Disusun oleh Satya Wibawa
Judul
Buku : Rindu
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun
Terbit : 2015
Design
Sampul : Resoluzy
Tebal : II + 544 Halaman
ISBN : 987-602-8997-90-4
Editor : Andriyati
Harga
Buku : Rp 89.000
Perjalanan panjang ini dimulai ketika sebuah
kapal besar bernama Blitar Holland mendarat di Pelabuhan Makassar. Kapal
tersebut nantinya akan berhenti dan menaikkan penumpang di Pelabuhan Surabaya,
Semarang, Batavia, Lampung, Bengkulu, Padang, Banda Aceh. Kapal itu akan terus
melaju hingga Jeddah karena para penumpang kapal tersebut adalah calon jamaah
haji. Tersebutlah
Daeng Andipati, seorang yang terpandang karena telah berhasil menyelesaikan
sekolahnya di Belanda. Ia bersama istri dan kedua anaknya, Elsa dan Ana.
Dibalik kebahagiaan yang Daeng
Andipati miliki saat ini, ternyata ia menyimpan kebencian tak terperi pada
sosok yang seharusnya ia hormati. Kelicikan, kekerasan & kemunafikan adalah
garis besar kisah lalunya. Masa kecilnya ia habiskan dalam sebuah skenario
besar yang diciptakan Daeng Patoto, ayahnya sendiri. Beruntung, ia berhasil
mencipatakan kehidupan baru yang jauh lebih baik.
Seorang
pelaut Bugis telah memutuskan untuk menjadi bagian dalam pelayaran Blitar
Holland. Sebelumnya ia adalah seorang juru kemudi kapal Phinisi, tak mengapa
baginya jika di kapal uap ini ia hanya diberi pekerjaan sebagai kelasi dapur.
Pekerjaan yang tak sebanding dengan latar belakang karirnya. Bagi Ambo Uleng
bisa berlayar meninggalkan tempat tinggalnya saat ini adalah lebih baik, ia tak
peduli lagi dengan posisi karirnya. Ia hanya ingin pergi sejauh mungkin. Namun ia abai satu hal, ia tidak bisa lari
dari kenangan. Kenangan akan terus mengikuti sampai kitalah yang bersedia berdamai
dengan diri sendiri, melakukan penerimaan atas segala hal yang ingin kita
lupakan. Maka, dengan berlayarnya Blitar Holland, resmi sudah Ambo Uleng
meletakkan sesuatu tentang perasaannya dalam kotak berlabel masa lalu. Tapi
kemudian, takdir akan membuktikan bahwa alasannya untuk pergi adalah alasan
mengapa takdir membawanya kembali.
Di
antara ribuan penumpang Kapal Blitar Holland, ada pasangan sepuh yang disebut
Mbah Kakung dan Mbah Putri. Meski sudah memasuki usia senja, namun kemesraan
mereka membuat iri semua orang. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat
diraih, Mbah Putri wafat saat kapal berada di perairan Kolombo. Mbah Kakung
harus mengikhlaskan perpisahan abadi, dengan cara yang tidak terduga. Jasad
Mbah Putri ditenggelamkan ke dasar laut. Akhirnya setelah genap satu bulan
berlayar, Kapal Blitar Holland merapat di Jeddah.
Ini
adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada
seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang
cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang
kerinduan.
Dating for everyone is here: ❤❤❤ Link 1 ❤❤❤
BalasHapusDirect sexchat: ❤❤❤ Link 2 ❤❤❤
Ap ..