Disusun oleh : Friska Berliyana Puspita Sari
1. Pramoedya
Ananta Toer lebih akrab disapa Pram. Lahir di Blora, Jawa Tengah 6 Februari
1925. Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana tertulis
dalam koleksi cerita pendek semi-autobiografinya yang berjudul Cerita Dari
Blora. Karena nama keluarga Mastoer dirasakan terlalu aristokratik, ia
menghilangkan awalan Jawa “Mas” dari nama tersebut dan menggunakan “Toer”. Sewaktu
kecil, Pram sudah terlihat sebagai anak yang pintar mengumpulkan
teman-temannya, banyak akal, dan berani mencoba apapun dalam segala hal. Namun
masa kecilnya tertindas oleh perlakuan ayahnya yang terlalu keras dan
berdisiplin tinggi.
2. Pram
adalah anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya, Mastoer Imam Badjoeri adalah
seorang guru. Sedangkan ibunya, Saidah adalah seorang penjual nasi. Ia
mempunyai seorang istri bernama Maemunah Thamrin yang kemudian memberinya lima
orang anak. Pramoedya juga mempunyai sembilan orang cucu. Istrinya meninggal
pada bulan Januari tahun 2011 dan dimakamkan di TPU Karet Bivak. Ia juga
memiliki mantan istri yang bernama Arfah Iljas.
3. Pram
memulai pendidikannya di SD Blora. Namun, tercatat bahwa Pram beberapa kali
tidak naik kelas.Ayahnya malu dan mengatakannya sebagai anak yang bodoh.
Ayahnya tidak mau menyekolahkannya lebih lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.
Akhirnya, ibunyalah yang menyekolahkannya ke sekolah telegraf (Radio
Vackschool). Sekolah Institut Boedi
Utomo di Blora di bawah bimbingan ayahnya yang bekerja sebagai guru disana.
Tamat dari Boedi Utomo, ia kemudian bersekolah di Teknik Radio Surabaya selama
satu setengah tahun dari tahun 1940 sampai 1941. Sambil bekerja, Pram juga
mengikuti pendidikan di Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara di
tahun 1942 hingga 1943. Selanjutnya, di tahun 1944 hingga 1945, Pram mengikuti
sebuah kursus stenografi dan kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi
Islam Jakarta pada tahun 1945.
4. Tahun 1942, Pram kemudian berangkat ke
Jakarta dan bekerja sebagai tukang ketik di kantor berita Jepang yang bernama
Domei pada masa saat kependudukan jepang di Indonesia. Pram pernah mengikuti
pelatihan militer Tentara Keamanan Rakyat dan bergabung dengan Resimen 6 dengan
pangkat Letnan dua dan ditugaskan di Cikampek dan kemudian kembali ke Jakarta
pada tahun 1947. Pram pernah di angkap Belanda pada tanggal 22 Juli 1947 dengan
tuduhan menyimpan dokumen pemberontakan melawan Belanda. Ia kemudian dijatuhi
hukuman penjara dan dipenjarakan di Pulau Edam dan dipindahkan di penjara
daerah Bukit duri. Selama masa penahanannya, ia lebih banyak menulis buku dan
cerpen. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berkecimpung di dunia menulis
dengan menjadi seorang penulis. Ia telah menghasilkan artikel, novel, puisi,
dan cerpen yang membuat namanya melambung sejajar dengan para sastrawan dunia.
5. Sebagai
penulis, Pram telah menghasilkan lima puluh karya yang diterjemahkan salam
empat puluh satu bahasa asing. bebrapa karyanya diantara lain Bumi Manusia,
Jejak Langkah, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Korupsi, Panggil Aku Kartini Saja,
Sang Pemula, dan masih banyak karya yang lainnya. Ia juga pernah mendapat
sederet penghargaan antara lain Freedom to Write Award dari PEN American
Center, AS, 1988 Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS,
1989 Wertheim Award , “For his meritorious service to the struggle for emancipation
of Indonesian people”, dari Wertheim
Fondation, leiden, Belanda, 1995 Ramon Magsaysay Award, “For Journalism,
Literature, and Creative Arts, in recognition of his illuminating with briliant
stories thehistorical awakening, and modern experinece of Indonesian people”,
dan masih banyak lagi penghargaan yang lainnya.
6.
Dibalik banyaknya penghargaan yang ia dapat, banyak karya Pram yang penuh
dengan kritik sosial sehingga membuatnya sering keluar masuk penjara. Pram
pernah diatahan selama tiga tahun pada masa kolonial dan satu tahun pada masa
orde lama. Kemudian selama orde baru, ia pernah ditahan selama empat belas
tahun sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan. Beberapa karya Pram
dilarang untuk dipublikasikan karena dianggap mengganggu keamanan negara pada
masa pemerintahan Presiden Soekarno maupun Soeharto. Misalnya, ia pernah
ditahan pada tahun 1960 dimasa pemetintahan Soekarno karena pandangan
pro-komunis Tiongkoknya melalui buku yang berjudul Hoakiau di Indonesia dicabut
dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan.
7. Tetapi, hal tersebut tidak menghalanginya
untuk terus menulis. Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun
kesehatanya telah menurun akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok.
Tepatnya pada 27 April 2006 kesehatan Pram memburuk. Ia didiagnosis menderita radang
paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah dijangkitnya ditambah
komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Upaya keluarga untuk merujuknya ke
rumah sakit tidak membawa banyak hasil. Kondisinya semakin memburuk dan
akhirnya meninggal pada 30 April 2006 di Jakarta.
8. Pramoedya sangat pantas dijuluki sebagai
Pahlawan Menulis untuk generasi muda dan seluruh lapisan masyarakat karena, ia
tak pernah mengenal waktu dalam menulis, ia tidak pernah menjadikan segala
permasalahan dalam hidupnya sebagai penghalang dalam menulis. Baginya, menulis
adalah bekerja untuk keabadian.
DAFTAR PUSTAKA
- https://lindazuarnum.files.wordpress.com/2012/03/pramoedya-ananta-toer-copy.jpg
- http://www.biografiku.com/2016/05/biografi-pramoedya-ananta-toer..htmlm=0
- https://m.merdeka.com/profil/indonesia/p/pramoedya-ananta-toer/
- https://en.wikipedia.org/wiki/Pramoedya_Ananta_Toer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar