Pembebasan Konstatinopel "Fetih 1453"
Siswa
Juni 13, 2017
0 Comments
Disusun Oleh : Wahyu Adi Pangestu
Pemeran Film Fetih 1453
Devrim Evin sebagai Sultan Al-Fatih
Ibrahim Celikkoi sebagai Ulubatli Hasan
Dilek Serbes sebagai Era
Recep Atug sebagai Constantine XI
Cengiz Coskun sebagai Sovalye Guistiniani
Erden Alkan Sebagai Candarli Halil Pasa
Naci Adiguzel sebagai Granduk Notaras
Erdogan Aydemir sebagai Urban Usta
Raif Hikmet Cam sebagai Aksemseddin Hz
Sahika Koldemir sebagai Gulbahar Hatun
Izzet Civril sebagai Kardinal Isidor
Adnan Kurtcu sebagai Papa Genadius
Sedat Mert sebagai Zaganos Pasa
Pendahuluan
Fetih 1453 adalah film buatan Turki yang disutradari oleh Faruk Aksoy. Film ini diluncurkan serentak di berbagai belahan dunia pada tanggal 16 Februari 2012. Momen ini diriwayatkannya dari sebuah hadits dan dijadikan pembuka alur cerita, sekaligus mengisyaratkan bahwa keseluruhan visualisasi yang disajikan adalah bentuk adaptasi dari kisah nyata yang terjadi ratusan tahun silam. Saat itu, tentara kesultanan Usmani di bawah komando langsung dari sang Sultan Muhammad II mampu menaklukkan kota dengan pertahanan terbaik di dunia, yakni Konstantinopel.
Isi
Film ini diawali sebuah gambaran Madinah pada tahun 627 H, saat Rasulullah mengeluarkan sebuah hadist yang berbunyi, Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Pada saat Mehmed II dilahirkan, yang diberikan kemulian untuk menjadi penakluk di usia 21 tahun, banyak keajaiban yang terjadi. Banyak kuda yang melahirkan bayi kembar, hasil bercocok tanam dipanen empat kali dalam setahun, cabang-cabang melengkung hingga ke tanah karena berbuah banyak. Komet pun terlihat didaerah Konstantinopel ditahun yang sama pada siang hari, yang diramalkan sebagai petanda bahwa tembok pertahanan kota akan runtuh.
Pada tanggal 29 Maret 1432 M di kota Edirne, Turki lahirlah anak dari sultan Murad II. Beliau memberikan nama Mehmed (Muhammad Al-Fatih) sebagai penghormatan kepada Rasulullah SAW. Di film tersebut digambarkan Sultan Murad II dikabari tentang kelahiran anaknya saat ia sedang membaca Al Qur'an surat Al Fath.
Sultan Mehmed masih berusia 12 tahun saat dia naik tahta. Ini dikarenakan Sultan Murad II, yang tak mampu menyelesaikan perang dingin antara para Penasehat dan Pemberontaknya, memutuskan menyerahkan tahtanya kepada putranya Mehmed setelah kematian putranya Aladdin yang tak disangka-sangka. Namun, Perdana Menteri Halil Pasha membuat Sultan Murad II kembali berkuasa sebab adanya kemungkinan ancaman dari tentera salib lainnya. Dan Mehmed dikirim ke Saruhan Sancagi.
Pada saat Sultan Murad II meninggal dunia Sultan Mehmed dipanggil kembali ke Edirne untuk menaiki tahta kembali. Saat Sultan Mehmed sampai di Edirne, beliau langsung ke tempat jasad Ayahandanya mencurahkan segala isi hatinya dan kecintaannya terhadap sang Ayah yang selama hidupnya tidak pernah memperhatikannya. Sultan Mehmed juga bersumpah didepan jasad ayahnya bahwa beliau akan menaklukkan kota Konstantinopel. Berita wafatnya Sultan Murad II akhirnya sampai kepada Kaisar Konstantipel. Kaisar Konstantinopel menyambut gembira wafatnya Sultan Murad II beserta dengan para penasetnya. Akan tetapi, salah satu penasehat Kaisar Adipati Notaras malah merasa takut karena Sultan Mehmed mempelajari ilmu ketentaraan, ilmu teknik, sains, matematika, dan bahasa Konstantinopel hanya untuk menaklukkan kota Konstantinopel. Berita wafatnya Sultan Murad II juga sampai kepada Raja Paus dan kerajaan kristen lainnya.
Di awal masa pemerintahan kedua Sultan Mehmed, banyak penduduk yang meragukan kepemimpinan Beliau. Kerena sebelumnya Beliau pernah digulingkan dari kekuasaanya serta beliau mengangkat Halil Pasha sebagai Perdana Menterinya, orang yang telah menggulingkannya dari tahta. Ini memberi kabar gembira kepada para pemberontak untuk menggulinggangkan kerajaan Ustmaniyah dan menghabisi Bani Ustman.
Pada saat beliau lagi mengadakan rapat dengan penasehatnya datang utusan dari Kaisar Konstantinopel mengirim surat perdamaian dan menunjukkan Pangeran Orhan sebagai calon Raja dan juga menaikkan tunjangan sebanyak 300,000 koin. Beliau berjanji akan membalas surat tersebut dan menerima perjanjian damai dari Kaisar Konstantinopel. Sultan Mehmed juga menyuruh Halil Pasha untuk mengirimkan perjanjian damai kepada Raja Roman, Hungaria, Polandia dan Raja Serbia serta Paus. Namun hal ini tidak disetuju oleh Zaganos Pasha. Akan tetapi, Sultan Mehmed menjelaskan itu adalah sebagai langkah awal untuk menaklukkan kota Konstantinopel.
Pada suatu malam Sultan Mehmed mimpi bertemu dengan Ustman(Nenek moyangnya). Dalam mimpi tersebut Utsman berpesan bahwa Sultan Mehmed lah yang akan membuat kekaisaran Turki menjadi lebih besar serta Beliau lah pemimpin yang telah diramalkan Rasul untuk menaklukkan kota Konstantinopel. Setelah mendapat mimpi itu sultan Mehmed langsung mengutarakan rencananya kepada para penasehatnya untuk membuat 100 kapal dalam setahun dan 3 meriam raksasa. Beliau juga meminta Halil Pasha untuk melaporkan status persenjataan dan amunisi dari Yanissari. Mendengar berita tersebut Halil Pasha menyatakan keberatan. Menurut Halil Pasha rencana tersebut hanya akan membuat kekuasaan semakin menyusut. Namun sanggahan tersebut ditolak mentah oleh Sultan Mehmed karena menurut Beliau “hidup untuk mencatatkan sejarah, bukan untuk menjadi seorang pengecut.”
Di pelabuhan Genoa, Itali. Diceritakan Era(pemanis cerita dalam film ini) menolak lamaran dari Guistiniani ditempat itu. Era pun kembali ke tempat ayah angkatnya (Urban). Didalam perjalanan pulang, Era pertama kalinya bertemu dengan Hasan saat menyelematkan anak kecil yang mencuri buah apel. Sesampainya dirumah, Ia pun menyampaikan kepada ayahnya bahwa Adipati Notaras menolak rancangan katrolnya tetapi menginginkan Urban untuk membuatkan meriam untuknya, namun Urban menolak.
Dikisahkan Hasan bertemu dengan seorang pelayan istana Kaisar Konstantinopel, pelayan istana memberitahukan Hasan bahwa malamnya akan ada acara makan malam di Istana Konstantinopel yang dihadiri oleh Pangeran Orhan. Dalam acara tersebut, kaisar Konstantinopel membahas tentang cara untuk membantu Karamanoglu Ibrahim yang sedang dalam persiapan perang melawan pasukan sultan Mehmed. Perbicaraan tersebut didengar oleh pelayan istana teman Hasan. Karamanoglu Ibrahim menyerah sebelum terjadinya peperangan karena surat dukungan yang dikirimkan Orhan kepadanya, berhasil direbut oleh Hasan. Didalam Surat tersebut tertulis Halil Pasha mendukung Ibrahim.
Sultan Mehmed ingin melepas pengaruh Halil Pasha dari pengaruh tentaranya yang sekarang posisinya tersudut karena surat tersebut. Dalam perjalanan pulang beberapa tentara ditanya kesetiannya meski mereka bukan musuh. Namun Sultan Mehmed memanfaatkan peluang ini. Dengan dalih menghukum pasukan yang lalai dengan tugasnya.
Pada tahun 1452 M Sultan Mehmed mulai membangun benteng di Bogazkesen untuk mencegat semua bantuan yang datang dari laut hitam untuk Konstantinopel. Kabar mengenai pembangunan benteng pun akhirnya diketahui kaisar Konstantinopel beserta kerajaan kristen lainnya. Mereka berencana membentuk tentara yang tangguh untuk mengurungkan niat Sultan Mehmed. Namun ketika itu kondisi Perancis dan Inggris saling berperang sedangkan Jerman sedang menghadapi konflik internal negaranya. Kondisi mereka tertekan. Tidak ada pilihan lain kecuali penggabungan gereja Orthodoks terhadap Katolik. Selain itu, kaisar Konstantinopel memerintahkan Adipati Notaras untuk menyuruh Urban membuatkannya meriam besar namun Urban menolak dan Ia diancam dibunuh dan berhasil diselamatkan oleh Hasan. Sebagai tanda jasa, Urban memenuhi permintaan sultan Mehmed untuk membuat meriam raksasa yang belum pernah ada sepanjang sejarah.
Pada 1452 kapal dagang Genoa ditenggelamkan oleh pasukan Sultan Mehmed di Bogazkesen. Hal ini membuat kaisar Genoa murka dan mengirim tentara bantuan ke Konstantinopel yang dipimpin oleh Giustiniani dengan melewati laut yang dibantu oleh Paus untuk membantu melawan serangan dari tentara Sultan Mehmed.
Setelah semua perlengkapan sudah siap, Sultan Mehmed mengatur segera mengatur strategi perang termasuk dengan mengirimkan hadiah kepada kaisar Hungaria. Sedangkan dipihak, Kaisar Konstantinopel memasang rantai besi raksasa di bagian Golden Horn, tembok terlemahnya (tembok satu lapis) sehingga tidak memungkinkan kapal-kapal untuk melintas dan menyerang tembok. Sebelum berangkat ke medan perang, Sultan Mehmed menulis surat untuk istrinya dan melaksanakan shalat dan meminta restu pada isteri dan anaknya.
Pengepungan pertama yang dilakukan oleh Sultan Mehmed pada hari Jumat, 6 April 1453 M dengan membawa 250.000 prajurit. Sebelum melakukan penyerangan Sultan Mehmed memberikan pilihan kepada Kaisar Konstantinopel, apakah mau menyerah atau perang, Kaisar Konstantinopel dengan angkuhnya memilih perang. Peperangan pun tidak dapat dihindarkan, pada hari itu juga meriam Basilica pertama kali digunakan dan membuat celah pada tembok Konstantinopel. Namun celah tersebut berhasil ditutup oleh pasukan Konstantinopel. Peperangan hari pertama dimenangkan oleh Konstantinopel. Setelah 5 hari setelah penyerangan pertama Sultan Mehmed memerintahkan kepala penggali Mustapa untuk membuat terowongan. Namun hal tersebut ketahuan oleh pasukan Konstantinopel. Setelah 12 hari penyerangan pertama Sultan Mehmed memanggil Hasan untuk melakukan serangan kedua pada malam hari. Serangan ini juga gagal dan hampir membuat Hasan tewas dalam serangan ini.
Pada hari ke 40 ada 3 kapal bantuan untuk Konstantinopel berhasil melewati pertahanan pasukan Sultan Mehmed. Hal tersebut membuat Sultan Mehmed menjadi frustasi dan mengurung diri. Halil Pasha dan Ibrahim juga berencana ingin berkhianat dan kembali ke Edirne. Namun dia dikecam oleh Zaganos Pasha dan menyatakan bahwa Sultan Mehmed akan memenggal kepala Halil Pasha jika dia melaksanakan niatnya. Pasukan Sultan Mehmed juga merasa frustasi dan menganggap sultan mereka buta, tetapi Hasan datang dan marah kepada pasukannya yang mau berkhianat.
Di tengah kefrustasian Sultan Mehmed, datanglah gurunya Syaikh Agung Samsettin. Syaikh Samsettin mengajak Sultan Mehmed untuk mengunjungi makam Abu Ayyub Al-Ansyari r.a yang terletak dekat tembok Konstantinopel. Abu Ayyub pernah ikut serta dalam pengepungan Konstantinopel bersama pasukan islam. Beliau tidak pernah meninggalkan tempat tersebut hingga akhir hayatnya. Syaikh agung perpesan kepada Sultan Mehmed agar tidak menyerah, karena apabila Sultan Mehmed tidak melakukannya sekarang beliau tidak akan pernah bisa melakukannya lagi.
Setelah itu, Sultan Mehmed menemukan strategi yang sangat luar biasa. Pada malam hari Sultan Mehmed memerintahkan pasukannya menyeret kapalnya melewati jalan darat ke Teluk Golden Horn, tempat terlemah Konstantinopel. Strategi tersebut tidak pernah ketahuan oleh Konstantinopel sehingga membuat pasukan Konstantinopel panik.
Sebelum melakukan serangan secara besar-besaran. Pada malam harinya Sultan Mehmed berpidato memberi semangat kepada ribuan pasukannya yang tersisa. Salah satu kata-katanya dalam pidato tersebut “Kemulian hanya bisa di capai dengan Keyakinan”. Setelah pagi, pasukan Sultan Mehmed melakukan solat dhuha berjamaah yang dipimpin sendiri oleh Sultan. Setelah itu, kepala penggali Mustapa akhirnya berhasil meledakkan tembok Konstantinopel dengan cara meledakkan diri lewat terowongan yang mereka buat.
Akhirnya tembok Konstantinopel berhasil berhasil diruntuhkan sehingga pasukan Sultan Mehmed bebas menerobos masuk. Dalam kisah terjadi kisah heroik yang dilakukan oleh Hasan yang berhasil membunuh Guistiniani tentera elit Romawi yang membantu Konstantinopel. Disini juga terdapat adegan heroik Hasan yang berhasil mengibarkan bendera Ustmaniyah dengan anak panah ditubuhnya. Akhirnya Hasan tewas setelah mengibarkan bendera meninggalkan Era dan anaknya yang berada dalam kandungan. Kaisar Konstantinopel dikisahkan gugur dalam peperangan. Sejak saat itu wilayah Konstantinopel resmi diambil alih kembali oleh Muslim. Sultan pun memberikan kebebasan beragama kepada rakyat Konstantinopel.
Kekurangan & Kelebihan
Kekurangan
- Penggambaran sosok Sultan Mehmed yang tidak sesuai sejarah
- Tidak terjaganya aurat
- Sosok Hasan lebih ditonjolkan daripada Sultan Mehmed
- Penceritaan tokoh yang kurang lengkap
- Ada terdapat beberapa adegan core
Kelebihan
- Alur cerita di jalin sangat menarik
- Strategi Sultan Mehmed yang luar biasa
- Penggambaran situasi yang sangat realistis
- Nilai-nilai kepahlawanan dan keluhuran akhlaq Islam
- Banyaknya hikmah yang terkandung di dalam film tersebut
Penutup
Film tersebut layak ditonton oleh semua kalangan. Jalan cerita berjalan seru, dan film ini memang benar-benar film-film Islam yang berkualitas. visual efek, dan musiknya sangat memuaskan (meski masih dibawah kelas Hollywood), film ini berhasil menghadirkan getaran-getaran hati, iman, dan feel jihad yang benar-benar terasa. Sebagai alternatif cerita heroik, yang sangat memiliki nilai kepahlawanan.