Oleh
: Ahda Nurdiansyah
Badai
matahari adalah aktivitas tertentu dari matahari yang melepas
partikel berenergi tinggi. Fenomena badai matahari terbentuk karena terjadi
gejolak di atmosfer matahari yang dipicu terbentuknya bintik hitam. Kondisi ini
dapat mengakibatkan loncatan lidah api (solar flare) yang materinya
dapat terlontar ke Bumi. Badai matahari merupakan peristiwa yang terjadi
sekitar sebelas tahun sekali yang dimulai dari periode aktivitas rendah, yang
disebut Solar Minimum, sampai periode aktivitasnya meningkat, yang disebut
Solar Maksimum. Solar maksimum terakhir terjadi pada tahun 2000.
Siklus
keaktifan ini berkaitan dengan pembalikan kutub magnetik di permukaan Matahari.
Keaktifan Matahari ini bisa dilihat dari jumlah bintik matahari yang teramati.
Saat keaktifan Matahari mencapai maksimum, kita akan mengamati bintik matahari
dalam jumlah paling banyak di permukaan Matahari. Dan pada saat keaktifan
Matahari mencapai maksimum inilah, angin matahari lebih ‘kencang’ dari biasanya
dan partikel-partikel yang dipancarkan juga lebih energetik. Dan peristiwa solar
flare dan CME dalam skala besar juga lebih dimungkinkan untuk terjadi.
Dengan kata lain, saat keaktifan Matahari mencapai maksimum, Bumi akan lebih
banyak dipapar dengan partikel-partikel bermuatan tinggi (lebih tinggi dari
biasanya) dan radiasi elektromagnetik energi tinggi.
Partikel-partikel
bermuatan yang dipancarkan dari peristiwa solar flare dan CME, saat mencapai
Bumi, akan berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Interaksi ini akan
menyebabkan gangguan pada medan magnetik Bumi buat sementara.
Saat
partikel-partikel bermuatan dengan energi tinggi mencapai Bumi, ia akan
diarahkan oleh medan magnetik Bumi, untuk bergerak sesuai dengan garis-garis
medan magnetik Bumi, menuju ke arah kutub utara dan kutub selatan magnetik
Bumi. Saat partikel-partikel energetik tersebut berbenturan dengan partikel
udara dalam atmosfer Bumi, ia akan menyebabkan partikel udara (terutama
nitrogen) terionisasi. Bagi kita yang berada di permukaan Bumi, yang kita amati
adalah bentuk seperti tirai-tirai cahaya warna-warni di langit, yang dikenal
dengan nama aurora. Aurora ini bisa diamati dari posisi lintang tinggi di
sekitar kutub magnetik Bumi (utara dan selatan).
Saat
terjadi badai matahari, partikel-partikel energetik tadi tidak hanya
menghasilkan aurora yang indah yang bisa di amati di lintang tinggi. Tapi bisa
memberikan dampak yang relatif lebih besar dan lebih berbahaya. Dampak yang
dimaksud antara lain: gangguan pada jaringan listrik karena transformator dalam
jaringan listrik akan mengalami kelebihan muatan, gangguan telekomunikasi
(merusak satelit, menyebabkan black-out frekuensi HF radio, dll.),
navigasi, dan menyebabkan korosi pada jaringan pipa bawah tanah.
Peristiwa
gangguan besar yang disebabkan oleh badai matahari, yang paling terkenal adalah
peristiwa tahun 1859, peristiwa yang dikenal dengan nama Carrington Event.
Saat itu, jaringan komunikasi telegraf masih relatif baru tapi sudah luas
digunakan. Ketika terjadi badai Matahari tahun 1859, jaringan telegraf seluruh
Amerika dan Eropa mati total. Aurora yang biasanya hanya bisa diamati di
lintang tinggi, saat itu bahkan bisa diamati sampai di Ekuator.
ARTIKEL
Badai
matahari ke Bumi kita disebut akan menghadirkan gelombang geomagnetik dengan
kekuatan besar. Jadi, efek yang akan dihasilkan bakal berupa radiasi.
Para
pakar di Space Weather Prediction Center menyatakan badai itu tidak akan
menimbulkan bahaya yang signifikan terhadap manusia di Bumi, tapi hanya mengganggu
beberapa sumber daya energi.
Namun,
bagaimanakah asal mula hingga terbentuk badai di pusat sistem tata surya kita
hingga membentuk semburan radiasi yang begitu besar?
Pada
dasarnya, Matahari adalah bola gas raksasa yang mengandung 92,1% hidrogen dan
7,8% helium. Sering kali, Matahari menyemburkan radiasi yang disebut coronal
mass ejection. Nah, semburan itu terkadang terhubung dengan semburan api yang
merupakan peristiwa paling eksplosif di sistem tata surya kita.
Matahari
diketahui telah mengalami dua proses tersebut dalam dua hari terakhir ini. NASA
mengatakan, semburan kedua tergolong dalam level X1.6, yang berarti masuk
kategori paling intens. Nah, Gabungan energi kedua semburan besar itulah kini
menuju Bumi.
"Manusia
tidak perlu khawatir," kata Lika Guhathakurta, ilmuwan di Solar
Dynamics Observatory NASA. Ia yakin badai ini tidak akan mengganggu umat
manusia di Bumi secara signifikan. Adapun badai yang dihasilkan dari dua proses
di Matahari itu akan tiba pada Sabtu, 13 September 2014.
Diadaptasi dari :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar