Disusun oleh: Muhammad Fadillah
Orientasi :
1. Abdurrahman Addakhil atau
“Sang Penakluk”, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. ‘Gus’
adalah panggilan kehormatan khas kepada anak kyai. Gus Dur lahir di Jombang,
Jawa Timur, 7 September 1940. Gus Dur juga diajarkan membaca non Islam, majalah
dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya.
2. Kakek dari ayahnya KH.
Hasyim Ayari, adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Sementara kakek dari ibunya
KH. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren. Ayahnya adalah KH. Wahid Hasyim,
sedangkan Ibunya adalah Hj. Sholehah. Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan
dikaruniai empat orang anak, yaitu: Alisa Qortrunnada (1), Zanubba Ariffah
Chafsoh {Yenny} (2), Anita Hayatunnufus (3), dan Inayah Wulandari (4).
Urutan
Peristiwa Kejadian Tokoh :
3. Dia belajar di Jakarta,
masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Pewari. Pada tahun 1954 di SMO
ia tidak naik kelas, tetaoi karena persoalan intelektual. Pada 1959 Gus Dur
pindah ke pesantren Tambakkeras di Jombong. Gus Dur mendapatkan bea siswa dari Departemen
Agama di University Al-Azhar tapi tidak diselesaikan. Llau ia melanjut belajar
di Universty Baghdad pada tahun 1970. Dan sayangnya di Baghdad ia tidak diakui
lau ia pergi ke Belanda di Uniersity Leiden. Gus Dur pergi ke Jerman dan
Perancies sebelum ke Indonesia pada tahun 1971. Gus Dur kembali ke Indonesia
1971. Gus Dur kembali ke Jakarta dan bergabung LP3ES.
4. Abdurrahman Wahid
meneruskan kariernya sebagai jurnalis, menulis untuk tempo dan kompas. Gus Dur
mendirikan majalah prisma yang salah satu contributor utamanya dan seiring
berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawah. Gus Dur menambah
pekerjaannya dengan mejadi Guru Kitab Al-Hikam. Tahun 1977 dia bergabung di
University Hasyim Asyai sebagai dekan fakultas praktik dan kepercayaan Islam, dengan
mengajar subyek tambahan seperti pedagogi, syariat Islam dan misiologi
5. Gus Dur menerima Ramon
Magsaysay Awards, penghargaannya untuk kategori kepemimpinan social. Dia
dinobatkan sebagai “Bapak Tionghoa” oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di
Kelenteng. Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Taasrif
Award-Aji sebagai pejuang kebebasan pers 2006. Gus Dur mendapatkan penghargaan
lagi dari Simon Wethenthat Center, sebuah yayasan yang bergerak penegak di
HAMM, karena dianggap sebagai salah satu tokoh yang peduli persoalan HAM. Gus
Dur memperoleh penghargaan dari Mebel Valor, di Los Angeles karena ia memiliki
keberanian membela kaum minioritas. Mendapat penghargaan dari University Temple
dan namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid chair of
Islamic study. Gus Dur mempunyai gelar Doktor kehormatan ( Doktor Honoris
Causa), yaitu:
Doktor Kehormatan bidang
kemanusiaan dari Netanya University, Israel (2003)
· Doktor Kehormatan bidang
Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea Selatan (2003)
· Doktor Kehormatan dari Sun
Moon University, Seoul, Korea Selatan (2003)
· Doktor Kehormatan dari
Soka Gokkai University, Tokyo, Jepang (2002)
· Doktor Kehormatan bidang
filsafat hokum dari Thammasat University, Bangkok, Thailand (2000)
· Doktor Kehormatan dari
Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand(2000)
· Doktor Kehormatan bidang
ilmu hokum dan politik, ilmu ekonomi dan manajemen, dan ilmu Humaniora dan
Pantheon Sorborne University, Paris, Peranci (2000)
6. Gus Dur berencana
mengadakan musyawarah besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan
merencanakan acara itu dihadiri paling sedikit satu juta anggota NU. Namun,
Soeharto menghalangi acara tersebut dengan memerintahkan polisi mengusir bus
yang berisi anggota NU begitu tiba di Jakarta. Gus Dur mengirim surat protes
kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam
yang terbuka, adil, dan toleransi. Tahun 1994 Gus Dur menominasikan diri untuk
masa jabatan ketiga, tetapi pendukung Soeharto dan lain-lainnya berkampanye
melawan kembali Gus Dur.
7. Gus Dur wafat hari Rabu,
30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkosumo, Jakarta, pukul 18.45
akibat berbagi komplikasi penyakit, diantaranya jantung dan gangguan ginjal
yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat dia harus menjalani cuci darah
rutin. Sehingga sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat di rawat di Surabaya
usai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.
Reorientasi :
8. Gus Dur ialah presiden ke
empat yang pantas untuk menjadi panutan masyarakat, kita dapat belajara dari
kata-kata motivasinya dan sifat-sifat Gus Dur yang beragama dan berani demi
kebenaran. Gus Dur juga dikenal sebagai orang yang mengerti beragama,
berpendidikan tinggi, dan berpolitik di negaranya.
Sumber:
http://www.biografiku.com/2010/01/biografi-kyai-haji-abdurrahman-wahid.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Wahid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar