Disusun oleh : Sylvia Agnes Zumipah Tise Japalasny
1.
Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, yang saat itu
merupakan Ibu Kota Utsmaniyah. Ia merupakan anak dari Sultan Murad II (1404-51)
dan Valide Sultan huma Hatun. Sultan Murad II memberikan fasilitas pendidikan
yang sangat tinggi. Banyak guru yang mendidiknya, namun yang paling dekat
dengannya adalah Syaikh Aaq Syamsuddin.
2.
Sesuai kebiasaan dalam Kekhalifahan Utsmaniyah kala itu, Mehmed
II dikirim untuk memimpin dan mencari pengalaman di sebuah kota bernama Amasya
saat ia berusia sebelas tahun. Tidak lama kemudian, tepatnya saat Mehmed II
berusia 12 tahun, ayahnya mengundurkan diri dari posisi Sultan, dan mengangkat
Mehmed II sebagai penggantinya. Pemikiran Sultan Murad II sangat terpengaruh
oleh pemikiran ulama-ulama Islam kala itu, khususnya oleh pemikiran
penasihat terdekatnya, Molla Gurani, serta Ak Semseddin, yang di kemudian hari
mendorongnya untuk menaklukkan kota Konstantinopel.
3.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha
ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan dia mengkaji usaha-usaha yang pernah
dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang
kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika dia naik tahta pada tahun
855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota
tersebut. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian
pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para 'ulama terulung
pada zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin
Isma'il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad
II telah mengirim beberapa orang 'ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu,
tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia mengirim Asy-Syeikh
Al-Kurani dan memberikan izin kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika
membantah perintah gurunya.
4.
Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang
diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh
Al-Kurani. Peristiwa ini sangat berkesan pada diri Amir Muhammad, lantas
setelah itu dia terus menghapal Al-Qur'an dalam waktu yang singkat. Di samping
itu, Asy-Syeikh Syamsuddin merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang
hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur'an, hadits,
fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu
peperangan dan sebagainya.
5.
Syeikh Syamsyuddin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia
adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di
dalam hadits pembukaan Konstantinopel. Ketika naik tahta, Sultan Muhammad segera
menemui Syeikh Syamsyuddin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan
Konstantinopel. Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun
dilakukan. Sultan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid
lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan
Islam.
6.
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan
Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal
857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu
berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat
dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dia juga membacakan
ayat-ayat Al-Qur'an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang
tinggi pada bala tentara dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian
dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.
7.
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran
ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!"
terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota
itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha
keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka memperbanyak
shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal
857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan.
Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid
sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota
Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah
di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara
Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
Daftar Pustaka
- https://id.wikipedia.org/wiki/Mehmed_II
di akses pada 18 November 2017
- https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2016/03/27/91894/wasiat- terakhir-al-fatih.html di akses pada 18 November 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar