Oleh : Dodi Sunardi
IDENTITAS FILM
Judul
Film : Lima Elang (5 Elang)
Tahun : 25 Agustus 2011
Sutradara : Rudi Soejarwo
Pemain Film : 1) Christoffer Nelwan (sebagai Baron)
2) Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan (sebagai Rusdi)
3) Bastian Bintang Simbolon (sebagai Aldi)
4) Monica Sayang Bati (sebagai Sindai)
5) Teuku Rizky Muhammad (sebagai Anton)
Tahun : 25 Agustus 2011
Sutradara : Rudi Soejarwo
Pemain Film : 1) Christoffer Nelwan (sebagai Baron)
2) Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan (sebagai Rusdi)
3) Bastian Bintang Simbolon (sebagai Aldi)
4) Monica Sayang Bati (sebagai Sindai)
5) Teuku Rizky Muhammad (sebagai Anton)
ORIENTASI
Lekat dengan kesuksesan “Ada Apa Dengan Cinta” (2002), tidak
membuat seorang Rudi Soejarwo berhenti belajar. Itu terlihat dari jejak rekam
film-filmnya, genrenya beragam dari drama hingga komedi, pernah dia coba
tangani. Termasuk juga mencicipi tema horror di tahun 2006 lewat “Pocong”
(dilarang tayang) dan “Pocong 2”. Hasilnya bisa dibilang fenomenal, dalam
artian di tangan Rudi lah film horror local kembali mampu menghantui penonton bioskop.
Keinginan Rudi untuk terus “bereksperimen” dengan tema yang tidak pernah
disentuhnya, tampaknya menakdirkannya untuk menyadari film anak-anak, nah film
Indonesia boleh sekali lagi tersenyum. Karena tahun ini lewat “Lima Elang”
tambah lagi satu film anak-anak yang bisa dikatakan berkualitas. Kita semua
tahu, film anak-anak seperti “anak-anak tiri” di negeri sendiri masih dihitung
jari. Film yang benar-benar punya kesan di mata penonton cilik. Apalagi film
anak-anak yang “bebas”. Maksudnya punya jiwa anak-anak yang tidak terlalu
memaksa ingin menjejalkan anak-anak bermain lewat apa yang ia tonton dan
kemudian menyelipkan beberapa “ajaran” yang alangkah baiknya tidak dipaksa.
Tapi biarkan saja mereka membaca sendiri yang mereka tonton. Menyerap kebaikan
yang ada di film tersebut. Film anak-anak yang begini biasanya lebih nyaman
untuk ditonton cerita mengalir begitu saja, perasaan itulah yang saya dapatkan
dalam “Lima Elang”.
TAFSIRAN
ISI
Saya
memang bukan penonton cilik lagi, tapi “Lima Elang” terbukti bisa menghibur
juga untuk penonton dewasa, menjadikan film yang ceritanya ditulis Salman
Aristo ini sebuah sajian film keluarga yang menghibur untuk semua, tidak hanya
anak-anak. Ok, karena ini film anak-anak, sudah sewajibnya menokohkan anak-anak
sebagai peran utama. Nah, film ini pun tidak hanya “asal” menaruh anak-anak
sembarangan di depan kamera, selain itu juga saya setuju dengan pemilihan
wajah-wajah baru. Rudi terampil dalam memilih siapa yang akan memerankan siapa,
termasuk juga memaksimalkan acting mereka. Alhasil anak-anak ini mampu melakoni
karakterna dengan lepas dan natural. Termasuk Christoffer Nelwan yang
memerankan Baron, satu dari lima elang yang aktingnya paling menonjol di film
ini. Baron bisa dikatakan karakter kunci, karena kebanyakan konflik akan
berasal dari dirinya. Dan persahabatan lima elang pun makin hidup berkat
keberadaan anak yang diceritakan baru saja pindah dari Jakarta ke Balikpapan.
Ditempat baru inilah, Baron bertemu dengan Rusdi (Iqbaal
Dhiafakhri Ramadhan), Aldi (Bastian Bintang Simbolon), dan Anton (Teuku Ryzki
Muhammad). Awalanya tentu saja Baron lebih untuk menutup diri dari lingkungan
teman-temannya, dan sibuk dengan hobinya, bermain dengan mobil remote control. Namnu sebuah event perkemahan pramuka menyatukan
mereka, Baron mau tidak mau, suka tidak suka harus ikut, didorong oleh “agenda
pribadi” akhirnya Baron mau bergabung dengan Rusdi yang tampak paling
bersemangat jika berbicara soal pramuka. Acara perkemahan pramuka yang diikuti
oleh sekolah-sekolah lainnya ini, perlahan memupuk tali persahabatan diantara
Rusdi, Baron dan kawan-kawan. Walaupun terkadang mereka masih saja berselisih
paham, begitu juga Baron yang masih “dingin” merespon kebaikan-kebaikan Rusdi.
Walaupun mereka masih belum bersatu banget,
tapi keinginan mereka sama, untuk bisa menjadi regu yang terbaik di perkemahan
tersebut. Apakah regu elang mampu menjadi pemenang?
EVALUASI
Kok hanya empat anak? katanya “Lima Elang”. Di perkemahan
tersebut nantinya Baron dan kawan-kawan akan bertemu dengan Sindai (Monica
Sayang Bati), bisa dibilang anak perempuan “pemberontak, yang capek di regunya
sendiri, yang dibilangnya terdiri dari anak-anak manja, maka nantinya
bergabunglah Sindai dengan mereka, itu pun disatukan secara kebetulan. Seperti
saya bilang di awal paragraf, “Lima Elang” adalah film anak-anak yang “bebas”, Yup bagaikan seekor elang yang dengan
bebas mengepakan sayapnya untuk terbang tinggi di langit. Bersama dengan
anak-anak di film ini, kita bisa merasakan Feel
kebebasan itu. Film ini tidak terikat oleh beban untuk menyampaikan
petuah-petuah pesan moral, tapi membiarkan penontonnya untuk menyerap sendiri
pesan-pesan yang ada diantara permainan dan petualangan seru yang disajikan.
Terutama tema pramuka yang diangkat oleh “Lima Elang”, betul-betul dimanfaatkan
oleh film ini untuk memberi jawaban jika pramuka itu ternyata Fun, buat penonton dewasa pastinya akan
diajak untuk kembali mengenang masa-masa sekolah, ketika masih berseragam
pramuka dan berlatih simpul. Begitu juga saya, gini-gini juga pernah ikut pramuka, walaupun hanya senang ketika
waktunya berkemah saja, sedangkan membuat tenda saja saya masih tidak becus.
RANGKUMAN
Pramuka disajikan dengan sangat seru, bersama dileburkan
dengan baik dalam lika-liku persahabatan antara Baron dan kawan-kawan. Sisi
sinematografi lun diperhatikan dengan baik. Arief pribadi mampu menghasilkan
gambar-gambar yang nyaman dipandang. Well
untuk urusan teknis bisa dibilang “Lima Elang” cukup jempollah, tidak kacangan dalam mengemas sebuah film anak-anak.
Termasuk juga dalam urusan mengolah mood
kita-kita yang menonton. Saya sedang berbicara music di film ini, Aghi
Naroitama dan “regunya” di departemen musik tahu betul bagaimana menyesuaikan
musik yang tepat dari satu adegan ke adegan yang lain. Ketika gambar bergerak
dengan seru musik yang menemanu pun dipastikan pas di telingan menghasilkan
suasana mood yang juga seru,”Lima
Elang” tidak perlu cerita yang ribet. Film anak-anak dengan kisah sederhana
tentang pramuka dan persahabatan yang dikemas dengan menarik, di dalamnya ada
intrik yang membuat emosi kita ikut terbawa, dan ada cerita-cerita manis yang
membuat kita tersenyum. Rudi telah mengajak kita bermain dalam filmnya, tidak
memaksa anak-anak untuk mendengar apa yang ingin disampaikan tapi membiarkan
penonton cilik untuk bisa belajar sendiri, lewat keseruan pramuka “Lima Elang”
adalah film keluarga yang selama ini dinantikan. Menyenangkan, lucu, dan juga
menghibur. Kelima anak yang bermain dalam film inipun telah menghadirkan
performa yang hebat. Tidak sabar untuk melihat aksi elang selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar