OLEH : MEIDI RISKI
Iqbal Masih lahir di Muridke 15 April 1982, desa terpencil di
luar wilayah Lahore, Pakistan. Sejak kecil sudah ditinggal ayahnya Saif
Masih. Sementara sang ibu, Inayat, bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Pada usia 4 tahun. Ketika Pakistan mengalami krisis moneter,yang mengakibatkan perekonomian Pakistan menurun drastis .memaksa ibunya terbelit hutang sebesar 600 Rupe setara (Rp 120.000,-) dari juragan pemintalan karpet setempat. Sebagai gantinya Iqbal harus bekerja memintal karpet sampai hutang keluarganya lunas.
Penderitaan Iqbal berawal di sini, setiap hari dia bangun sebelum fajar menyingsing dan berjalan kaki dalam gelap menuju pabrik dimana dia dan buruh anak-buruh anak lainnya dirantai dikaki agar mau bekerja dan tidak kabur. Dia dipekerjakan di pabrik karpet dan hanya diberi sedikit makanan tiap hari. Di pabrik karpet ini, Iqbal dan anak-anak lainnya selalu dimarahi oleh Nyonya pemilik pabrik, bahkan sering mengancam sehingga tiap hari selalu jadi ‘'mimpi buruk'’ bagi Iqbal dan kawan-kawannya. bekerja selama 14 jam sehari, setiap hari dalam seminggu tanpa hari libur, dan dalam sehari hanya ada waktu setengah jam untuk istirahat.
Pada usia 4 tahun. Ketika Pakistan mengalami krisis moneter,yang mengakibatkan perekonomian Pakistan menurun drastis .memaksa ibunya terbelit hutang sebesar 600 Rupe setara (Rp 120.000,-) dari juragan pemintalan karpet setempat. Sebagai gantinya Iqbal harus bekerja memintal karpet sampai hutang keluarganya lunas.
Penderitaan Iqbal berawal di sini, setiap hari dia bangun sebelum fajar menyingsing dan berjalan kaki dalam gelap menuju pabrik dimana dia dan buruh anak-buruh anak lainnya dirantai dikaki agar mau bekerja dan tidak kabur. Dia dipekerjakan di pabrik karpet dan hanya diberi sedikit makanan tiap hari. Di pabrik karpet ini, Iqbal dan anak-anak lainnya selalu dimarahi oleh Nyonya pemilik pabrik, bahkan sering mengancam sehingga tiap hari selalu jadi ‘'mimpi buruk'’ bagi Iqbal dan kawan-kawannya. bekerja selama 14 jam sehari, setiap hari dalam seminggu tanpa hari libur, dan dalam sehari hanya ada waktu setengah jam untuk istirahat.
Pada usia 9 tahun ia pernah mencoba melarikan diri dari perbudakan dan terpaksa tinggal di sebuah makam selama 3 hari. Makam ini merupakan sumur tua, terkubur di bawah halaman, ditutup oleh kisi di kaki tangga, lembab dan licin. Tak ada cahaya di bawahnya. Namun upaya pertama ini gagal. Karena, polisi setempat malah menangkapnya dan mengembalikannya pada juragan yang memperbudaknya bersama beberapa teman yang ikut dalam usaha pelarian. Kemudian mereka dirantai ke alat tenun sehingga tidak bisa kabur lagi. Mulailah Iqbal menyusun pelariannya yang kedua., ia pernah melarikan diri ke kantor polisi. Sayangnya, perwira polisi disana berada di pihak pabrik tenun. Maka ia dikembalikan kesana dan kakinya dirantai oleh majikannya. Tapi perjuangannya tidak berhenti disana,
Pada tahun 1992, saat usianya 10 tahun Iqbal berhasil melarikan diri dari perbudakan. Ia pun segera mencari pertolongan dan akhirnya bergabung dengan organisasi Bonded Labour Liberation Front (BLLF) atau Front Pembebasan Buruh perbudakan Pakistan (BLFF). Ia pertama kali mengetahui keberadaan Front Pembebasan Buruh Budak, saat organisasi ini mengadakan rapat akbar, dimana saat itu ia menyadari hak-haknya. Bersama organisasi ini ia berkampanye untuk menghentikan dan menghapus buruh anak di seluruh dunia. Melalui gerakan inilah Iqbal akhirnya dapat membebaskan sebanyak lebih dari 3.000 anak yang bernasib sama dengan dirinya. Setelah bebas, lalu, ia diangkat sebagai Ketua Pergerakan Anti Perbudakan di Pakistan.
Dalam pidatonya, ia menyerukan “Pendidikan gratis untuk semua anak di sekolah-sekolah umum serta penghapusan sistem pemburuhan anak-anak di pabrik” . Tentang budak anak yang terjadi di seluruh dunia. Sepanjang hidupnya Ia berhasil membebaskan dan membantu lebih dari 3.000 anak Pakistan yang diperbudak melalui sistem buruh anak dan kerja paksa. Pidato-pidatonya yang menentang perbudakan, sistem buruh anak, dan kerja paksa, disampaikan di berbagai belahan dunia, membuat Ia dikenal sebagai orator yang tangguh, jelas, percaya diri, dan tidak kenal kompromi dalam melancarkan kritiknya terhadap sistem pembudakan anak, buruh anak, dan kerja paksa. Pidato dan wawancaranya semuanya dilakukan dengan fasih padahal tanpa membaca teks sekalipun. Ia juga pernah menyerukan, ’’Anak-anak harus memiliki pena di tangan mereka, bukan alat’’. Iqbal meminta perhatian masyarakat dunia untuk memberikan pendidikan bagi setiap budak anak. Di mana-mana ia berorasi dengan lantang. Dikarenakan dedikasi dan perhatiannya yang tinggi dalam upaya pembebasan budak anak
Gerakannya berhasil menghimpun dukungan dari berbagai negara. Dana yang berhasil dikumpulkan bahkan berhasil diorganisir untuk membangun sekolah bagi anak-anak yang dibebaskan dari sistem buruh anak dan kerja paksa. Iqbal pun akhirnya bersekolah, di sekolah khusus yang didirikan BLLF bagi anak-anak korban kerja paksa. Pendidikan yang diprogram selama 4 tahun itu diselesaikan oleh Iqbal hanya dalam waktu 2 tahun. Sepulangnya dari AS pada Desember 1994, Iqbal melanjutkan pendidikannya dengan harapan akan menjadi pengacara yang akan memperjuangkan hak-hak para pekerja .
Seiring meningkatnya pengetahuannya terhadap hukum-hukum pekerja dan hak asasi manusia, ditambah kepribadiannya yang enerjik, Iqbal mulai menjadi pembicara di depan para pebisnis, ditengah aksi unjuk rasa menantang eksploitasi anak diseluruh Pakistan. Meskipun mendapat tentangan keras dan ancaman pembunuhan dari para ‘’mafia’’ bisnis, Iqbal tetap melanjutkan kampanyenya menentang praktek perbudakan.
Dia tidak hanya bergabung dengan BLLF. Tapi, juga menjadi seorang juru bicara dan dalam waktu dua tahun dia berhasil membebaskan 3000 anak dari perbudakan. Untuk mewawancarai anak-anak yang berada di pabrik-pabrik tersebut . Ia, harus menyamar agar bisa masuk kesana, sebuah usaha yang sangat berani.
Karena menginspirasi banyak orang, Iqbal pun diundang sejumlah negara untuk menyerukan penghentian perbudakan terhadap anak, dan mengimbau pembebasan anak-anak yang masih menjalani praktek kerja paksa. Sebagai usahanya untuk mengakhiri pekerja anak terikat. Iqbal pergi ke Amerika Serikat dan Eropa, dia juga menyerukan untuk melakukan pemboikotan karpet Pakistan. Akhirnya pada tahun 1992 ekpor karpet Pakistan mulai menurun secara drastis selama beberapa tahun dan Iqbal mulai menjadi "musuh" para mafia karpet.
Ironisnya, pada 16 April 1995, tepat diusianya yang ke-13 Iqbal ditemukan tewas mengenaskan dengan luka tembakan dari bagian belakang dengan senjata laras panjang ukuran dua belas ketika ia baru kembali di Pakistan selepas perjalanannya keluar negeri menentang perbudakan dan kerja paksa bagi anak kecil. Kuat dugaan, ia dibunuh oleh ‘mafia karpet’ yang menjadi musuhnya selama ini. Karena, berkat perjuangannya, seruan untuk memboikot produk karpet Pakistan di dunia sangat berpengaruh besar bagi pabrik karpet di Pakistan mulai menurun secara drastis.
Sebagai penghargaan atas kepahlawanan Iqbal, Kongres Amerika Serikat membuat Iqbal Masih Award, sebuah penghargaan tiap tahun bagi pejuang perbudakan anak dan perburuhan paksa, Pada tahun 1994 Ia juga dianugerahi Reebok Human Rights Award dan penghargaan Reebok Youth in Action Award dari perusahaan sepatu Reebok. Pada tahun 2000, ia secara anumerta dianugerahi The World’s Childrens’s Prize for the Rights of the Child. Kisah Iqbal juga menginspirasi seorang pemuda Kanada bernama Craig Kielburger berkebangsaan Prancis yang terdorong membuat sebuah perubahan dengan mendirikan organisasi serta menulis buku tentang kisah perjuangan iqbal yang berjudul ‘’Manifest der Kommunistischen’’
Setelah kematiannya, Iqbal Masih menjadi pahlawan atas jasanya menentang dan memperjuangkan anak-anak korban perbudakan dan para pekerja paksa di Pakistan maupun dipenjuru dunia. Hasrat dan pesannya yang kuat akan “kebebasan” mendorong ribuan anak bahkan orang dewasa korban perbudakan menuntut keadilan dan kebebasan. Banyak yang menulis tentang kisah hidup dan perjuangan Iqbal. Bahkan di Cordoba, Spanyol,dan di Pakistan sosoknya diabadikan ke dalam sebuah patung sebagai simbol perjuangan Iqbal Masih.
Si Kecil, Iqbal Masih, merupakan sosok tangguh nan pemberani memiliki sifat yang Ambisius, Sudah seharusnya, ia dikenang banyak orang di penjuru dunia. Karena, tak kenal putus asa untuk mendobrak dan memperjuangkan hak-hak buruh anak, pekerja paksa, serta menghapuskan perbudakan pada anak-anak di Pakistan dan seluruh dunia.
Sumber :
- http://en.wikipedia.org/wiki/Iqbal_Masih
- https://bumirakyat.wordpress.com/2013/04/16/iqbal-masih-si-kecil-penentang-sistem-buruh-anak-lahir/ (diakses pada tanggal 8 November 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar