Disusun oleh: Fatiha
Makam Khadija Sebelum Hancur
1.
Nama
lengkapnya Khadijah binti Khuwailid bin As’ad bin Abd Al Uzza’. Ia dilahirkan
di Makkah tahun 68 sebelum hijrah, 15 tahun sebelum tahun gajah atau 15 tahun
sebelum kelahiran Muhammad SAW. Ia adalah wanita yang sukses dalam perniagaan,
seorang saudagar wanita terhormat dan kaya raya. Pada masa jahiliyah ia
dipanggil Ath Thaharoh (wanita suci) karena ia senantiasa menjaga kehormatan
dan kesucian dirinya. Orang-orang Quraisy menyebutnya sebagai pemimpin wanita
Quraisy.
2.
Ayahnya,
Khuwailid bin Asad, adalah tokoh pembesar Quraisy yang terkenal hartawan dan
dermawan. Khuwailid sangat mencintai anggota keluarga dan kaumnya, menghormati
tamu, dan suka memberdayakan serta membantu kaum miskin dan kaum papa. Ia
termasuk sahabat Abdul Mutahalib, datuk Nabi Muhammad SAW. Ibunya bernama
Fatimah binti Zaidah. Silsilah nasabnya berujung pada Amir bin Lu’ai. Neneknya
adalah Halah Binti Abdul Manaf yang tersambung sampai Lu’ai bin Ghalib.
Masing-masing silsilah ayahanda dan ibundanya berasal dari keturunan Quraisy
yang terhormat dan mulia. Nasab Khadijah dari pihak ibundanya berhimpun dengan
nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-tiga, Abdul Manaf. Dari pihak ayah
maupun ibu, Khadijah dan Rasulullah SAW memiliki kekerabatan yang sangat dekat.
3.
Pada
tahun 575 Masehi, Siti Khadijah ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian
ayahnya, Khuwailid, menyusul. Sepeninggal kedua orang tuanya, Khadijah dan
saudara-saudaranya mewarisi kekayaannya. Kekayaan warisan menyimpan bahaya. Ia
bisa menjadikan seseorang lebih senang tinggal di rumah dan hidup berfoya-foya.
Bahaya ini sangat disadari Khadijah. Ia pun memutuskan untuk tidak menjadikan
dirinya pengangguran. Kecerdasan dan kekuatan sikap yang dimiliki Khadijah
mampu mengatasi godaan harta. Karenanya, Khadijah mengambil alih bisnis
keluarga. Pada mulanya, Siti Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah
at-Tamimi. Pernikahan itu membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan
Hindun. Tak lama kemudian suaminya meninggal dunia, dengan meninggalkan
kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Lalu
Siti Khadijah menikah lagi untuk yang kedua dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah
al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan beberapa waktu, akhirnya suami
keduanya pun meninggal dunia, yang juga meninggalkan harta dan perniagaan.
Dengan demikian, saat itu Siti Khadijah menjadi wanita terkaya di kalangan
bangsa Quraisy. Karenanya, banyak pemuka dan bangsawan bangsa Quraisy yang
melamarnya, mereka ingin menjadikan dirinya sebagai istri. Namun, Siti Khadijah
menolak lamaran mereka dengan alasan bahwa perhatian Khadijah saat itu sedang
tertuju hanya untuk mendidik anak-anaknya. Juga dimungkinkan karena, Khadijah
merupakan saudagar kaya raya dan disegani sehingga ia sangat sibuk mengurus
perniagaan.
4.
Para
sejawatnya mengakui keberhasilan Siti Khadijah, ketika itu mereka memanggilnya
“Ratu Quraisy” dan “Ratu Mekkah”. Orang-orang memanggil Khadijah dengan Ratu
Mekkah karena kekayaannya. Khadijah juga biasa dipanggil dengan nama Ummu
Hindun dan mendapat gelaran ath-thahirah (wanita suci) atau ummul mukminin (ibu
orang-orang mukmin). Gelaran ath-thahirah diperolehi sebelum kedatangan Islam
kerana kesucian budi pekertinya, kedudukannya yang mulia ditengah-tengah
kaumnya, dan kesucian dirinya Khadijah juga diberi gelar ummul mukminin (ibu
orang-orang mukmin) karena ia adalah sebaik-baik istri yang mempunyai suri
teladan yang baik bagi insan yang mau mengikutinya.
5.
Suatu
ketika, Muhammad berkerja mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah untuk
dijual ke Syam bersama Maisyarah. Setibanya dari berdagang Maysarah
menceritakan mengenai perjalanannya, mengenai keuntungan-keuntungannya, dan
juga mengenai watak dan kepribadian Muhammad. Setelah mendengar dan melihat
perangai manis, pekerti yang luhur, kejujuran, dan kemampuan yang dimiliki
Muhammad, kian hari Khadijah semakin mengagumi sosok Muhammad. Selain
kekaguman, muncul juga perasaan-perasaan cinta Khadijah kepada Muhammad.
Tibalah hari suci itu. Maka dengan maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad menikah
dengan Siti Khadijah pada tahun 595 Masehi. Pernikahan itu berlangsung diwakili
oleh paman Khadijah, ‘Amr bin Asad. Sedangkan dari pihak keluarga Muhammad
diwakili oleh Abu Thalib dan Hamzah. Ketika Menikah, Muhammad berusia 25 tahun,
sedangkan Siti Khadijah berusia 40 tahun. Bagi keduanya, perbedaan usia yang
terpaut cukup jauh dan harta kekayaan yang tidak sepadan di antara mereka,
tidaklah menjadi masalah, karena mereka menikah dilandasi oleh cinta yang
tulus, serta pengabdian kepada Allah. Dan, melalui pernikahan itu pula Allah
telah memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka. Setelah menikah dengan
Rasulullah SAW, beliau dikurniakan 6 orang anak. Ke-6 orang anaknya hasil
pernikahannya dengan Rasulullah lahir setelah ia berusia 40 tahun. Khadijah
melahirkan 2 orang putra dan 4 orang putri. Anak pertama sekaligus putra
pertama Rasulullah bernama Qasim. Putra kedua beliau bernama Abdullah, biasa
dipanggil ath-thahir dan ath-thayyib karena dilahirkan setelah kedatangan
Islam. Kedua putra ini meninggal dunia ketika masih bayi. Anak ke-3
bernama Zainab, putri sulung yang lahir sebelum Nabi Muhammad SAW diutus Allah
sebagai rasul. Anak ke-4 dan ke-5 adalah Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Kedua putri
beliau ini dinikahi oleh kedua anak Abu Lahab, Atabah dan Utaibah. Anak yang
ke-6 adalah Fatimah Az-Zahra. Menikah dengan seorang sahabat yang terkenal dan
disegani yaitu Ali bin Abi Thalib. Ia adalah ibunda Hassan dan Husein.
6.
Siti
Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan.
Semakin hari kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam sakit yang
tidak terlalu lama, dalam usia 60 tahun, wafatlah seorang mujahidah suci yang
sabar dan teguh imannya, Sayyidah Siti Khadijah al-Kubra binti Khuwailid. Siti
Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10
kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketika
itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi
Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Karena dua orang yang dicintainya
(Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul
Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.
7.
Dalam perjalanan islam, Khadijah merupakan
orang dan perempuan pertama yang memeluk agama islam. Dalam hadits nabi sahih
muslim diyakini Nabi Muhammad SAW mengatakan mengenai Khadijah (diterjemahkan
sebagai berikut) “Tuhan Yang
Maha Esa dikehidupan ini tidak pernah memberikan orang yang lebih baik
dari dia (Khadijah), dia menerima saya ketika orang-orang menolak saya, dia
mempercayai saya ketika orang-orang meragukan saya, dia berbagi harta dengan
saya ketika orang-orang melarangnya, dan Allah memberikan anak hanya melalui dirinya”.
Dan benar saja, melalui Khadijah Nabi Muhammad mempunyai seorang putri bernama
Fatima al-Zahra dan melalui Fatima Nabi Muhammad SAW mendapatkan dua cucu
bernama al-Hasan dan al-Husain. Dan hanya dari sinilah garis keturunan Nabi
Muhammad SAW berlanjut.
Sumber:
Diakses
pada: 19 November 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar