Disusun Oleh : Ayu Khotimah
Judul
Buku : Hafalan Shalat
Delisa
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun
Terbit : 2008
Tempat
Terbit : Jakarta
Tebal : 248 Halaman
Novel yang satu ini mengangkat
kisah seorang bocah perempuan yang baru berusia 6 tahun. Gadis tersebut bernama
Delisa. Ia merupakan anak bungsu di dalam keluarganya. Adapun kakak-kakaknya
Delisa adalah Cut Fatimah, Cut Zahra, dan Cut Aisyah. Keluarga Delisa tinggal
di Lhok Nga. Delisa dan saudara-saudaranya hanya tinggal bersama Ummi, sebab
sang Abi bekerja sebagai mekanik kapal yang berbulan-bulan ikut di kapal yang
berlayar.
Meski rindu, tetapi Delisa tetap
menjalani hari-hari mereka tanpa sang Abi. Suatu hari Delisa mendapat tugas
dari sekolahnya. Tugas tersebut menghafal bacaan shalat. Delisa giat sekali
menghafal bacaan-bacaan tersebut. Terlebih Ummi menjanjikan ia hadiah jika
Delisa berhasil menghafal bacaan shalat. Hadiah yang membuat Delisa semangat
adalah kalung emas yang dijual ditoko Ko Acan. Ko Acan sendiri merupakan
sahabat Abi Delisa.
Tanggal 26 Desember 2004, Delisa
dan semua teman kelasnya dijadwalkan mempraktekkan hafalan shalat yang telah
mereka hafalkan beberapa waktu. Saat tiba giliran Delisa,sembari mengucapkan
bacaan shalat, tiba-tiba bumi bergetar hebat. Semua tampak gonjang ganjing. Dan
seketika, air laut mulai naik ke daratan dengan ganasnya. Ia bagai tangan
raksasa yang merengkuh segala yang ia jumpai. Bencana tersebut adalah gempa
hebat yang disusul tsunami. Kurang lebih 15.000 orang yang meninggal akibat
bencana ini. Termasuk di dalamnya Ummi dan kakak-kakak Delisa.
Delisa sendiri selamat. Ia
tersangkut disemak belukar. Siku kanan bocah tersebut patah dan kaki bagian
kanannya terjepit dibebatuan. Setelah 6 hari terjebak di tempat tersebut,
Delisa kemudian ditemukan oleh seorang prajurit relawan bernama Smith. Delisa
yang dilihatnya sangat bercahaya kemudian membawa prajurit tersebut untuk masuk
Islam.
Karena suasana yang kacau balau, Abi
yang telah mengetahui bencana tersebut tak bisa menemukan Delisa. Ia
menghabiskan beberapa waktu sebelum akhirnya bertemu gadis mungilnya. Saat
bertemu Abinya, Delisa bercerita layaknya anak-anak yang tak mengerti apa-apa.
Bencana tak menghapus keceriannya.
Termasuk
saat kaki kanan Delisa harus diamputasi, semuanya tak berhasil membuat ia
murung. Ia bersama Abi menjalani hidupnya. Menata dari awal. Meski jasad Ummi
dan ketiga kakaknya belum ditemukan, tapi Delisa dan Abi harus tetap hidup
normal, begitu pikirnya.
Suatu waktu Delisa melihat ada
sebuah pantulan cahaya yang menganggu penglihatannya. Karena penasaran, Delisa
pun mendekat. Dan tak disangka, cahaya tersebut merupakan pantulan kalung
dengan huruf D. Dan kalung tersebut berada dalam pegangan seseorang. Ummi
Delisa Sendiri.
Novel ini menarik dan bacaannya
mudah dipahami, dikemas dalam tulisan-tulisan sederhana namun sangat menyentuh.
Mengandung nilai raligius dan nilai sosial yang kental. Dalam novel ini
tercipta keharmonisan dalam keluarga, saling tolong menolong dan hidup
bertetanggan yang baik.
Dalam novel tidak ada daftar isi,
kata pengantar dan biografis penulis.
Novel sangat menarik. Disajikan
dengan Bahasa yang mudah dipahami. Buku ini dapat dibaca oleh semua karena
banyak mengandung nilai inspiratif dan banyak mengandung pesan moral serta
nilai keagamaan dan sosial yang dapat kita teladani atau terapkan didalam
kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar