Disusun oleh : Wanda Cristina S.
1. Lucia
Francisca Susi Susanti lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 11 Februari 1971.
Ia menikah dengan Alan Budikusuma pada 9 Februari 1997 dan dikarunia tiga anak bernama Lourencia
Averina (1999), Albertus Edward (2000), Sebastianus Frederick (2003)
2. Ia
memulai karier bulutangkis di klub milik pamannya, PB Tunas Tasikmalaya.
Setelah berlatih selama 7 tahun di sana dan memenangkan kejuaraan bulutangkis
tingkat junior, pada tahun 1985 ia pindah ke Jakarta. Saat itu ia kelas 2 SMP,
namun telah berpikir untuk serius di dunia bulutangkis.
3. Di
Jakarta, Susi tinggal di asrama dan bersekolah di sekolah khusus untuk atlet.
Pergaulannya terbatas dengan sesama atlet, bahkan pacaran pun dengan atlet
pula. Jadwal latihannya pun sangat padat. Enam hari dalam sepekan, Senin s.d.
Sabtu mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 11.00. Kemudian disambung lagi dari
pukul 15 sampai pukul 19.00. Ada aturan tersendiri untuk makan, jam tidur,
sampai tentang pakaian. Ia tidak diperbolehkan menggunakan sepatu dengan hak
tinggi untuk menghindari kemungkinan keseleo. Untuk berjalan-jalan ke mall pun
hanya bisa pada hari Minggu. Itu pun jarang dilakukan karena lelah berlatih. Pemain bulutangkis putri
terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia ini ternyata sudah menyukai
permainan bulutangkis sejak duduk di bangku SD. Dukungan orangtuanya membuat ia
mantap untuk menjadi atlet bulutangkis. Tak heran jika ragam prestasi
membanggakan di bidang olahraga bulu tangkis dikoleksinya untuk bangsa
Indonesia dan pribadinya.
4. Untuk
menjadi juara ia memang harus selalu disiplin dan konsentrasi. Akhirnya ia pun
menyadari dalam meraih prestasi memang perlu perjuangan dan pengorbanan. “Kalau
mau santai dan senang-senang terus, mana mungkin cita-cita saya untuk jadi
juara bulutangkis tercapai? Sekarang rasanya puas banget melihat pengorbanan
saya ada hasilnya. Ternyata benar juga kata pepatah: Bersakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian,” kata Susi mengenang.
5. Pada
awal kariernya di tahun 1989, Susi sudah berhasil menjadi juara di Indonesian
Open. Selain itu berkat kegigihan dan ketekunannya, Susi berhasil turut serta
menyumbangkan gelar Piala Sudirman pada tim Indonesia untuk pertama kalinya dan
belum pernah terulang sampai saat ini. Setelah itu ia pun mulai merajai
kompetisi bulutangkis wanita dunia dengan menjuarai All England sebanyak empat
kali (1990, 1991, 1993, 1994) dan menjadi Juara Dunia pada tahun 1993.
6. Puncak
karier Susi bisa dibilang terjadi pada tahun 1992 pada saat ia menjadi juara
tunggal putri cabang bulutangkis di Olimpiade Barcelona, 1992. Susi menjadi
peraih emas pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade. Uniknya, Alan Budikusuma
yang merupakan pacarnya ketika itu, turut menjadi juara di tunggal putra.
Mereka berhasil mengawinkan gelar juara tunggal putra dan putri bulutangkis
pada Olimpiade Barcelona. Media asing menjuluki mereka sebagai “Pengantin
Olimpiade”, sebuah julukan yang terjadi menjadi kenyataan di kemudian hari.
7. Susi
kembali berhasil meraih medali, kali ini medali perunggu pada Olimpiade 1996 di
Atlanta, Amerika Serikat. Selain itu, Susi turut serta menorehkan prestasi
dengan merebut Piala Uber tahun 1994 dan 1996 bersama tim Uber Indonesia, gelar
yang telah lama lepas dari genggaman srikandi-srikandi kita. Puluhan gelar seri
grand prix juga berhasil ia raih sepanjang karirnya..
8. Sederet
prestasi yang pernah diraihnya adalah Hall of Fame dari International Badminton
Federation (IBF), Mei 2004, Herbert Scheele Trophy, 2002, Medali Emas Olimpiade
Barcelona, 1992, Medali Perunggu
Olimpiade Atlanta, 1996, Juara Dunia
pada World Championship, 1993, Juara All
England 4 kali (1990, 1991, 1993, 1994),
Juara Piala Uber bersama tim Uber Indonesia 2 kali (1994 dan 1996),
Juara Piala Sudirman bersama tim nasional Indonesia, 1989, Juara World
Badminton Grand Prix 6 kali (1990, 1991, 1992, 1993, 1994 dan 1996), Juara Indonesia Open 6 kali (1989, 1991,
1994, 1995, 1996, dan 1997), Juara
Malaysia Open 4 kali (1993, 1994, 1995, dan 1997), Juara Japan Open 3 kali
(1992, 1994, dan 1995), Juara Thailand Open 4 kali (1991, 1992, 1993, dan
1994), Juara Denmark Open 2 kali (1991 dan 1992), Juara China Taipei Open 2
kali (1991 dan 1994). Juara Korea Open, 1995, Juara Dutch Open, 1993.
9. Saat
masih aktif menjadi pemain, Susi selalu berusaha menjadikan dirinya sebagai
contoh yang baik bagi pemain lainnya. Ia sangat disiplin terhadap waktu latihan
atau pun di luar latihan. Kiprah Susi Susanti di dunia bulutangkis memang luar
biasa. Dalam setiap pertandingan, ia selalu menunjukkan sikap yang tenang dan
tanpa emosi bahkan pada saat tertinggal jauh perolehan angkanya. Semangatnya
yang pantang menyerah selalu berhasil membuat para pendukungnya yakin Susi akan
memberikan usaha yang terbaik.
10. Walaupun
telah puluhan gelar tingkat internasional ia raih, ada satu sikap yang tidak
pernah hilang dari diri Susi Susanti. Ia selalu bersikap rendah hati dan terus
berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Baginya, kekalahan bukanlah akhir dari
segalanya, namun justru kesempatan untuk memperbaiki kemampuan dan
menghindarkan dari sikap sombong. Sungguh satu sikap yang patut dicontoh oleh
para generasi muda bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar