Kamis, 18 Mei 2017

Merebut Kemerdekaan Dengan Jihad "Sang Kiai"

Disusun Oleh : Putri Salwa Alivah


Judul Film       : Sang Kiai
Tahun              : 2013
Sutradara         : Rako Prijanto
Pemain            : Ikranagara sebagai KH Hasyim Asyari
                          Christine Hakim sebagai Istri KH Hasyim Asyari
                          Agus Kuncoro sebagai Gus Wahid Hasyim
                          Adipati Dolken sebagai Harun

Orientasi 1
"Sang Kiai" merupakan sebuah film bergenre drama dan religi yang berdurasi 136 menit ini, adalah salah satu karya anak bangsa yang terinspirasi dari seorang ulama besar saat masa penjajahan Jepang yaitu KH Hasyim Asyari yang merupakan pejuang kemerdekaan sekaligus pendiri "Nahdatul Ulama" dari Jombang, Jawa Timur.

Orientasi 2
Film yang diproduksi oleh Rapi Films ini banyak mengambil latar disuatu Pondok Pasanteren Tebuireng Jombang, Jawa Timur syang dimiliki oleh KH Hasyim Asyari yang sekaligus tokoh agamis besar saat itu. Gus Wahid Hasyim yang merupakan salah satu putra dari KH Hasyim Asyari adalah seseorang yang mencari jalan diplomasi untuk membebaskan KH Hasyim Asyari saat dijadikan tawanan oleh Bangsa Jepang. Berbeda dengan salah seorang santri di pondok Tebuireng yang berpendapat bahwa kekerasan lah cara yang dapat menyelesaikan masalah tersebut yang bernama Harun.

Tafsiran 1
Film yang dimulai dengan KH Hasyim Asyari ditangkap karena menolak melakukan kegiatan Sikerai. Sikerai merupakan upacara yang biasa dilakukan bangsa Jepang untuk menyembah Dewa Matahari yang disimbolkan dengan menundukkan badan layaknya ruku. Pemberontakan dilakukan oleh para santri kepada Jepang untuk segera membebaskan KH Hasyim Asyari dengan para ulama lainnya. KH Hasyim Asyari akhirnya dibebaskan karena jalur diplomasi yang dilakukan oleh Gus Wahid Hasyim dan KH Wahid Hasbullah. Kesepakatan terus terjadi antara KH Hasyim Asyari dengan Jepang dengan membentuk "MASYUMI" (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang dipimpin langsung oleh KH Hasyim Asyari yang mempunyai kesepakatan untuk melipat gandakan hasil bumi sampai KH Hasyim Asyari ditunjuk menjadi ketua SHUMBU oleh Jepang.

Tafsiran 2
Namun semua kebijakan ini lama-lama menuai protes dari masyarakat Indonesia dan pemberontakan mulai terjadi. Sampai akhirnya Jepang mulai mengalami kekalahan perang dan akhirnya Indonesia meredeka pada tahun 1945. Namun genjatan senjata belum usai sampai disitu, penjajah datang kembali untuk merebut Indonesia kembali. Resolusi jihad yang kemudian membuat santri dan masa penduduk Surabaya berduyun duyun tanpa rasa takut melawan penjajah di Surabaya. Gema resolusi jihad yang didukung oleh semangat spiritual keagamaan membuat Indonesia berani mati. Barisan laskar santri pulang menaiki Truk ke Tebuireng dan KH Hasyim Asyari  menyambut para santri dengan air matanya yang mengembang dengan tatapan nanar. Namun salah satu santri yang tidak selamat dalam jihad melawan penjajah ada Harun.Film ini ditutup dengan wafatnya KH Hasyim Asyari, padahal pada saat itu para pejuang Islam masih membutuhkan banyak nasehat beliau untuk mempertahankan Indonesia dalam bingkai Islami.

Tafsiran 3
Film ini mengajarkan kita untuk lebih mencintai tanah air dalam lingkup agamisnya, mampu mengenang dan menghargai jasa para pahlawan kita dan membangun bangsa kita kembali karena kemerdekaan bangsa ini bukanlah hadiah dari bangsa lain, melainkan hasil pengorbanan dan perjuangan jiwa dan raga warga Indonesia. Film ini pula memiliki amanat penting yang mendalam bahwa "Semua orang yang melawan penjajah itu adalah pahlawan. Tidak ada yang lebih berjasa daripada yang lain kalaupun ada yang melupakan jasa mereka juga tidak mengapa karena Allah menjanjikan tempst yang sebaik-baiknya bagi para Syuhadak".

Tafsiran 4
Mungkin untuk penggemar film sudah tidak asing lagi dengan judul film "Sang Kiai" dan "Sang Pencerah", kedua film ini masing-masing menggambarkan narasi besar dari ormas terbesar di Indonesia. "Sang Kiai" lebih menceritakan tentang peran tokoh pendiri Nahdhatul Ulama yaitu KH Hasyim Asyari terkait pikiran-pikiran kontributifnya dalam perjuangan kemerdekaan. Dengan kata lain film "Sang Kiai" menegaskan bahwa Nahdhatul Ulama sejak awal merupakan bagian dari Indonesia. Sedangkan film "Sang Pencerah" memilih memfokuskab dirinya dengan dimulainya kelahiran Ahmad Dahlan sang tokoh pendiri Muhammadiyah, lalu menceritakan masa kecilnya, hingga masa dewasanya. Dimana film "Sang Pencerah" bermaksud menawarkan modernisme islam ala Muhammadiyah.

Tafsiran 5
Target utama penonton dari film ini adalah para ulama agar dapat mengetahui bagaimana resolusi jihad para ulama terdahulu mereka agar bisa dijadikan panutan dalam membangun bangsa ini melalui sisi agamisnya.

Evaluasi 1
Banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil seusai menonton film ini, salah satunya film "Sang Kiai" mengajarkan kita untuk lebih menghargai jerih payah pahlawan kita dalam berjihad melawan penjajah untuk memerdekakan bangsa ini dan lebih mencitai bangsa sendiri. Selain itu pula setingan tempat yang diambil dari film ini sangat keren, sesuai dengan tahun terjadinya peristiwa yang asli. Film ini pun dapat meraih kemenangan di Festival Film Indonesia sebagai film terbaik 2013, Rako Prijanto pun menang sebagai sutradara yang terbaik, Tata Suara di film ini pun memenangkan sebagai Tata Suara terbaik dan Adipati Dolken yang berperan sebagai Harun pun memenangkan sebagai pemeran pendamping pria terbaik di Festival Film Indonesia.

Evaluasi 2
Film yang menghabiskan biaya 10 miliar untuk memproduksinya ini sangat disyangkan karena dari film ini kurang mengangkat sisi humanisnya dari tokoh KH Hasyim Asyari seperti berdialog dengan istrinya, mengajarkan nilai-nilai agama terhadap santrinya. Padahal itu pula merupakan nilai-nilai dari perjuangan, film ini terlalu menonjolkan sisi perlawanan penjajah.  

Rangkuman

Intinya dari film ini mengajarkan dan mengingatkan kita untuk cinta tanah air. Dan membangun semangat untuk kita membela Negara Indonesia dan film ini pun sarat akan makna bagaimana hukum Islam digali oleh para kiai fatwanya, salah satu fatwanya adalah berjihad. Dengan demikian, kita harus mampu mengenang dan menghargai perjuangan, pengorbanan para pahlawan dan pemimpin bangsa yang menjadi simbol Indonesia. Sebab itu film ini sangat layak ditonton oleh seluruh kalangan karena mampu menginspirasi kita semua dan membuat para pemuda sadar bahwa kemerdekaan Indonesia didapatkan dengan gratis melainkan dengan cucuran darah, peluh keringat, adu strategi, dan ijtihad para kyai. 

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar