Disusun Oleh : Sri Lestari
1. Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 77 tahun) adalah
seorang pujangga berkebangsaan Indonesia terkemuka. Ia dikenal
melalui berbagai puisi-puisinya yang menggunakan kata-kata sederhana. Anak
pertama dari pasangan Sadyoko dan Sapariah ini lahir di rumah kakeknya, di kampung
Baturono, tidak jauh dari Alun-alun Selatan kota Solo. Kakeknya seorang abdi
dalem Kraton Kasunanan yang pandai membuat wayang. Ia pernah mendapatkan
seperangkat wayang kulit buatan kakeknya itu. Jangan heran kalau
sedikit-sedikit, sapardi bisa memainkan wayang kulit. Saat usianya 3 tahun,
ayah dan ibunya menyewa rumah di kampung Dhawung, Sapardi pindah ke sana. Pada masa kecilnya, Sapardi
sering melihat pesawat-pesawat terbang menjatuhkan bom sehingga rumah-rumah
terbakar. Di satu sisi ia senang menyaksikan pesawat-pesawat itu, di sisi lain
tentu saja ia ketakutan.
2. Sapardi
masuk Sekolah Dasar Kasatrian, yakni sekolah dasar yang khususdiperuntukan bagi
kaum laki-laki para kerabat Kraton. Meski berdarah ningrat, jejak-jejak
keningratan tidak tampak pada perilaku dan karya-karyanya. Ini menunjukkan
sekolah itu hanya memberikan pendidikan formal saja. Bedanya, di sekolah itu
Sapardi mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan menabuh gamelan dan
menari tari Jawa. Meski demikian, yang tampak sejak SMA, Sapardi lebih suka
main gitar daripada alat musik tradisional Jawa. Setamat SD, ia melanjutkan ke SMP II di wilayah Mangkunagaran, Surakarta. Kemudian melanjutkan ke SMA II di
Margoyudan, Surakarta.
3. Dari
berbagai kemampuannya di bidang seni, mulai dari menari, bermain gitar, bermain
drama, dan sastrawan, tampaknya bidang sastralah yang paling menonjol
dimilikinya. Pria yang dijuluki SDD ini tidak hanya menulis puisi, namun juga
cerita pendek. Sejak tahun 1974 ia mengajar
di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas
Indonesia, namun kini telah pensiun.
Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada
majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam". Ia adalah salah seorang
pendiri Yayasan Lontar.
Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.
4. Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya,
seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait
pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi
Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda
Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua Ibu"). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas
beberapa karya SDD. Musikalisasi puisi karya SDD dimulai pada tahun 1987
ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa,
membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia, dalam upaya
mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA. Saat itulah tercipta
musikalisasi Aku Ingin oleh Ags. Arya Dipayana dan Hujan Bulan Junioleh M. Umar
Muslim. Kelak, Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari "Soundtrack Cinta dalam Sepotong
Roti" (1991), dibawakan oleh
Ratna Octaviani. Beberapa tahun kemudian lahirlah album
"Hujan Bulan Juni" (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari
sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu merupakan
salah satu dari sejumlah penyanyi lain, yang adalah mahasiswa Fakultas Sastra
Universitas Indonesia. Album "Hujan Dalam Komposisi" menyusul dirilis
pada tahun 1996 dari komunitas yang sama.
5. Beliau
juga mendapat penghargaan atas karya-karyanya dalam bidang sastra diantaranya Cultural Award dari Australia (1978), Anugerah
Puisi Putra dari Malaysia (1983), SEA Write Award dari
Thailand (1986), Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia (1990), Mataram Award (1985), Kalyana
Kretya (1996) dari Menristek RI, Penghargaan Achmad Bakrie
(2003). Sapardi menyadari bahwa
sajak dan ceritanya tidak bisa menopang hidupnya secara ekonomi. Namun, dengan
karya kreatifnya, Sapardi bisa melanglang buana. Di samping itu, beberapa
puisinya sering dinyanyikan pada pesta pernikahan, muncul di kartupos,
kalender, poster, T-shirt, bloknot, topi pet dan kue. Ini yang membuatnya
bahagia. Karya-karyanya dikenal tidak hanya di dalam negeri, tapi sudah
mendunia. Salah satu buktinya, Perdana Lihat Daftar Menteri Menteri India,
Narashima Rao pernah mengutip sajaknya yang berjudul “Pilgrimage” (terjemahan
puisi “Ziarah”) dalam suatu pidato pada KTT Non-Blok. Hal itu jelas menjadi hal
yang membahagiakan bagi Sapardi. Selain
melahirkan puisi-puisi, Sapardi juga aktif menulis esai, kritik sastra, artikel
serta menerjemahkan berbagai karya asing. Dengan karya-karyanya itulah ia
menjadi sosok legenda yang mempunyai kontribus penting terhadap pengembangan
sastra di Tanah Air.
https://lordbroken.wordpress.com/2013/06/17/biografi-dan-kumpulan-puisi-sapardi-djokodamono/
https://lordbroken.wordpress.com/2013/06/17/biografi-dan-kumpulan-puisi-sapardi-djokodamono/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar