Oleh : Rizki Fikriyah
Judul Film : Garuda di Dadaku
Tahun : 2009
Sutradara : Ifa Isfansyah
Pemain :
Emir Mahira (Bayu), Aldo Tansani (Heri), Marsha Aruan (Zahra)
Iknagara (Kakek Bayu), Maudy Koesnaedi (Ibunda Bayu), Ary Sihasale,
Ramzi.
Iknagara (Kakek Bayu), Maudy Koesnaedi (Ibunda Bayu), Ary Sihasale,
Ramzi.
ORIENTASI
Film
“Garuda di Dadaku” diadaptasi dari Novel Garuda
di Dadaku karya Salman Aristo. Berkisah tentang Bayu, seorang anak SD yang
tinggal di perkampungan sesak di Jakarta. Ia memiliki fisik yang kecil dengan
semangat juang yang tinggi tanpa seorang Ayah dan hanya tinggal ditengah keluarga
sederhana. Sementara itu, Bayu juga dikelilingi 2 teman dekatnya yang selalu
mendukung mimpi Bayu yang bermimpi menjadi pemain sepak bola, mereka adalah
Heri dan Zahra. Heri adalah seorang anak orang kaya yang menggilai sepak bola,
tetapi sayangnya ia adalah penyandang cacat dan harus duduk di kursi roda.
Sedangkan Zahra, seorang anak perempuan penjaga kuburan yang secara tidak sengaja
bertemu dengan Bayu ketika Bayu berlatih di kuburan tempat ia tinggal.
TAFSIRAN ISI 1
Cita-cita Bayu ditentang oleh sang Kakek dengan alasan
bahwa Ayah Bayu yang dulunya seorang pemain bola mengalami cedera berat dan
akhirnya hanya menjadi seorang supir taksi, sehingga kakek Bayu tidak mau nasib
yang sama menimpa cucunya. Bayu yang benar-benar mencintai sepak bola tidak
begitu saja menuruti apa kata kakeknya. Apalagi ketika secara tiba-tiba ia
mendapat tawaran beasiswa di sekolah sepak bola terkenal di Jakarta. Heri yang
mendukung mimpi Bayu juga membantu pelatihan Bayu dengan cara diam-diam mencari
tempat untuk latihan Bayu, dan tempat itu adalah di kuburan Zahra.
TAFSIRAN ISI 2
Film “Garuda di Dadaku” menunjukan rasa nasionalisme,
yang diterbitkan untuk sebuah misi dunia sepak bola Indonesia agar lebih maju.
Dengan logo garuda yang disematkan dalam seragam nasional pemain sepak bola
anak-anak U-13 membuat Bayu yang berusaha mati-matian untuk menjadi pemain
sepak bola handal dan kita dapat melihat serta merasakan aroma perjuangan sang
Bayu anak yang masih duduk di bangku kelas 6.
TAFSIRAN ISI 3
Dalam film ini sikap yang disarankan kepada penonton
tidak boleh pantang menyerah bila menginginkan sesuatu. Sebagaimana Bayu yang
selalu mendapat hambatan dalam meraih mimpinya, tapi dia tidak pernah gentar
dan selalu berusaha untuk menjadikan mimpinya menjadi kenyataan dan membuat
orang yang dia sayangi bangga terhadapnya. Selain itu, Bayu juga anak yang rela
berkorban demi orang lain. Ketika tidak diduga Kakeknya datang dan melihat Bayu
di sekolah sepak bolanya dan Kakek tiba-tiba terserang penyakit jantung dan
dilarikan ke rumah sakit. Sehingga Bayu memutuskan untuk berhenti bermain bola dan
tidak berteman lagi dengan Heri karena ia menyesal telah mengikuti nasihat Heri
daripada Kakeknya. Tak disangka kakek Bayu sadar bahwa ia salah dan mendukung
Bayu bermain bola. Dengan dukungan Ibu, Kakek, Heri daan Zahra, Bayu berhasil
lolos seleksi masuk Tim Nasional Indonesia.
TAFSIRAN ISI 4
Cerita semacam inilah yang ditawarkan “Garuda di Dadaku”
pada penonton yang mereka sasar, tidak lain tentu anak-anak bangsa, untuk
membuai mereka dalam mimpi-mimpi masa depannya, agar mereka nanti terbangun
sebagai anak-anak bangsa yang diharapkan bisa membangun semangat juang yang
tinggi, pantang menyerah dan juga mementingkan orang yang kita sayangi, yaitu
dukungan dari orang tua dan keluarga.
EVALUASI
“Garuda di Dadaku” merupakan Masterpiece yang dibuat oleh
orang Indonesia dengan kualitas legendaris dan go Internasional. Mulai dari
cerita, rekaman sampai actingnya pun berkualitas Internasional, namun sayangnya
film ini mengalami beberapa kesalahan konyol ketika Bayu bermain di stadium
Gelora Bung Karno, background yang harusnya penonton berada tampak kosong dan
ini menjadi kekurangan dari film “Garuda di Dadaku”.
RANGKUMAN
Film ini dapat diambil beberapa pelajaran hidup yang
penting, seperti persahabatan yang kuat dan rela berkorban. Walaupun tujuan
utama film ini adalah untuk menghibur ternyata juga memiliki makna yang besar
terhadap kemajuan sepak bola Indonesia.