Oleh: Adella Shilvania
28 Oktober 1998
Wahai pemuda bangsa
Kau rapatkan tubuhmu dalam satu kesatuan
Peluh terlukis membajirkan wajahmu
Api lentera nusantara telah kau nyalakan
Semangat yang tak kunjung padam telah kau
kobarkan
Untuk menggapai cita-cita bangsa
Hembusan nafas tersenggal adalah pengiring
juangmu
Detak jantung berguncang adalah sahabat
setiamu
Tantangan ....
Rintangan .....
Tak gentar kau hadapi demi negerimu
Bangsa Indonesia
Semua usahamu tak berujung binasa
Tuhan telah berkehendak mengizinkan dikau
menegakkan tongkat awal kemerdekaan
Kau lantangkan suaramu lewat ikrar yang
terucap
Darah dan jiwamu telah menyatu dalam bait
demi bait
Hingga terdengar disetiap sudut penjuru
tanah air
Waktu berjalan seperti hembusan angin
Kini, aku hanya bisa meneteskan butir demi
butir air mata
Melihat perubahan bangsa dan bahasaku
Serangan beribu-ribu kosakata, mulai
merobohkan sedikit demi sedikit bahasa persatuanku
Bahasa Indonesia
Kemanakah bahasaku saat ini?
Miris hatiku mendengar penerus bangsa saar
ini lebih mencondongkan bahasanya
ketempat sang surya menenggelamkan sinarnya
Tak banggakah kita, dengan bahasa kita
sendiri?
Bahasa yang telah mempersatukan berbagai
suku, adat, dan budaya ditanah air tercinta
Kemana semangat sumpah pemuda yang dahulu
berkobar?
Apakah hanya dijadikan slogan belaka?
Wahai generasi penerus bangsa
Disinilah kita dilahirkan, disini pula kita
berpijak
Jadikanlah ikrarmu sebagai benteng
Jadikanlah semangatmu sebagai senjata
Jadikanlah bahasamu sebagai jati diri
Demi bangsa Indonesia di masa mendatang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar