Disusun oleh : Renaldo
Judul :
Hujan
Penulis : Darwis Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal
Terbit :Januari 2016
ISBN : 9786020324784
Jumlah
Halaman : 320 Halaman
Berat
Buku : 500 gr
Dimensi : 13.5 cm x 20 cm
Kategori : Drama, Sci-Fi
Pendahuluan
Novel hujan ini berlatar Bumi pada tahun 2050. Berawal dari
seorang gadis yang bernama Lail yang mendatangi sebuah pusat terapi saraf untu
menghilangkan semua kenangan pahit dalam hidupnya dengan menggunakan sebuah
teknologi canggih pada masa itu. Terapi dimulai dengan memindai peta seluruh
saraf otak Lail dengan ditemani seorang fasilitator bernama Elijah. Lail harus
menceritak kisahnya dengan menjawab pertanyaan Elijah. Terapi tersebut
dilakukan di ruangan 4 x 4 m kubik yang terlihat didesain terlalu sederhana.
SINOPSIS
Cerita bermula ketika
seorang gadis bernama Lail melakukan terapi untuk menghilangkan ingatan.
Elijah, sang terapis bertanya pada Lail tentang ingatan apa yang ingin dia
hapus. Lail menjawab bahwa ia ingin melupakan Hujan - yang akan memulai kisah
panjang tentang Lail dan apa yang dialaminya kala hujan.
21 Mei 2042 bayi ke 10
miliar lahir ke dunia dan membawa sebuah pertanda kurang baik: jumlah manusia
sudah terlalu banyak dan pertambahan penduduk tidak bisa dibendung. Para
peneliti mencoba mencari solusi, tambah lagi krisis air memperparah keadaan.
Tak di sangka, alam punya caranya sendiri untuk mengatasi masalah ini.
Kalau kita mengingat
tentang letusan gunung purba Toba, yang nyaris saja memutuskan nyawa seluruh
umat manusia di bumi, maka di tahun 2042 itu pula terjadi letusan yang sama
dahsyatnya.Umat manusia hampir punah hanya dalam hitungan menit.
Lail yang masih sangat
belia harus kehilangan ibunya dengan cara yang tragis di depan matanya sendiri.
Ayahnya? Jauh lebih menyedihkan karena ayahnya bekerja di dekat pusat letusan
sehingga bisa dipastikan bahwa Lail tidak akan bertemu lagi dengan mereka.
Hujan pertama turun di adegan ini. Hujan yang membawa Lail pada kesedihan.
Dibalik bencana ini,
Lail bertemu dengan orang-orang baru. Ia bertemu dengan Esok, yang ketika itu
berusia 15 tahun. Lail sendiri berusia 13 tahun.
Tentang Esok, ibunya
mengalami luka yang cukup parah akibat gempa vulkanik karena letusan gunung,
sehingga kakinya harus di amputasi. Ayah Esok sudah tiada sejak lama. Yang
menyedihkan adalah Esok harus kehilangan ke-4 kakaknya.
Semenjak kejadian itu,
Esok berteman baik dengan Lail. Esok pun kini menjadi sosok yang sangat
berharga untuk Lail. Mereka sangat dekat hingga ternyata -- Lail punya
perasaan.
Hingga sebuah kabar
memisahkan Esok dan Lail. Kabarnya, Esok akan diadopsi oleh orang kaya
sementara Lail akan masuk ke panti sosial. Nasib memisahkan mereka berdua.
Mereka memang terpisah tapi masih saling menghubungi, masih berbagi kabar.
Di panti sosial, Lail
menemukan sahabat baru bernama Maryam, seorang anak yang memiliki selera humor,
berjiwa sosial, dan memiliki cita-cita yang kuat. Di panti sosial mereka diasuh
oleh seorang ibu yang tegas dan ketus. Di panti sosial inilah Lail dan Maryam
tumbuh dewasa dan mengejar angan mereka yang sempat kelam karena bencana.
Ternyata Maryam tahu
bahwa Lail punya perasaan untuk Esok. Maryam sering menggoda Lail tentang
kedekatannya bersama Esok. Lail juga terlihat cemburu ketika Maryam
menyebut-nyebut nama Claudia - adik angkat Esok.
Semakin hari, Esok
semakin sulit dihubungi karena kesibukannya berkuliah dan mempersiapkan
kelulusan.
Suatu hari Esok
memberitahu Lail bahwa dia sedang dalam proyek pembuatan kapal yang bertujuan
untuk membawa manusia keluar dari bumi karena semenjak letusan gunung purba
itu, keadaan bumi semakin parah dan tidak layak lagi menjadi tempat hidup untuk
manusia.
Esok juga membocorkan
rahasia bahwa tidak semua orang boleh naik ke kapal itu. Esok memberitahu Lail
bahwa dia punya satu tiket karena Esok adalah teknisi yang punya peranan
penting dalam pembuatan kapal itu. Sisa tiketnya dipilih secara acak oleh
mesin. Hanya mereka yang punya gen terbaik yang boleh ikut. Selebihnya mau tak
mau harus tetap tinggal di bumi.
Suatu ketika, Lail
bertemu dengan walikota. Walikota meminta Lail untuk memberikan tiket kepada
Claudia. Ternyata, walikota tahun bahwa Esok punya dua tiket. Dan
satu tiket lainnya akan diberikan Esok kepada orang yang dia cintai - Lail.
Walikota tahu bahwa Esok pasti akan memberikan tiketnya kepada Lail. Tentu saja
ini menjadi dilema untuk Lail.
Lail tidak menjawab
apa-apa karena dia tidak tahu menahu tentang dua tiket milik Esok. Hanya Esok
yang tahu. Dan sejauh ini belum ada kabar apa-apa dari Esok karena dia tidak
bisa dihubungi.
Sehari sebelum kapal
berangkat walikota menemui Lail kembali untuk mengucapkan terima kasih kepada
Lail. Esok akhirnya mau memberikan satu tiketnya untuk Claudia. Padahal Lail
tidak berbuat apa-apa! Lail masih juga belum menerima kabar dari Esok tentang tiket
itu dan siapa yang akan pergi!
Akhirnya Lail mengambil
kesimpulannya sendiri bahwa sesungguhnya Esok lebih mencintai Claudia daripada
dirinya. Benar apa kata Maryam. Esok lebih mencintai Claudia. Lail pun
patah hati.
Inilah yang membuat
Lail pergi untuk terapi. Ia ingin menghilangkan ingatannya tentang hujan
- tentang Esok.
Ternyata dugaan mereka
salah! Esok tidak bisa dihubungi karena dia sedang membuat kloning otaknya.
Memang satu tiket itu diberikan untuk Claudia, karena Esok tidak ikut naik
ke kapal itu. Ia memilih untuk tinggal bersama Lail, orang yang dia cintai.
Begitu mendengar kabar tentang Lail, esok langsung pergi ke tempat terapi.
Akan tetapi terapi dan
operasi menghilangkan memori sudah terlanjur dijalankan dan sudah selesai.
Apakah yang teradi beerikutnya? Apakah Lail telah melupakan Esok?
KELEBIHAN
Materi bahasa didalam
novel ini cukup ringan dan mudah dipahami. Meski halamannya cukup tebal, namun
dalam novel ini segala sesuatunya terasa pas. Alurnya tidak membosankan dan
sudah sesuai dengan jalan cerita, tidak terasa di panjang-panjangkan atau
dilambat-lambatkan. Bahkan di beberapa bagian ada yang dipercepat ceritanya.
Jalan ceritanya sendiri tidak bisa ditebak sama sekali.
Banyak kejutan-kejutan
yang terjadi dalam novel ini dan tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Misalnya
adanya musim dingin berkepanjangan akibat efek gunung meletus. Kemudian karena
campur tangan manusia, musim dingin ini berubah menjadi musim panas yang
akhirnya menjadi malapetaka. Musim panas terjadi tanpa tahu kapan berakhirnya.
Hujan juga tidak lagi turun ke bumi. Hal-hal seperti ini membuat imajinasi
pembaca melambung tinggi.
Belum lagi dengan
kecanggihan teknologi yang bisa membuat anting-anting sebagai pemandu online,
sistem transportasi tanpa supir, alat komunikasi yang tertanam di tangan dan
sebagainya. Semuanya terasa nyata dan pasti bisa terjadi di masa depan.
Tidak adanya daftar isi
dan sinopsis di sampul belakang juga menjadi daya tarik tersendiri dalam novel
ini. Hal ini akan membuat para pembacanya penasaran dan tidak ada pilihan lain
selain terus membaca hingga akhir.
Tidak hanya itu saja,
novel ini dirancang dengan kebahasaan yang bagus, sehingga dapat membuat
pembacanya berimajinasi dan ikut merasakan yang dirasakan oleh setiap tokoh,
terutama Lail. Seperti, kecanggihan teknologi, perpisahan dan kehilangan orang
yang amat disayangi, tragedi kereta bawah tanah, peristiwa abu vulkanik, dll.
KEKURANGAN
Menurut saya, tokoh
Lail dalam novel ini karakternya kurang kuat. Dia hanya seorang gadis lemah,
cengeng dan tidak mempunyai inisiatif apa-apa. Keberhasilannya dalam berbagai
hal di dalam cerita karena ajakan dari temannya Maryam. Tanpa Maryam, Lail tak
akan bisa meraih apapun. Seharusnya sebagai tokoh utama, Tere Liye menempatkan
Lail sebagai inisiator bukan tokoh yang mengikuti apapun kemauan temannya
walaupun itu hasilnya baik juga.
Beberapa bagian dalam
novel ini menyatakan kalimat “secanggih-canggihnya teknologi, tidak ada yang
dapat menandingi kekuasaan Tuhan”. Hal itu dipahami oleh semua orang di
dalam cerita. Namun demikian entah kenapa Tere Liye tidak menempatkan para
tokoh di dalamnya untuk berdoa dan beribadah. Tidak ada satupun bahasan agama
didalam novel ini, semuanya hanya membicarakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mulai dari awal hingga akhir halaman, saya bertanya-tanya kira-kira agama para
tokoh ini apa?, ini terasa janggal sekali bagi saya.
Beberapa salah kata
juga saya temui dalam novel ini, yang paling kentara dan bikin kening berkerut
adalah tentang tugas pertama Lail dan Maryam. Di halaman 120 tertulis “Jika
kalian bersedia, setelah menerima pin besok pagi, kalian akan ditugaskan segera
di Sektor 3 selama liburan panjang”. Namun, dalam halaman 135 tertulis, “Pagi
ini kami berangkat ke Sektor 4, Penugasan pertama dari organisasi”.
Sebenarnya Lail itu ditugaskan di sektor 3 atau 4? Semoga cetakan
selanjutnya ada jawaban dan bisa diperbaiki.
PENUTUP
Terlepas dari beberapa
kekurangan yang ada dalam novel ini, namun saya cukup puas setelah membacanya.
Ada senyum yang terukir pasca membacanya dan ada beberapa yang tidak saya
mengerti bahasa / maksud dari kata-kata dalam novel ini. Namun, efek dalam
cerita novel hujan ini juga membekas hingga beberapa lama. Masih
terbayang-bayang adegan-adegan yang terjadi dalam cerita dan membuat saya tidak
bisa move on dalam beberapa hari. Yang pasti novel ini telah sukses membuat
saya bermain imajinasi dunia masa depan. Jika direnungkan, ada banyak pelajaran
tersirat dari cerita novel ini. Novel ini sangat bagus dan sangat
direkomendasikan untuk dibaca siapa saja, terutama untuk yang senang
berimajinasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar