Sabtu, 01 Juni 2019

Sepuluh Anak Dengan Julukan Laskar Pelangi dalam Novel Laskar Pelangi

JudulBuku       : LaskarPelangi
Penulis             : Andrea Hirata
Bahasa             : Indonesia
Genre               : Roman            
Penerbit           : Yogyakarta: BentangPustaka
Tanggalterbit   : 2005
Halaman          : xxxiv, 529 halaman
                                                      ISBN                      : ISBN 979-3062-79-7


Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari  Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Naskah Laskar Pelangi telah di adaptasi menjadi sebuah film berjudul sama dengan bukunya. Film Laskar Pelangi akan diproduksioleh Miles Films danMizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri Riza. Laskar Pelangi adalah karya pertama dari Andrea Hirata. Buku ini segera menjadi Best Seller yang kini kita ketahui sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.
Novel ini mengisahkan tentang sepuluh anak Belitung yang tergabung dalam Laskar Pelangi mereka adalah Mahar, Ikal, Lintang, Harun, Syahdan, AKiong, Trapani, Borek, Kucai dan satu-satunya wanita yaitu Sahara. Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan di pedalaman Belitung yang kontrasdan yang kaya akan timah, namun masyrakatnya tidak mampu memenuhi kehidupannya sehari-hari. Novel ini juga menceritakan tentang semangat juang dari anak-anak kampung Belitung untuk mengubah nasib mereka melalui sekolah. Sebagian besar orang tua mereka lebih senang melihat anak-anaknya membantunya dari pada belajar di sekolah.

Cerita terjadi di desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancamakan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya kesekolah!
Mereka, Laskar Pelangi – nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi – pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di manaI kal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali kekampungnya.
Kelemahannya yaitu penggunaan nama-nama ilmiah dalamcerita- ceritanya.  Hal ini membuat pembaca kurang nyaman dalam membaca. Apalagi glosarium diletakkan di bagian belakang novel. Hal ini menambah ketidak praktisan memahami istilah-istilah ini. Selain itu, imajinasi pembaca bisa terhambat jika mereka tak memahami istilah-istilah tersebut. Alurnya yang tidak jelas. Tidak seperti Harry Potter atau Ayat-Ayat Cinta dengan alur yang enak diikuti, cerita-cerita dalam Laskar Pelangi ini alur waktunya dibolak-balik sehingga membingungkan pembaca. Apalagi tidak disebutkan tahun berapakah tiap-tiap peristiwa itu terjadi.

Kelebihannya buku ini menceritakan tentang persahabatan dan setiakawanan yang erat dan juga mencakup pentingnya pendidikan yang begitu mendalam. Serta kisahnya yang mengharukan.
Novel ini sangatlah bagus bagi para pelajar yang mendapat kemudahan ekonomi dalam menggapai pendidikan juga bagi para pendidik dan pemerintah yang memiliki kemajuan untuk memajukan pendidikan di Indonesia, karena novel ini memiliki banyak pesan moral, pendidikan, dan sosial yang sangat bagus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar