Disusun oleh : Neinsa Christina
Judul
Resensi : Bocah Pemberani
Pengarang : A. Faudi
Penerbit : PT. Falcon
Tahun Terbit : 2017
Tempat
Terbit : Jakarta
Tebal : 382 Halaman
Buku ini berproses selama kurang lebih 4 tahun. Menurut
si penulis, novel ini bermula dari saat ia berkesempatan menjadi residen di
Bellagio, Italia. Di pinggir Danay Como, terdapat residen sebagai tempat para
penulis undangan meramu tulisan baru. Karena keindahan Danau Como inilah, Ahmad
Fuadi kemudian memiliki ide untuk menulis tentang keindangan kampung halamannya
di Maninjau. Buku ini
menceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Hepi yang berasal dari kota
kemudian merantau ke kampung halamannya. Di sana dia bersekolah dan menjadi
bocah pemberani yang membela kebenaran.
Bermula saat dimana hari pengambilan rapor, Hepi
dikabarkan tidak naik kelas. Hepi pikir ayah nya akan marah tetapi malah
sebaliknya. Saat liburan semester Hepi diajak ke kampung halaman oleh Martiaz
selaku ayah Hepi. Hari-hari Hepi lewati di kampungnya untuk bermain bersama
kawan barunya yaitu Attar dan Zen. Saat Martiaz ingin pulang ke Jakarta,
Martiaz meminta Hepi untuk tidak usah berkemas karena sudah didaftarkan untuk
lanjut SMP di kampung dan ayahnya takut gagal mendidik Hepi.
Hepi
sudah memasuki sekolahnya dan mencari uang bersama Attar dan Zen. Kabar Hepi menjadi pembantu di
lapau sampai pula ke kuping kakek dan neneknya, kemudian Hepi pun ditegur dan
dilarang oleh kakeknya karena menjadi pembantu. Hepi juga dilarang oleh kakeknya bergaul dengan Bang Lenon, Lenon merupakan
preman yang memegang kendali di Tanah Abang. Lenon ingin membantu Hepi untuk
mendapatkan uang, kemudian Lenon kembali menawarkan pekerjaan kepada Hepi dengan bayaran yang lebih
besar yaitu menjadi kurir pengantar dagangan Lenon ke pembeli, Hepi pun tergiur
atas tawaran tersebut dengan iming-iming dapat membantu Hepi beli tiket kembali
ke Jakarta.
Kejadian pencurian terjadi di kampung Hepi, Hepi, Attar, dan Zen pun
berinisiatif untuk mencari tahu siapa dalang pencuri di kampungnya tersebut dan
menjadikan markas Hepi yaitu “sarang elang” tempat mereka bertiga rapat,
penyelidikan, dan merencanakan sesuatu. Hepi mempunyai ide bahwa maling harus dibuat perangkap dengan umpannya
menggunakan tiga ekor kambing punya keluarga Zen. Dalam menjalankan misinya ketiga anak laki-laki
itu mulai mengantuk dan setengah tertidur. Zen terbangun ketika ada suara yang
muncul, samar-samar dia melihat kambing-kambingnya ditarik paksa oleh tiga sosok.
Zen mengejar mereka tetapi Zen tertangkap. Melihat hal itu Hepi dan Atta membantu Zen. Hepi berani melawan dengan
jurus silat yang ia pelajari walaupun bisa menghindar. Hampir bersamaan datanglah rombongan ronda Bang Katik, kakeknya yang
terbangun, dan serombongan polisi. Maling-maling tersebut tidak berkutik karena
dikepung dan ditodong polisi.
Ada hal baru yang terasa
tumbuh pelan di hati Hepi, yaitu ingin mengungkap sindikat narkoba untuk
menyelamatkan kampungnya dari narkoba. Hepi, Attar, dan Zen mulai beroperasi
menyusuri tepi danau dan memulai aksi nya. Tetapi mereka kehilangan jejak dan kebetulan juga
hujan mulai turun, akhirnay mereka pulang ke rumah. Saat kakek Hepi memeriksa
cucunya di kamar sontak dia terkaget karena cucunya tidak ada di rumah mereka. Saat menuju perjalanan pulang Hepi, Atta dan Zen dijegat oleh tiga orang
berbadan besar. Hepi menyerang lawannya tetapi terlalu besar lawannya dan juga pandai
bersilat. Mereka bertiga yang melawan orang bertubuh besar tersebut dalam waktu
singkat digulung oleh orang-orang bertutup kepala tersebut. Mereka pun tidak
dilepas dan dikurung ke dalam sebuah ruangan seperti gedung yang mungkin dulu
bekas WC.
Hepi ternganga penjahat tersebut adalah Lenon, Hepi tidak habis pikir. Lenon menjelaskan bahwa
yang Hepi kerjakan mengantar barang di dalamnya terdapat paket
narkoba, Hepi benar-benar merasakan hawa benci yang mendidih dari
dalam dirinya. Tiba-tiba radio HT di sebelah peta berbunyi serak, Inspektur Saldi dan
timnya mendengar pesan HT dari Hepi yang terputus-putus. Inspektur Saldi dan
tim mengunjungi Surau Gadang untuk memastikan ada Hepi atau tidak. Begitu
mendengar cerita Saldi, Kakek bersikeras untuk ikut sendiri menyelamatkan
cucunya dan juga kakek akan membawa satu orang lagi yang rupanya Pandeka Luko,
Pandeka Luko ternyata saudara sepupu kakek Hepi. Mereka pun diselamatkan oleh Inspektur Saldi, tim,
beserta kakek Hepi dan Pendeka Luko. Para penjahat pun di tangkap.
Buku ini memiliki
keunggulan di antaranya yaitu cover nya menarik dari segi warna dan
gambar. Serta kertas yang tidak mudah robek. Terdapat amanat atau pesan yang
disampaikan di dalam novel tersebut. Terlepas dari keunggulannya novel ini
memiliki kekurangan yaitu novel nya rada tebal sehingga ada rasa bosan ketika
sedang membacanya.
Buku ini layak
dibaca oleh siapapun, dan novel ini mengajarkan kita agar menjadi pribadi yang
pemberani, kuat dan melawan hal-hal yang menyimpang di dalam kehidupan
sehari-hari.
Dating for everyone is here: ❤❤❤ Link 1 ❤❤❤
BalasHapusDirect sexchat: ❤❤❤ Link 2 ❤❤❤
ye ..