Disusun oleh : Shifa Putri Salsabilla
Judul Novel : Intelegensi Embun Pagi
Pengarang : Dee Lestari
Penerbit : PT Bentang Pustaka
ISBN : 978-602-291-131-9
Tahun Terbit : Februari 2016
Jumlah Halaman : 705 Halaman
Harga : Rp
118.000,-
Sinopsis :
“Setelah mendapat
petunjuk dari upacara Ayahuasca di Lembah Suci Urubamba, Gio berangkat ke
Indonesia. Di Jakarta, dia menemui Dimas dan Reuben. Bersama, mereka berusaha
menelusuri identitas orang di balik Supernova.
Di Bandung, pertemuan
Bodhi dan Elektra mulai memicu ingatan mereka berdua tentang tempat bernama
Asko. Sedangkan Zarah, yang pulang ke desa Batu Luhur setelah sekian lama
melanglangbuana, kembali berhadapan dengan misteri hilangnya Firas, ayahnya.
Sementara itu, dalam
perjalanan pesawat dari New York menuju Jakarta, teman seperjalanan Alfa yang
bernama Kell mengungkapkan sesuatu yang tidak terduga. Dari berbagai lokasi
yang berbeda, keterhubungan antara mereka perlahan terkuak. Identitas dan misi
mereka akhirnya semakin jelas.
Hidup mereka takkan
pernah sama lagi.”
Intelegensi
Embun Pagi atau yang biasa disingkat IEP adalah novel terakhir atau penutup
dari serial Supernova yang ditulis oleh Dee Lestari. Supernova diawali dengan
kisah Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh yang terbit pada 2001, yang kemudian
disambung dengan Akar, Petir, Partikel, Gelombang, dan yang terakhir adalah
Intelegensi Embun Pagi.
Novel
Intelegensi Embun Pagi memiliki genre fantasi, sama seperti serial Supernova
lainnya. Namun, berbeda dengan serial Supernova lainnya yang hanya mengisahkan
satu per satu tokoh, novel Intelegensi Embun Pagi ini menjadi titik temu semua
karakter utama dari setiap serial Supernova.
Keping
demi keping misteri yang belum terungkap di novel Supernova lainnya mulai
terbuka di novel Intelegensi Embun Pagi. Mulai dari Infiltran, Sarvara,
Peretas, Asko, hingga Umbra. Hal yang sebenarnya sempat di singgung di dalam
novel Gelombang, namun baru bisa saya benar-benar pahami di novel Intelegensi
Embun Pagi.
Novel
ini dibuka dengan karakter Gio yang dibawa oleh Chaska untuk bertemu dengan
Luca, yang kemudian melakukan Ritual
Ayahuasca. Ritual Ayahuasca
dilakukan untuk membuat Gio kembali mengingat dirinya yang merupakan salah satu
Peretas dengan kode Kabut.
Cerita
pun dilanjutkan dengan pertemuan Bodhi dengan Elektra yang sempat menggantung
dalam Novel Gelombang, dimana Bodhi dan Elektra pergi ke Asko bersama saat
Elektra ingin melakukan terapi kepada Bodhi, dan mereka menyadari bahwa mereka
adalah Peretas. Dimana Elektra berkode Petir, sementara Bodhi berkode Akar.
Bodhi
dan Elektra yang masih bingung dan ingin
kembali ke Asko pun meminta bantuan kepada orang kepercayaan Elektra, yaitu Bu
Sati yang ternyata adalah seorang Sarvara yang mengincar memori para Peretas
untuk menghancurkan Asko yang hanya dapat dimasuki oleh Peretas dari gugus yang
sama.
Selanjutnya,
pertemuan Alfa dengan Kell yang sempat menggantung di akhir novel Gelombang pun
dilanjutkan. Kell sendiri adalah salah satu karakter yang muncul dalam novel
Akar. Namun, dalam novel tersebut, Kell diceritakan sudah meninggal akibat
terkena ledakan granat. Hingga munculnya Kell di dalam pesawat yang sama
bersama Alfa pun membuat saya penasaran.
Kell
memberitahukan kepada Alfa bahwa dirinya adalah seorang Infiltran yang akan
membantu Alfa menemukan Peretas lainnya yang berasal dari gugus yang sama
dengan Alfa. Kemudian, di saat yang bersamaan pula, Kell membuka indentitas
Ishtar atau Star yang sempat muncul dalam novel Akar bersamaan dengan Kell,
bahwa Ishtar adalah seorang Sarvara yang mengincar memori Para Peretas.
Konflik
sengit pun mulai bermunculan hingga membuat saya terkadang gemas sendiri. Mulai
dari rusaknya kandi Elektra yang dipengaruhi oleh Pak Simon yang merupakan
salah satu karakter di Novel Partikel. Pertemuan Dimas dan Reuben dengan Ferre
yang merupakan karakter utama dalam Novel Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh yang
membongkar bahwa Toni atau yang dikenal dengan Mpret dalam Novel Petir pun
ternyata bersaudara dengan Dimas dan berkoneksi langsung dengan Ferre.
Bagaimana Alfa setengah mati berusaha merebut Bodhi dari Bu Sati. Pak Simon
yang menculik Zarah agar mau membuka Portal Bulan di Bukit Jambul, hingga Gio
yang terus berusaha meyakinkan kepada Zarah bahwa ayahnya sudah meninggal di
Bukit Jambul.
Satu
per satu karakter Peretas beserta kekuatannya pun mulai terbongkar. Keping demi
keping misteri pun terbuka. Hingga pertarungan sengit Para Peretas dengan
Sarvara di Bukit Dolok Simaung-Maung yang menyebabkan Alfa meninggal, namun
berhasil membuat Gio dan Zarah menyebrang portal agar dapat membawa Peretas
Puncak berkode Permata.
Banyaknya bahasa asing
yang membuat saya belajar lebih banyak. Dee Lestari pun membawa saya
berpetualang ke tempat-tempat yang belum pernah saya saya kunjungi walaupun
raga saya hanya duduk di tempat. Cara Dee Lestari menulis novel ini benar-benar
membuat saya terpesona berkali-kali. Karena bukan hanya berpatok pada fiksi
semata, Dee Lestari juga membuka wawasan saya dengan banyaknya ilmu pengetahuan
di novel Intelegensi Embun Pagi ini. Banyak hal-hal yang tidak pernah saya
bayangkan akan saya pelajari, namun secara tidak langsung saya pelajari di
dalam novel ini. Begitu pula dengan pengetahuan tentang spiritual. Semua itu
dikemas dengan sangat baik hingga saya tidak menyadari bahwa saya sedang
belajar ketika saya membaca novel Intelegensi Embun Pagi ini.
Namun, dari novel ini memiliki konten yang cukup berat
dan sedikit sulit untuk dimengerti jika kita hanya membacanya sekilas dan tidak akan mengerti
konflik yang terjadi jika kita tidak mengikuti serial novelnya sejak awal.
Begitupula dengan bahasa, karena banyaknya bahasa asing dalam novel ini, ada
banyak pula Bahasa Inggris yang tidak diterjemahkan. Sehingga membuat saya
beberapa kali kesulitan ketika menemukan kosa kata baru dan membuat saya harus
bolak-balik membuka kamus. Ada banyak pula istilah yang tidak dijelaskan di
dalam Glosarium yang ditulis Dee Lestari di akhir buku. Akhir cerita yang
sebenarnya masing menggantung pun membuat saya masih penasaran bagaimana dengan
Hari Pembebasan yang dimaksudkan, karena Para Peretas harus menunggu Peretas
Puncak untuk lahir ke Bumi.
Terlepas
dari kekurangan dan kelebihan, Novel Intelegensi Embun Pagi merupakan sebuah
buku fiksi yang kaya akan ilmu pengetahuan. Banyak pula amanat yang dapat saya
petik dalam serial Supernova, begitupula dengan Novel Intelegensi Embun Pagi
ini. Namun, alangkah
lebih baik jika segala bahasa asing yang Dee Lestari tuliskan dalam novelnya
memiliki terjemahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar