Disusun oleh Muhamad Krisnanto
Judul : Suluk Gunung Jati
Pengarang : E. Rokajat Asura
Penerbit : Imania
Tahun Terbit : 2016
Tempat Terbit : Depok
Tebal : 332 Halaman
Harga : Rp 85.000
No. ISBN : 978-602-7926-26-4
Novel ini menceritakan
tentang perjalanan ruhani Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan
Gunung Jati. Sosok Syarif Hudayatullah, lahir dari perpaduan sempurna antara
pria Timur Tengah dengan perempuan Sunda trah Pajajaran. Nama ayah dari Syarif
Hidayatullah adalah Sayyid Umattuddin Abdullah al-Khan atau Syarif Abdullah dan
ibundanya adalah Nyimas Rara Santang atau Syarifah Mudaim. Garis wajahnya
tegas, hidungnya mancung seperti mayoritas lelaki Timur Tengah, namun kulitnya
kuning langsat mengikuti ibu yang asli sunda. Perawakannya lebih tinggi
dibandingkan dengan mayoritas lelaki Sunda waktu itu, tampan, dan gagah.
Pendidikan agama sejak usia dini, menjadikan Ia sangat menonjol dibanding anak
muda pada umumnya waktu itu.
Syarif Hidayatullah
sangat menonjol dalam pengetahuan agama, kecerdasan, dan luasnya wawasan. Dan
dia juga memiliki akhlak yang baik. Dia belajar ilmu di Makkah, Baghdad,
Gujarat, dan Palestina. Selain itu dia juga belajar pada Sunan Ampel di
Pesantren Ampel Denta dan di Pesantren Amparanjati berguru kepada Syaikh datuk
Kahfi atau yang lebih dikenal dengan Syeikh Nurjati. Sebenarnya sebelum memutuskan menyiarkan
agama Islam di pulau Jawa, Syaikh Syarif Hidayatullah ini telah ditunjuk
sebagai penerus ayahnya di Mesir. Namun jiwa pembelajar dan keinginan kuat
untuk menyampaikan ajaran agama sejauh yang bisa dijangkau, membuatnya
menyerahkan jabatan itu kepada Syarif Nurullah adiknya. Sedangkan dirinya
sendiri memulai memulai perjalanan untuk menuju pulau Jawa sekaligus tempat
kelahiran ibundanya.
Maka
di tahun 1470 Syarif Hidayatullah memulai perjalanannya. Dalam perjuangannya
ini tantangan terbesar yang harus Sunan Gunung Jati tanggung adalah kenyataan
kalau eyangnya sendiri belum memeluk Islam. Sebagaimana diketahui, munculnya
Islam belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Khususnya bagi orang-orang
pedalaman dan kerajaan-kerjaan yang masih memegang teguh budaya Hindu-Budha.
Oleh karena itu saat akan memulai dakwahnya dengan kerendahan hati, Sunan
Gunung Jati menemui eyangnya—Prabu Siliwangi untuk meminta izin.
“Kau
boleh menyebarkan ajaran baru di sini, tetapi jangan dengan paksaan. Jangan
sampai karena beda bahasa dalam sesembahan, darah tumpah ke bumi. Bumi dan
langit tak akan merestui kepada siapa saja yang datang untuk saling
menghinakan.” Pesan itu-lah yang Sunan Gunung Jati pegang dengan erat. Dalam
menyebarkan agama Islam, dia memilih metode lemah lembut dan kekeluargaan.
Kearifan budi dan akhlak itu-lah yang pada akhirnya membuat banyak masyarakat
mulai mengikuti ajaran Sunan Gunung Jati. Apalagi sejak Sunan Gunung Jati
diamanahi untuk melanjutkan kepemimpinan di Pesantren Amparanjati, setelah
Syaikh Nurjati meninggal.
Hanya
saja berjalannya hari, Sunan Gunung Jati menyadari dalam memperjuangkan Islam,
ternyata tidak hanya bisa memakai cara lemah lembut. Karena banyak orang-orang
dari kerajaan Hindu-Budha yang mulai merasa terganggung dengan Islam yang mulai
berkembang pesat. Baik itu dari pihak Majapahit juga kerajan di Pajajaran.
Apalagi sejak Sunan Gunung Jati membangun hubungan baik dengan kesultanan
Demak. Mereka berusaha menjatuhkan pengaruh Islam dengan berbagai cara.
Buku
ini banyak sekali mengajarkan tentang sejarah Islam di Tanah Jawa.
Karakteristik tokoh didalam novel ini cukup menarik sehingga pembaca bisa
menyelami kehidupan tokoh tersebut. Didalamnya terdapat indeks untuk kata-kata
yang sulit dimengerti. Sebaiknya buku ini kalau bisa diangkat menjadi sebuah
adegan film sejarah. Untuk mengingat kembali perjalanan Islam di pulau Jawa.
Karena ceritanya begitu menarik sehingga membuat pembaca terkesan dengan novel
ini. Dan kalau bisa kata-kata yang tidak dapat dimengerti sebaiknya dibuat
terjemahannya. Hanya saja di buku ini terdapat bahasa daerah yang beberapa tidak
dapat dimengerti sehingga pembaca kesulitan untuk membacanya. Hal ini
menjadikan novel tersebut terkesan hanya di khususkan untuk masyarakat yang
bisa berbahasa Sunda.
Sebuah
novel tentang perjalanan ruhani Syaikh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung
Jati. Novel ini juga dapat dikatakan sebagai novel sejarah, sebab didalamnya
menuturkan juga beberapa anggota Wali Songo yang menjadi pelaku sejarah dalam
menyiarkan dan membina Umat Islam di Nusantara, khususnya di Jawa. E. Rokajat
Asura mengajak pembaca untuk memahami jejak-jejak perkembangan agama Islam di
Tatar Sunda. Syarif Hidayatullah mengajarkan agama Islam kepada masyarakat
Sunda yang pada waktu itu berpegang teguh pada kepercayaannya. Beliau
mengajarkan agama Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunah Rasul, yaitu tak ada
paksaan dalam memeluk agama.
Dating for everyone is here: ❤❤❤ Link 1 ❤❤❤
BalasHapusDirect sexchat: ❤❤❤ Link 2 ❤❤❤
dA