Di susun oleh: Ferdian Adhi Pradana
Orientasi
Film Negeri 5 menara yang diangkat
dari kisah nyata seorang penulis berbakat Ahmad Fuadi. Film ini disutradarai
oleh Affandi Abdulrachman dan dibintangi oleh Billi sandi sebagai ( Bakso dari
Goa), Rizky Ramdan sebagai( Atang dari bandung), Ernest Samudra(Said dari
Surabaya) Gio Fanilubis ( Raja dari medan), Aris Putra( Dulmajid dari Madura).
Film ini diadaptasi dari sebuah novel dari judul yang sama.
Tafsiran 1 :
Dalam Film Negeri 5 Menara berkisah tentang alif seorang
pemuda yang hidup dikeluarganya yang religius di Tanah Gadang. Ia brmimpi
menjejakkan kaki di Pulau Jawa dan masuk dalam barisan mahasiswa sebuah kampus
terkenal di Bandung. Sayangnya orangtuanya justru masukkannya ke pondok
Pesantren Madani, karena mereka menganggap sia-sia kalau sudah sampai di Jawa,
Alif tidak bisa mendapatkan pendidikan
akhlak yang baik. Untungnya, beruntung Alif bisa bertemu dan menjalin sebuah
persahabatan yang bisa menghasilkan bermacam kejadian yang menarik.
Tafsiran 2 :
Alif mengalami berbagai macam pergolakan yang juga
berbenturan dengan rasa ingin membahagiakan kedua orang tuanya, penjelasan
didalam alir film cukup detail dan panjang dalam satu perjalanan waktu.
Penonton pun diberikan tontonan berupa perjalanan seorang anak lewat waktu yang
berjalan lambat. Orang tua Alif memang bertindak protektif kepadanya, dalam hal
ini Alif diperlakukan protektif dengan cara memasukkannya ke Pondok Pesantren,
hal itu masih bisa hadir bagi penonton meskipun Alif sudah tidak lagi bersama
kedua orangtuanya.
Tafsiran 3 :
Ada ustadz Salman yang mendadak punya posisi signifikan
dengan keberadaan Alif dan kawan- kawannya ustadz Salman selalu menjadi
penolong disaat ke enam sahabat tersebut dalam keadaan lemah kejepit. Sayangnya
tokoh terdekat yang seharusnya memiliki kekuatan emosional yang erat dengan
anak-anak itu justru terasa layaknya tokoh sampingan yang hanya sekedar numpang
lewat saja. Pada awalnya, pengaruh ustadz Salaman begitu terasa nyata dengan
kalimat yang menggugah seperti: Manjaddawajada. Semangat yang begitu menggugah
hati ke enam sahabat itu malah luruh begitu saja justru disaat ke anam sahabat
tersebut makin akrab. Padahal, seharusnya Ustadz Salman mengambil peranan
penting dalam kisah anak-anak saat dipondok pesantren.
Tafsiran 4 :
Pada awalnya, terlihat jelas kelakuan antar siswa yang masih
terasa, ustadz Salman mencoba membakar semangat mereka, membuat mereka
bertanya-tanya tentang apa tujuan mereka sebdapkan kebenarnya dipondok
Pesantren ke enam sahabt tersebut menjadi anak didik ustadz Salman yang
mempunyai ambisi kuat. Eksistensi ustadz Salman perlahan mulai memudar pada
hubungan emosional dengan para siswanya. Saat ustadz Salman meninggalkan
pondok, seakan semua perannya hilang begitu saja dan tidak ada kontak dengan ke
enam siswanya lagi. Adegan tersebut seolah menampilkan peran Ustadz Salman yang
sudah selesai, saatnya ia pergi meninggalkan Alif dan kawan-kawan yang sedang
berapi-api mengejar cita-cita yang diimpikan.
Evaluasi 1 :
Sepanjang film penonton dihadapkan pada msalah-masalah kecil
yang tidak berdampak besar bagi jalannya cerita atau hubungan antar tokoh.
Contohnya adalah Alif yang ingin sekolah di ITB. Berbagai macam ia lakukan
supaya ia bisa masuk kesana, termasuk “mensabotase” ujiannya sendiri.
Ditengah-tengah cerita juga terselip angan-angan Alif saat ia berkunjung ke
Bandung. Saat itu penonton seolah di ingatkan kemabali pada Alif diawal film
ini, tetapi tidak ada tindak lanjut sampai film ini selesai malasah yang timbul
tenggelam seolah tidak penting bagi tokohnya. Di samping itu, ada sejumlah
masalah kecil yang sebenarnya bisa menjadi penghubung para tokoh. Saat itu lah
penantian tersebut membauhkan ritme yang serba datar, tidak memberikan letupan
perasaan yang begitu menggebuh-gebuh. Banyaknya tokoh yang disorot dan juga tokoh
pendukung yang muncul bisa jadi alasan hilangnya perasan itu.
Rangkuman :
Senjak awal sudah muncul tebakan seputar kemana alur
certia akan berjalan, mungkin karena formla yang di gunakan tereasa begitu
akrab bagi penonton film indonesia. Tentunya formula mujarab ini tidak berhenti
samapi di sini. Konon sederet film-film adaptasi berpola sama di luncurkan
tahun 2012 ini. Setidaknya ke akraban ke6 sekawan “negeri 5 menara” masih
sangat nikmat diikuti meski formula filmnya sendiri sudah terlalu familiar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar