oleh : Rizki Fikriyah
Penindasan (Bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi
suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik.
Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik
atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu,
mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan
penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan
cyber. Budaya penindasan dapat berkembang dimana saja selagi terjadi interaksi
antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan
lingkungan.
Bully biasanya muncul di
usia sekolah. Pelaku Bully memiliki karakteristik tertentu. Umumnya mereka
adalah anak-anak yang berani, tidak mudah takut, dan memiliki motif dasar
tertentu. Motif utama yang biasanya ditenggarai terdapat pada pelaku Bully adalah
adanya agresifitas. Padahal, ada motif lain yang juga bisa dimiliki pelaku
Bully, yaitu rasa rendah diri dan kecemasan. Bully menjadi bentuk pertahanan
diri (defence mechanism) yang digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah
diri dan kecemasannya tersebut. “Keberhasilan” pelaku melakukan tindakan bully
bukan tak mungkin berlanjut ke bentuk kekerasan lainnya, bahkan yang lebih
dramatis.
Ada yang menarik dari
karakteristik pelaku dan korban Bully. Korban Bully mungkin memiliki
karakteristik yang bukan pemberani, memiliki rasa cemas, rasa takut, rendah
diri, yang kesemuanya itu (masing-masing atau sekaligus) membuat si anak
menjadi korban Bully. Akibat mendapat perlakuan ini, korban pun mungkin sekali
menyimpan dendam atas perlakuan yang ia alami.
Selanjutnya, bukan tak
mungkin, korban Bully, menjadi pelaku Bully pada anak lain yang ia pandang
sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk mendapat kepuasan dan membalaskan dendam.
Ada proses belajar yang sudah ia jalani dan ada dendam yang tak terselesaikan. Kasus
di sekolah-sekolah, dimana kakak kelas melakukan Bully pada adik kelas, dan
kemudian Bully berlanjut ketika si adik kelas sudah menjadi kakak kelas dan ia
kemudian melakukan Bully pada adik kelasnya yang baru, adalah contoh dari pola
Bully yang dijelaskan di atas.
Alasan bullying disekolah
saat ini semakin meluas salah satunya adalah karena sebagian besar korban
enggan menceritakan pengalaman mereka kepada pihak yang mempunyai kekuatan
untuk mengubah cara berfikir mereka dan menghentikan siklus bullying, yaitu
pihak sekolah dan orangtua. Korban merahasiakan bullying yang mereka derita
karena takut pelaku akan semakin mengintensifkan bullying mereka. Akibatnya
korban bisa semakin menyerap ”falsafah” bullying yang didapat dari seniornya.
Adapun beberapa faktor terjadinya tindakan bullying :
1. Faktor keluarga:
Anak yang melihat orang
tuanya atau saudaranya melakukan bullying sering akan mengembangkan perilaku
bullying juga. Ketika anak menerima pesan negatif berupa hukuman fisik di
rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri yang negatif,
yang kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan lebih dulu
meyerang orang lain sebelum mereka diserang.Bullying dimaknai oleh anak sebagai
sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang mengancam.
Karena pihak sekolah sering
mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan
mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi
anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan
sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada siswanya misalnya,
berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
3. Faktor kelompok sebaya:
Anak-anak ketika
berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong
untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa anak melakukan bullyingpada anak
yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam
kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku
tersebut.
4. Gender sebagai laki-laki
dan kecenderungan untuk berkelahi
Banyak dari mereka yang mendidik anak laki-lakinya bahwa laki-laki itu harus
kuat, tidak boleh kalah dalam persaingan tapi tidak memberi contoh dari hal-hal
yang diajarkan tersebut sehingga anak salah dalam memahami kuat itu bagaimana,
menang dari persaingan itu seperti apa. Akhirnya, anak menjadi suka berkelahi
dan berperilaku yang kurang baik dengan tujuan ingin diakui sebagai laki-laki.
Selain itu, anak menjadi berperilaku agresif secara fisik dan membuat anak
menjadi sering dimusuhi. Akibat dari dimusuhi, akhirnya anak jadi sering
berkelahi karena ingin membalas dendam.
5. Adegan kekerasan dari
beberapa media
Berbagai media seperti game, televisi, dan film sering menampilkan tayangan
perang dan kekerasan. Maka dari itu, orang tua harus mendampingi dan mengawasi
anak saat bermain game maupun menonton film dan jangan lupa bagi orang tua
untuk memperingatkan anak untuk tidak meniru adegan-adegan yang berhubungan
dengan kekerasan, sebab anak cenderung meniru pada apa yang ia tonton dan ia
mainkan.
6. Kecenderungan permusuhan
Dalam hubungan keluarga maupun pertemanan, permusuhan seringkali tak bisa
dihindari. Merasa dimusuhi akan membuat anak merasa dendam dan ingin
membalasnya.
7. Riwayat korban kekerasan
Biasanya, anak yang pernah mengalami kekerasan khususnya dari orang tua lebih
cenderung 'balas dendam' pada temannya di luar rumah.
8. Riwayat berkelahi
Kadang berkelahi untuk membuktikan kekuatan bisa menjadikan seseorang ketagihan
untuk tetap melakukannya. Bisa jadi karena mereka senang karena memperoleh
pujian oleh banyak
Contoh tindakan yang termasuk kategori bullying
- menyisihkan seseorang dari
pergaulan,
- menyebarkan gosip, mebuat
julukan yang bersifat ejekan,
- mengerjai seseorang untuk
mempermalukannya,
- mengintimidasi atau
mengancam korban,
- melukai secara fisik,
- melakukan pemalakan/
pengompasan.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Penindasan
https://www.facebook.com/permalink.php?id=114755612049112&story_fbid=132723933585613
http://sahroweb.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
https://www.facebook.com/permalink.php?id=114755612049112&story_fbid=132723933585613
http://sahroweb.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar