Follow Us @literasi_smkn23jkt

Senin, 23 Maret 2015

Badai Matahari

Oleh : Ahda Nurdiansyah




Badai matahari adalah aktivitas tertentu dari matahari yang melepas partikel berenergi tinggi. Fenomena badai matahari terbentuk karena terjadi gejolak di atmosfer matahari yang dipicu terbentuknya bintik hitam. Kondisi ini dapat mengakibatkan loncatan lidah api (solar flare) yang materinya dapat terlontar ke Bumi. Badai matahari merupakan peristiwa yang terjadi sekitar sebelas tahun sekali yang dimulai dari periode aktivitas rendah, yang disebut Solar Minimum, sampai periode aktivitasnya meningkat, yang disebut Solar Maksimum. Solar maksimum terakhir terjadi pada tahun 2000.

Siklus keaktifan ini berkaitan dengan pembalikan kutub magnetik di permukaan Matahari. Keaktifan Matahari ini bisa dilihat dari jumlah bintik matahari yang teramati. Saat keaktifan Matahari mencapai maksimum, kita akan mengamati bintik matahari dalam jumlah paling banyak di permukaan Matahari. Dan pada saat keaktifan Matahari mencapai maksimum inilah, angin matahari lebih ‘kencang’ dari biasanya dan partikel-partikel yang dipancarkan juga lebih energetik. Dan peristiwa solar flare dan CME dalam skala besar juga lebih dimungkinkan untuk terjadi. Dengan kata lain, saat keaktifan Matahari mencapai maksimum, Bumi akan lebih banyak dipapar dengan partikel-partikel bermuatan tinggi (lebih tinggi dari biasanya) dan radiasi elektromagnetik energi tinggi.

Partikel-partikel bermuatan yang dipancarkan dari peristiwa solar flare dan CME, saat mencapai Bumi, akan berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Interaksi ini akan menyebabkan gangguan pada medan magnetik Bumi buat sementara.

Saat partikel-partikel bermuatan dengan energi tinggi mencapai Bumi, ia akan diarahkan oleh medan magnetik Bumi, untuk bergerak sesuai dengan garis-garis medan magnetik Bumi, menuju ke arah kutub utara dan kutub selatan magnetik Bumi. Saat partikel-partikel energetik tersebut berbenturan dengan partikel udara dalam atmosfer Bumi, ia akan menyebabkan partikel udara (terutama nitrogen) terionisasi. Bagi kita yang berada di permukaan Bumi, yang kita amati adalah bentuk seperti tirai-tirai cahaya warna-warni di langit, yang dikenal dengan nama aurora. Aurora ini bisa diamati dari posisi lintang tinggi di sekitar kutub magnetik Bumi (utara dan selatan).



Saat terjadi badai matahari, partikel-partikel energetik tadi tidak hanya menghasilkan aurora yang indah yang bisa di amati di lintang tinggi. Tapi bisa memberikan dampak yang relatif lebih besar dan lebih berbahaya. Dampak yang dimaksud antara lain: gangguan pada jaringan listrik karena transformator dalam jaringan listrik akan mengalami kelebihan muatan, gangguan telekomunikasi (merusak satelit, menyebabkan black-out frekuensi HF radio, dll.), navigasi, dan menyebabkan korosi pada jaringan pipa bawah tanah.

Peristiwa gangguan besar yang disebabkan oleh badai matahari, yang paling terkenal adalah peristiwa tahun 1859, peristiwa yang dikenal dengan nama Carrington Event. Saat itu, jaringan komunikasi telegraf masih relatif baru tapi sudah luas digunakan. Ketika terjadi badai Matahari tahun 1859, jaringan telegraf seluruh Amerika dan Eropa mati total. Aurora yang biasanya hanya bisa diamati di lintang tinggi, saat itu bahkan bisa diamati sampai di Ekuator.

ARTIKEL
Badai matahari ke Bumi kita disebut akan menghadirkan gelombang geomagnetik dengan kekuatan besar. Jadi, efek yang akan dihasilkan bakal berupa radiasi.

Para pakar di Space Weather Prediction Center menyatakan badai itu tidak akan menimbulkan bahaya yang signifikan terhadap manusia di Bumi, tapi hanya mengganggu beberapa sumber daya energi.

Namun, bagaimanakah asal mula hingga terbentuk badai di pusat sistem tata surya kita hingga membentuk semburan radiasi yang begitu besar?

Pada dasarnya, Matahari adalah bola gas raksasa yang mengandung 92,1% hidrogen dan 7,8% helium. Sering kali, Matahari menyemburkan radiasi yang disebut coronal mass ejection. Nah, semburan itu terkadang terhubung dengan semburan api yang merupakan peristiwa paling eksplosif di sistem tata surya kita.

Matahari diketahui telah mengalami dua proses tersebut dalam dua hari terakhir ini. NASA mengatakan, semburan kedua tergolong dalam level X1.6, yang berarti masuk kategori paling intens. Nah, Gabungan energi kedua semburan besar itulah kini menuju Bumi.

"Manusia tidak perlu khawatir," kata Lika Guhathakurta, ilmuwan di Solar Dynamics Observatory NASA. Ia yakin badai ini tidak akan mengganggu umat manusia di Bumi secara signifikan. Adapun badai yang dihasilkan dari dua proses di Matahari itu akan tiba pada Sabtu, 13 September 2014.

Diadaptasi dari :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar