Disusun oleh Sri Kurnia Wulandari
Judul Novel : Tentang Kamu
Penulis : Tere Liye ( Darwis )
Penerbit : REPUBLIKA
Tahun
Terbit : 2016
Cetakan :
Pertama
Editor : Triana Rahmawati
Harga : Rp.79.000,00
Tebal
Buku : vi + 524 Halaman
Warna Buku :
Cokelat
ISBN :
9786020822341
Kategori :
Romance
Tere Liye lahir di Lahat, Indonesia, 21 Mei1979; umur 39 tahun, dikenal sebagai
penulis novel. Beberapa karyanya yang pernah diangkat ke layar kaca
yaitu “Hafalan Shalat Delisa” dan “Moga Bunda Disayang Allah”. Meskipun dia bisa meraih keberhasilan dalam
dunia literasi Indonesia, kegiatan menulis cerita sekadar menjadi hobi karena
sehari-hari ia masih bekerja kantoran sebagai akuntan. Tere Liye lahir pada 21
Mei 1979 dari keluarga sederhana. Orang tuanya petani biasa, Tere Liye tumbuh
dewasa di pedalaman Sumatra. Tere Liye meyelesaikan pendidikan dasar dan
menengahnya di SDN 2 Kikim Timur dan SMPN 2 Kikim, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Lalu melanjutkan sekolahnya ke SMAN 9
Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Setelah lulus, ia meneruskan studinya ke
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kegiatannya setelah selesai kuliah
banyak diisi dengan menulis buku-buku fiksi.
Novel Tentang Kamu
Secara keseluruhan tema yang diangkat adalah menelusuri kehidupan seorang
wanita untuk menemukan ahli waris yang ia miliki. Berbagai tempat yang
menjadi setting dalam novel ini adalah London, Paris, Pulau Bungin
Sumbawa, Surakarta, dan Jakarta. Novel yang mengharukan ini memiliki alur maju
mundur dalam segi penceritaannya. Dan walau menggunakan bahasa dengan sastra
yang cukup tinggi, namun masih bisa dipahami orang awam.
Berawal dari
panggilan Sir Thompson yang merupakan senior di firma hukum Thompson & Co.,
kepada Zaman Zulkarnaen, Zaman diberikan kesempatan untuk mengisi kursi lawyer
senior namun dengan syarat dapat ia dapat menyelesaikan pembagian warisan
sebesar 19 triliun rupiah. Nilai tersebut nyaris menyaingi kekayaan Ratu
Inggris. Harta itu tersimpan dalam 1% kepemilikan saham di salah satu
perusahaan toiletries dunia. Pemilik warisan tersebut merupakan yang meninggal
di salah satu panti jompo di Paris dan tidak ada data mengenai ahli warisnya. Dengan petunjuk
dari buku harian Sri Ningsih yang didapat dari Madam Aimée yang merupakan
pengurus panti jompo dimana Sri Ningsih meninggal. Zaman mulai menelusuri
kehidupan Sri Ningsih. Perjalanan Zaman dimulai dengan mendatangi tempat di
mana Sri Ningsih di lahirkan yaitu di Pulau Bungin. Ia menemui tetua di pulau
itu yang menceritakan masa kecil Sri Ningsih mulai dari ditinggal mati ibunya
ketika melahirkan dirinya, hingga ayahnya yang bernama Nugroho menikah lagi dan
memiliki satu anak yang bernama Tilamuta. Pada suatu
waktu, ayah Sri pergi melaut dan tak pernah kembali lagi. Sejak saat itu, ibu
tiri Sri memperlakukan Sri dengan tidak manusiawi seperti memukul hingga tidak
memberinya makanan. Musibah lain pun datang. Rumah Sri terbakar dan menyebabkan
ibu tiri Sri meninggal. Akhirnya Sri dan adiknya Tilamuta tinggal di sebuah
pondok pesantren di Surakarta.
Zaman
melanjutkan pergi ke pondok pesantren di mana Sri dan Tilamulat pindah setelah
rumah mereka kebakaran di Pulau Bungin. Zaman berkenalan dengan Ibu Nur’aini
yang menceritakan masa remaja Sri, persahabatan yang hancur karena keirian
hingga tentang pesantren yang di serang kelompok PKI yang menewaskan Tilamuta.
Sri menjadi dilematis karena harus memilih kebenaran atau
persahabatan. Zaman pergi ke Jakarta untuk mencari sisa-sisa kehidupan Sri
dengan petunjuk dari Ibu Nur’aini. Sang ibu memberikan surat-surat yang pernah
di kirim Sri. Dari surat tersebut, Zaman mengungkap kehidupan Sri di Jakarta,
mulai bekerja sebagai pedagang kaki lima dengan gerobak, membuka rental mobil,
sempat bangkrut hingga menjadi sopir bis, pekerja pabrik, hingga puncaknya
membuka pabrik sabun sendiri dengan merk ‘Rahayu’. Semuanya ia lakukan di
Jakarta hingga akhirnya ia memutuskan pergi ke London dengan meninggalkan
pabriknya, pergi melupakan semuanya.
Kembali ke London,
ingatan Zaman teringat foto Sri yang ada di kamar Sri di panti jompo. Di dalam
foto itu Sri berdiri di depan bus dengan nomor rute 16. Pencarian tersebut
mengantarkan Zaman bertemu Lucy yang menuntunnya mengunjungi kawasan Little
India di London. Ia bertemu dengan Rajendra Khan, pemilik kios makanan halal
yang setiap hari dikunjungi Zaman. Kemudian ia menelusuri kehidupan lain Sri
tentang keluarga angkat Sri, supir bus rute 16. Selain itu ia fakta baru
ditemukan tentang kisah cinta Sri dan Hakan Karim, lalu kepergian anak Sri dan
Hakan, hingga semua musibah yang dihadapi Sri dan yang membuatnya kabur ke
Paris. Tidak
ada keluarga yang dapat ditelusuri jejaknya. Harapan terakhirnya ialah
menemukan surat warisan. Masalah mulai datang dari firma hukum A&Z Law yang
mengajak Thompson & Co untuk bernegosiasi dengan membawa wanita yang
mengaku mertua dan istri dari Tilamuta. Insting Zaman mengatakan ada yang tidak
beres hingga ia mencari surat wasiat tersebut.
Buku ini memiliki keunggulan dalam gaya bahasa yang mudah
dipahami, mampu membawa suasana bagi pembacanya, dipenuhi nasehat-nasehat
kehidupan yang dapat diambil oleh pembaca, mengajarkan arti keikhlasan dan
kerja keras. Cerita dalam buku ini membuat pembaca ingin terus membacanya
sampai selesai dan juga susah ditebak endingnya. Sekali lagi, Tere Liye tidak
pernah mengecewakan pembacanya, buku ini recomended sekali.
Terlepas dari keunggulan-keunggulannya, novel ini
mempunyai kelemahannya juga, yakni Pandangan pembaca pertama ketika melihat
sinopsis dengan setelah membaca isinya akan sangat berbeda. Di tengah novel
ceritanya agak membuat pembaca merasa bosan karena alurnya yang terlalu
berbelit-belit. Covernya
kurang nyambung dengan cerita dan judul, banyak kesalahan penulisan, yang
seharusnya Sri Ningsih, menjadi Sri Rahayu dan juga epilognya
kurang seru karena diakhiri dengan terkejutnya Lucy yang mendapatkan harta
warisan Sri Ningsih. Tapi ini memang ending yang tak terduga dan anti
mainstream.
Kisah dalam novel ini mengajarkan agar kita
bisa melakukan apapun walaupun itu menyakitkan. Kita pasti bisa melewati
semuanya, termasuk juga segala ujian hidup. Tidak semua kebencian dibalas juga
dengan kebencian, namun kita bisa membalasnya dengan kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar