga ketinggian puncak sekitar satu sentimeter setiap tahun.

"Dalam kasus gempa lalu, gesekan ini bergerak sekitar dua meter," jelas Hongfeng Yang, ahli gempa di China University of Hong Kong.

Meskipun keteraturan tampak dari gempa bumi yang parah di Nepal, tidak mungkin untuk memprediksi kapan satu sama lain akan terjadi. Namun, catatan sejarah dan pengukuran modern pergerakan lempeng tektonik menunjukkan bahwa jika tekanan membangun di wilayah tersebut dengan cara yang umumnya konsisten dan homogen, 

Sehingga, daerah tersebut bisa diprediksi akan terjadi  gempa parah setiap empat sampai lima dekade

Dampak negatif gempa bumi

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, setiap bencana yang terjadi seperti tanah longsor, gunung meletus, banjir, putting beliung, dll pastilah memiliki dampak bagi yang dilanda. Begitu pula dengan gempa bumi. Dampak negatif yang diakibatkan oleh bencana ini sangat besar. Di antaranya adalah:
• Mengakibatkan kerusakan infrastruktur,
• Jatuhnya korban jiwa,
• Terpuruk nya perekonomian setempat,
• Kerugian bagi perusahaan-perusahaan,
• Terganggu nya jaringan komunikasi, dan 
• Menimbulkan trauma bagi para korban, terlebih yang kehilangan anggota keluarga & harta benda.

Dampak positif gempa bumi

Dampak positif dan negatif gempa bumi. Mungkin agak lucu atau unik ketika kamu membaca dan mengenai dampak positif gempa bumi. Tidak heran jika kamu bertanya-tanya “bencana kok ada dampak positifnya?”. Namun hal ini benar adanya, dengan kejadian gempa bumi ada beberapa dampak positif yang diakibatkan nya, diantaranya adalah:

• Terciptanya alat dan teknologi deteksi gempa,
• Meningkatkan sifat kewaspadaan pada manusia terhadap bencana,
• Menjadi warna pada berbagai surat kabar dan media elektronik,
• Meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama, khususnya pada para korban bencana dengan memberikan bantuan, dan
• Ikut serta mengurangi kepadatan penduduk.

http://antoksoesanto.blogspot.in/2014/08/apa-saja-dampak-positif-dan-negatif-gempa-bumi.html
http://jakarta.CNN Indonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar