Rabu, 17 Mei 2017

“Ngenest”: Kadang Hidup Perlu Ditertawakan

Disusun oleh : Tania Monita

Judul Film       : Ngenest
Tahun              : 30 Desember 2015
Sutradara         : Ernest Prakasa
Pemain            :
1.      Ernest Prakasa sebagai Ernest
2.      Lala Karmela sebagai Meira
3.      Morgan Oey sebagai Patrick
4.      Kevin Anggara sebagai Ernest remaja
5.      Brandon Nicholas Salim sebagai Patrick remaja

Orientasi 1
"Ngenest" film bergenre komedi berdurasi 95 Menit  merupakan hasil adaptasi dari Trilogi Novel yang berjudul sama NGENEST - Ngetawain Hidup Ala Ernest Prakasa 1, 2, dan 3 karya Ernest Prakasa yang merupakan cerita hidup Ernest, produksi Starvision Plus. Ernest memiliki tiga peran sekaligus yaitu penulis naskah, sutradara, dan pemain utama. penulisan skenarionya  tidak diragukan lagi karena Ernest adalah seorang komika, komika memang terkenal pintar dalam menyusun cerita komedi.

Orientasi 2
Ngenest adalah film berkisah tentang Ernest, seorang pemuda keturunan Tiong Hua yang sejak dulu dibully karena perbedaannya. Karena merasa gerah, Ernest pun akhirnya bertekad untuk mencari pasangan seorang pribumi dan akhirnya berhasil menjalin hubungan dengan Meira, seorang perempuan keturunan pribumi dan bahkan mereka berdua menikah. Namun, ternyata rasa traumanya berlanjut. Ernest tidak ingin memiliki seorang anak yang nantinya memiliki rupa sepertinya karena takut juga akan didiskriminasi. Maka dari itu, Ernest selalu menunda-nunda untuk memiliki anak, sedangkan di sisi lain, Meira ingin secepatnya untuk mempunyai momongan.

Tafsiran Isi 1
Film "Ngenest" berkisah tentang Ernest, pria keturunan Tiong Hua yang merasakan kesialan dan sering dibully oleh teman-teman sekolahnya sejak masih SD. Pembullyan ini berlanjut hingga jenjang SMP. Di SMP, Ernest menggunakan cara baru, dengan berusaha berteman dengan para pembully, dengan harapan agar ia berhasil berteman dengan mereka, maka tidak jadi korban bully lagi. Sayangnya, cara ini gagal.

Tafsiran Isi 2
Sebagai korban bully, Ernest bertekad bahwa keturunannya tidak boleh mengalami nasib yang sama. Untuk itu, dia berencana menikahi perempuan Indonesia, dengan harapan agar anaknya tidak menjadi korban pembullyan. Seiring waktu Ernest memasuki kuliah, dia bertemu dengan gadis cantik bernama Meira, seorang gadis Sunda/Jawa. Hubungan mereka berjalan dengan baik, tetapi muncul konflik saat Ernest bertemu dengan ayah Meira yang tidak suka anaknya berpacaran dengan pemuda keturunan Tiong Hua karena dulu ayah Meira bangkrut akibat ditipu oleh rekan bisnisnya yang berketurunan Tiong Hua . Namun Ernest berhasil meyakinkan hati ayah Meira, dan berpacaran selama lima tahun, dan mereka memutuskan untuk menikah.

Tafsiran Isi 3
NGENEST merupakan kepanjangan dari Ngetawain Hidup Ala Ernest Prakasa menceritakan tentang hidup Ernest yang kerap dibully dan dijadikan bahan candaan karena Ernest berketurunan Tiong Hua.

Tafsiran Isi 4
Film ini mengajarkan kita bahwa perbedaan bukan hal yang aneh dalam kehidupan, hargailah perbedaan, janganlah membully teman karena perbedaannya, kita harus hidup damai dalam perbedaan.

Tafsiran Isi 5
Sasaran penonton film ini adalah anak remaja atau untuk usia 16 tahun keatas. Karena, film ini mengandung kata-kata kasar dan dialog bernada rasial yang tidak boleh ditonton untuk anak usia 16 tahun kebawah.

Evaluasi
Sisi positif yang ditampilkan membuat orang tersadar bahwa perbedaan bukan hal yang aneh dalam kehidupan ,lawakan – lawakan segar dan kekinian ala Ernest membuat penonton dapat menangkap pesan moral yang ingin disampaikan. Meski Ngenest adalah debut layar lebar Lala Karmela yang pertama, namun Ia dapat memainkan perannya dengan baik, dan penampilan Morgan Oey sangat bagus meskipun ini adalah film genre komedi pertamanya. Namun perpindahan alur cerita terlalu cepat ,dan Peran Brandon Salim sebagai Patrick masa SMP terkesan kaku.

Rangkuman
Ngenest adalah film berkisah tentang Ernest pemuda keturunan Tiong Hua yang sejak dulu dibully karena perbedaannya. Karena merasa gerah, Ernest pun bertekad untuk mencari pasangan seorang pribumi, berharap anaknya kelak memiliki wajah mirip dengan ibunya agar anaknya tidak dibully seperti dirinya, dan akhirnya ia menikah dengan perempuan keturunan pribumi.
Jadi, pesan moral yang dapat diambil dari film ini adalah perbedaan bukan hal yang aneh dalam kehidupan, kita harus menghargai perbedaan. Menurut saya film ini layak untuk ditonton karena film ini mengajarkan kita untuk saling menghargai perbedaan.



Diakses pada tanggal 17 mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar