Disusun oleh
: Desi Fitriani
1. Ki Hajar Dewantara lahir di
Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga Pakualaman, putra dari GPH Soerjaning
rat,
dan cucu dari Pakualam III dan dibesarkan di lingkungan keluarga kraton
Yogyakarta.
2. Ki
Hajar Dewantara bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) pada saat
itu merupakan sekolah dasar pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Setelah
lulus dari ELS, kemudian beliau bersekolah di STOVIA (Sekolah Dokter
Bumiputera) sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman
kolonial Hindia Belanda, saat ini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Namun ia tidak dapat tamat di sekolah tersebut karena sakit.
3. Ki
Hajar Dewantara bekerja sebagai penulis dan wartawan diberbagai surat kabar,
antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem
Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisan-tulisannya komunikatif
dan tajam dengan semangat antikolonial.
4. Ki
Hajar Dewantara aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya
Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk
menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa)
pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan
bernegara. Kongres pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta juga diorganisasi
olehnya.
5. Tulisan Ki Hajar Dewantara yang
paling terkenal adalah Seandainya Aku Seorang Belanda (Als ik een
Nederlander was), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes
Dekker, 13 Juli 1913. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
"Sekiranya aku seorang Belanda,
aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah
kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan
saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan
sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja
sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan
saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang
terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan
bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada
kepentingan sedikit pun baginya".
6. Dalam
pengasingan di Belanda, Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi para pelajar
asal Indonesia, Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Di sinilah ia
kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu
pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan
yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan
yang didirikannya.
7. Pada
tahun 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia dan bergabung dalam sekolah
binaan dari saudaranya. Menjadi guru di sekolah tersebut membuatnya mempunyai
pengalaman mengajar yang kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep
mengajar bagi sekolah yang akan dia dirikan.
8. Pada
tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah sekolah Perguruan
Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institut Taman Siswa).
Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada pribumi agar
mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh
kemerdekaan. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan
mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Namun kegigihan
memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
9. Bagian
dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan),
ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing
ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan), menjadi slogan Kementrian
Pendidikan Nasional 10. Dalam
kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri
Pengajaran Indonesia disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor
honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas
Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan, ia dinyatakan sebagai
Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya 2 Mei dijadikan
sebagai Hari Pendidikan Nasional.
11. Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26 April
1959 di Yogyakarta. Dimakamkan di Taman Wijaya Brata, makam untuk keluarga
Taman Siswa.
12.Hal yang dapat diteladani dari Ki Hajar Dewantara adalah
sikap semangat dan keinginannya untuk memajukan pendidilan di Indonesia patut
kita teladani . selain itu Ki Hajar Dewantara juga tidak sombong dan ramah,
dibuktikan dengan mengganti namanya agar ia dapat bebas dan dekat dengan rakyat
.
(http://www.biografipedia.com/2015/08/biografi-ki-hajar-dewantara.html dan http://belantariar.blogspot.n/2014/03/biografi-ki-hajar-dewantara.html diakses pada 10 November 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar