Follow Us @literasi_smkn23jkt

Senin, 28 November 2016

R.A KARTINI: PEJUANG UNTUK PENDIDIKAN WANITA



    Disusun Oleh: Nenah Kaswara
 




1. Raden Ajeng Kartini atau R.A Kartini, beliau lahir pada 21 April 1879 di kota Jepara. Beliau lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan oleh sebab itu beliau memperoleh gelar gelar R.A (Raden Ajeng).Ayahnya bernama R.M Sosroningrat, putra Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai bupati Jepara. Ibu Kartini bernama M.A. Ngasirah, beliau merupakan anak seorang kyai atau guru  agama di  Telakawur, kota Jepara. Menurut sejarah, Kartini keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IV, bahkan ada yang mengatakan bahwa garis keturunan ayahnya berasal dari kerajaan Majapahit. Suami dari Kartini adalah K.R.M. Adipati Singgih Djojo Adiningrat yang merupakan bangsawan dan juga bupati di Rembang. Beliau mempunyai seorang anak  yaitu Soesalit Djojoadhiningrat.
2. Beliau memiliki saudara berjumlah sebelas orang yang terdiri atas saudara kandung dan saudara tiri. Beliau merupakan anak kelima, namun beliau merupakan anak tertua perempuan tertua dari sebelas bersaudara.
3. Pada saat masih kecil kartini disekolahkan di ELS ( Europese Lagere School). Di sekolah inilah beliau belajar bahasa Belanda dan bersekolah hingga berusia 12 tahun, karena anak perempuan harus tinggal di rumah untuk 'dipingit'. Meskipun berada di rumah, R.A Kartini aktif dalam melakukan korespondensi atau surat-menyurat dengan temannya yang berada di Belada. Dari sinilah kemudian, Kartini mulai tertarik dengan pola pikir perempuan Eropa yang beliau baca dari surat kabar, majalah, serta buku-buku yang beliau baca.
4. Ketertarikannya dalam membaca kemudian membuat beliau memiliki pengetahuan yang cukup tentang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Beliu memberi perhatian khusus pada masalah emansipasi wanita melihat perbandingan antara wanuta Eropa dan wanita pribumi. Selain itu, ia juga beliau menaruh perhatian pada masalah sosial yang menurutnya wanjta perlu memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi, serta kesetaraan hukum.
5. Kartini menceritakan penderitaan perempuan di Jawa seperti harus di pingit, tidak bebas dalam.menuntut ilmu atau belajar, serta adanya adat yang mengekang kebebasan perempuan.
6. Kartini juga menyinggung  tentang agama, misalnya beliau mempertanyakan mengapa laki-laki dapat berpoligami, dan mengapa kitab suci itu harus dibaca dan dihafal tanpa perlu kewajiban untuk memahaminya.
7. Cita-cita luhur R.A Kartini adalah ia ingin melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar seperti sekarang ini.
8. Kartini diizinkan oleh ayahnya untuk menjadi seorang guru, namun ia dilarang untuk melanjutkan studynya untuk belajar diBatavia ataupun ke negeri Belanda. Hingga pada akhirnya, beliau tidak dapat melanjutkan cita-citanya baik belajar menjadi guru di Batavia atau Advertiserment meskipun beliau menerima beasiswa untuk belajar kesana, sebab pada tahun 1903 pada saat usia beliau 24 tahun, beliau dinikahkan dengan K.R.M. Adipati Singgih Djojo Adiningrat yang merupakan bangsawan dan juga bupati di Rembang yang telah memiliki tiga orang istri.
9. Mesipun begitu, suami beliau memahami apa yang menjadi keinginan beliau sehingga kemudian beliau diberi kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita pertama yang kemudian berdiri di sebuah kantor pemerintahan Kabuparen Rembang yang kemudian sekarang dikenal sebagai Gedung Pramuka.
10. Berkat perjuangannya kemudian pada tahun 1912, berdirilah sekolah perempuan pertama oleh Yayasan Kartini di Semarang kemudia meluaske Surabaya, yogyakarta , Malang, Madiun, Cirebon serta daerah lainnya. Sekolah tersebut kemudian di beri nama “  Sekolajh Kartini” untuk menghormati jasa-jasanya.
Sepeninggalannya Kartini terbitlah buku berjudul ‘Door Duisternis tot Licht’ yang kemudian diterjemahkan dengan judul Dari Kegelapan Menuju Cahaya yang terbit pada tahun 1911. Buku ini banyak merubah pemikiran masyarakat Belanda terhadap wanita pribumi ketika itu.tulisannya kala itu menjadi inspirasi para tokoh-tokoh Indonesia seperti W.R Soepratman yang kemudian membuat lagu yang berjudul ‘Ibu Kita Kartini’.
Presiden Seokarno sendiri kala itu mengeluarkan instruksi berupa Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei 1964, yang berisi penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Soekarno juga menetapkan hari lahir Kartini, yakni pada tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini sampai sekarang ini.
Buku –Buku R.a Kartini
1)Habis Gelap Terbitlah Terang 2)Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsa 3)Letters From Kartini, An Indonesia Feminist 1900-1904.
Selain itu juga ada buku-buku yang berkaitan dengan Kartini antara lain:
1)Panggil Aku Kartini Saja (Karya Pramoedya Ananta Toer) 2)Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
11. Banyak perdebatan serta kontrovesi mengenai surat-surat yang ditulis Kartini, sebab hingga saat ini sebagian besar naskah asli surat Kartini tak diketahui keberadaannya. Jejak keturunan J.H. Abendanon pun sulit untuk dilacak oleh Pemerintah Belanda. Banyak kalangan yang meragukan kebenaran dari surat-surat Kartini.
12. Ada yang menduga bahwa J.H Abendanon, melakukan rekayasa surat-surat Kartini. Kecurigaan ini didasarkan pada buku Kartini yang terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda ketika itu, dimana J.H Abendon sendiri termasuk yang memiliki kepentingan dan mendukung pelaksanaan politik etis dan kala itu ia juga menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda ketika itu.
13. Selain itu penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar juga banyak perdebatan. Pihak yang tidak begitu menyetujui, mengusulkan agar tidak hanya merayakan Hari Kartini saja, namun merayakannya bersama dengan hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember.
14. Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih, sebab masih ada pahlawan wanita lain yang tidak kalah hebat perjuangannya dengan Kartini seperti Derwi Sartika, Cut Nyak Dhien, Martha Cristina Tiahahu, dan lain-lain.  Menurut  sebagian kalangan, wilayah perjuangan Kartini itu hanya di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah mengangkat senjatamelawan penjajah kolonial.
15. Kartini adalah pahlawan pejuang wanita yang tidak menggunakan senjata dalam memerangi penjajah tetapi melalui wawasan dan pendidikan yang diberikan kepada wanita Indonesia. Sebagai pemuda sekarang kita tidak pelu lagi mengangkat senjata untuk melawan penjajah tetapi melalui bakti kepada bangsa melalui karya dan prestasi yang berguna bagi orang banyak dan yang pasti adalah pendidikan.

  Daftar Pustaka: http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-ra-kartini.html (diakses pada 20 November 2016)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar